Imunisasi

Waspadai Gejala Penyakit Polio pada Anak

Waspadai Gejala Penyakit Polio pada Anak

Polio (poliomyelitis) adalah penyakit yang timbul akibat virus poliovirus (PV). Dalam menjangkit penderitanya, virus ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus, dan mengalir ke saraf pusat melalui saluran darah. Polio dapat menyebabkan kelumpuhan karena otot yang semakin lama semakin melemah. Penyakit polio termasuk penyakit yang menular melalui perantara, antara lain makanan, air, dan anggota tubuh yang terkontaminasi kotoran (tinja) atau ludah orang yang sudah terinfeksi virus polio ini. Polio dapat menjangkit anak maupun dewasa.

Untuk Indonesia sendiri, sebenarnya sudah dinyatakan bebas dari penyakit polio oleh Badan Kesehatan PBB WHO (World Health Organization). Hal ini karena di Indonesia imunisasi polio menjadi salah satu dari imunisasi dasar lengkap yang wajib diberikan pada anak. Imunisasi adalah salah satu cara meningkatkan kekebalan tubuh anak. Polio jika terjangkit pada anak akan menimbulkan gejala ringan seperti flu. Waktu inkubasi virus polio dalam tubuh anak mencapai 21 hari. Artinya, gejala polio baru akan terlihat 21 hari setelah virus tersebut masuk ke dalam tubuh anak. Dan dalam waktu ini, si anak (penderita) sudah dapat menularkan kepada orang lain.

Baca : macam-macam infeksi kulit pada anak, bahaya bayi tidak diimunisasi, manfaat menjemur bayi dan anak, manfaat sayuran untuk anak, manfaat asi eksklusif untuk bayi

Beberapa gejala penyakit polio yang harus diketahui para orang tua adalah sebagai berikut:

1. Gejala Polio Non-Paralitik

Gejala polio non-paralitik adalah gejala awal yang dirasakan oleh anak (penderita). Beberapa gejala tersebut antara lain flu, sakit tenggorokan, demam, mudah lelah, sakit kepala, nyeri pada leher dan punggung, kaku pada tangan dan kaki, muntah, otot lemah dan jika disentuh terasa lembek. Flu memang sering diderita oleh anak pada umumnya, dan para orang tua terkadang menganggap flu merupakan sakit biasa. Akan tetapi harap dicermati jika ketika anak flu apakah disertai dengan keluhan sakit yang lainnya. Bahkan ada jenis flu yang sangat berbahaya yaitu flu singapura dan kita pun harus mengetahui ciri-ciri flu singapura pada anak.

Begitu juga dengan demam. Demam pada anak adalah indikasi tubuh anak sedang melawan serangan kuman dalam tubuhnya. Tentunya kita tidak mengetahui kuman apa itu. Yang terpenting adalah kita mengetahui cara mengatasi demam, dan juga selalu menjaga kondisi badan anak serta berikan makanan sehat untuk tumbuh kembang anak  baik ketika sehat ataupun sakit. Anak penderita polio umumnya akan merasakan otot terasa lemah hingga sangat mudah kelelahan. Hal ini akan terlihat dari perilaku anak yang tidak tertarik untuk bermain atau melakukan aktivitas apa pun. Cermati dan rutin tanyakan apa yang dirasakan oleh anak. Bagian tubuh mana yang terasa sakit, karena terkadang beberapa anak hanya diam dan tidak berkata apa pun kepada orang tua mengenai yang dirasakannya. Kondisi gejala ini dapat berlangsung pada tubuh anak kurang lebih selama 10 hari.

2. Gejala Polio Paralitik

Gejala penyakit polio selanjutnya adalah gejala yang sudah mulai parah, namun gejala ini sebenarnya jarang terjadi. Gejala ini terjadi jika terlambat dilakukan penanganan setelah gejala awal muncul. Kemunculan gejala tergantung pada bagian tubuh mana yang terinfeksi. Bagian tubuh yang dapat terserang virus ini antara lain tulang belakang dan otak. Jenis gejala ini muncul setelah  si anak (penderita) mengalami gejala polio non-paralitik. Gejala polio paralitik meliputi nyeri otot yang parah disertai dengan kelemahan, tidak bisa lagi gerak refleks, dan anggota tubuh menjadi lemas hingga mengarah ke lemah-lumpuh.

3. Gejala Pasca-Polio Syndrome

Gejala penyakit polio tingkat lanjut adalah gejala yang mengarah ke arah kelumpuhan. Beberapa gejala ini meliputi mudah kelelahan meskipun hanya melakukan aktivitas ringan, mengalami atrofi atau mengecilnya otot-otot tubuh, nyeri berkepanjangan pada sendi dan otot, terjadi henti nafas saat tidur, depresi, susah menelan, susah bernafas (terasa sesak nafas), sulit berkonsentrasi karena bagian saraf otak sudah mulai terganggu, dan tubuh tidak tahan dengan cuaca dingin.

Jika para orang tua menemui beberapa gejala penyakit polio di atas terjadi pada anak, maka segera dibawa ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan medis dan juga pemeriksaan laboratorium untuk memastikannya. Lebih baik mencegah daripada mengobati.

Untuk itu, akan lebih baik jika orang tua selalu memperhatikan jenis-jenis imunisasi dan manfaatnya yang diberikan pada anak, salah satunya imunisasi polio. Selain itu, kebersihan pribadi dan lingkungan juga sangat penting untuk diperhatikan. Itulah beberapa informasi mengenai gejala penyakit polio pada anak. Semoga bermanfaat.

5 Gejala Campak pada Bayi dan Anak yang Harus Diwaspadai

5 Gejala Campak pada Bayi dan Anak yang Harus Diwaspadai

Salah satu penyakit yang sering menyerang bayi dan anak adalah penyakit campak. Penyakit ini menjadi salah satu bahaya bayi tidak diimunisasi. Penyakit campak disebabkan oleh infeksi virus campak (measles virus) yang sangat menular. Biasanya virus ini dapat dideteksi melalui lendir di hidung dan tenggorokan. Virus campak ini dapat menular lewat saluran pernafasan, dapat juga ketika batuk atau bersin. Campak adalah penyakit sekali seumur hidup. Setiap orang tidak akan mengalami campak lebih dari satu kali. Hal ini karena ketika seseorang sudah terkena campak maka tubuhnya akan mempunyai kekebalan terhadap campak selama seumur hidupnya

Bayi dan anak yang terkena campak akan menunjukkan gejala awal seperti demam,batuk pilek, mata merah, ruam merah, kulit kering bersisik. Gejala campak ini sebenarnya baru akan muncul setelah masa inkubasi, yaitu sekitar 7-14 hari setelah bayi dan anak terpapar virus campak. Sebelum masa inkubasi ini, bayi dan anak akan terlihat sehat walaupun sebenarnya ia sudah terpapar virus. Untuk itu para orang tua harus benar-benar memperhatikan kondisi anak agar tidak muncul bahaya penyakit campak pada anak. Agar lebih  jelas, berikut dipaparkan mengenai gejala penyakit campak pada bayi dan anak:

1. Demam

Demam adalah indikasi awal adanya masalah pada tubuh bayi dan anak, tidak terkecuali ketika terpapar virus campak ini. Akan tetapi, demam terkadang dianggap hal yang sepele oleh orang tua. Ketika bayi dan anak demam, sistem kekebalan tubuh mereka sedang berperang melawan serangan virus yang menginfeksi tubuhnya. Demam pada bayi dan anak harus selalu dicermati. Bayi dan anak dikatakan demam jika suhu tubuhnya sudah melebihi 37,5 derajat Celcius. Pada penyakit campak ini, deman pada bayi dan anak mencapai 38-40 derajat Celcius. Para orang tua harus cepat dan tepat dalam mengambil cara mengatasi demam pada bayi dan anak.

2. Batuk Pilek dan Tidak Nafsu Makan

Gejala campak selanjutnya adalah batuk pilek. Penyakit batuk dan pilek ini seringkali juga dianggap sepele. Jika seorang bayi dan anak mengalami pilek atau flu hanya diindikasikan sebagai efek cuaca atau alergi. Perlu diwaspadai juga bahwa flu juga menjadi salah satu gejala penyakit campak. Biasanya flu akan muncul pada hari ke-2 ketika anak demam. Tidak jauh berbeda dengan flu, batuk pun menjadi pertanda tubuh sudah terinfeksi virus. Bahkan ketika bayi dan anak sudah mengalami batuk, itu menjadi pertanda bahwa virus sudah berkembang di badan mereka. Jika memang batuk dan pilek itu merupakan efek dari virus campak, maka dari waktu ke waktu batuk akan semakin parah bersamaan dengan munculnya gejala campak yang lain, misalnya kondisi tubuh bayi dan anak menjadi lemas dan tidak nafsu makan. Orang tua harus punya cara mengatasi batuk pada anak yang ampuh untuk hal ini.

3. Mata Merah dan Berair

Ketika bayi dan anak terserang batuk pilek, ia juga akan menimbulkan gejala penyakit campak yang lain yaitu mata merah dan berair.  Kondisi ini bukanlah satu dari macam-macam penyakit mata pada anak.  Ini merupakan salah satu gejala penyakit campak mulai berkembang pada tubuh bayi dan anak. Ketika fase ini, bayi dan anak akan merasa sangat lemah. Dan untuk bayi biasanya akan sangat rewel. Mata yang berair ini dapat menjadi sarana penularan campak ke anak lain. Kondisi mata merah dan berair memang tidak hanya merupakan gejala penyakit campak. Oleh karena itu para orang tua harus banyak pengetahuan tentang kondisi bayi dan anak, serta segera konsultasi dengan dokter ketika anak sakit.

4. Ruam Merah dan Gatal

Penyakit campak ditandai dengan munculnya ruam merah setelah anak mengalami demam. Ruam ini berupa bintik-bintik merah yang sangat kecil. Biasanya ruam diawali pada wajah, hingga selanjutnya menyebar ke tangan, badan, hingga sekujur tubuh. Ketika ruam ini muncul, biasanya demam pada bayi dan anak mulai menurun. Ruam campak ini akan terasa gatal hingga menyebabkan bayi dan anak akan bertambah rewel. Rasa gatal ini dapat dikurangi dengan mengaplikasikan bedak tabur dingin. Akan tetapi harus dengan petunjuk dokter untuk menghindari bahaya bedak tabur bagi bayi dan anak.

5. Kulit Kering Bersisik

Kulit kering bersisik terkadang merupakan salah satu dari macam-macam penyakit kulit pada anak. Akan tetapi kondisi ini berbeda karena kulit kering bersisik akan terjadi setelah ruam merah muncul di seluruh badan. Kondisi ini biasanya terjadi setelah seminggu pasca semua gejala campak muncul. Ketika bayi atau anak memasuki fase ini menunjukkan bahwa campak mereka mulai sembuh. Pada fase ini, kulit bayi dan anak menjadi kering dan bersisik. Biasanya dokter akan memberikan bedak dingin yang digunakan sampai bayi dan anak-anak benar-benar sembuh.

Baca : ciri-ciri flu singapura pada anak, belekan pada anak yang berbahaya, anak terlambat bicara ciri penyebab dan cara mengatasinya, gejala kolik pada anak, cacar air pada anak

Satu-satunya cara mencegah penyakit campak pada bayi dan anak adalah melalui imunisasi campak. Vaksin ini menjadi salah satu imunisasi wajib bagi bayi dan anak. Pemberian awal vaksin ini adalah ketika bayi berusia 9 bulan. Untuk itu lakukan imunisasi lengkap kepada bayi dan anak agar mereka terhindar dari berbagai penyakit berbahaya. Perbanyak juga pengetahuan mengenai jenis-jenis imunisasi dan manfaatnya.

Tetanus pada Anak – Gejala, Pencegahan dan Pengobatannya

Tetanus pada Anak – Gejala, Pencegahan dan Pengobatannya

Untuk orangtua yang memiliki anak balita atau berusia di bawah itu, Anda tentu sering mendengar tentang jenis jenis imunisasi dan manfaatnya yang dianjurkan atau diwajibkan oleh pihak petugas kesehatan. Salah satunya adalah imunisasi tetanus. Tetanus merupakan penyakit yang masih sering ditemukan pada anak-anak, terutama di negara-negara berkembang. Tetanus merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang tubuh manusia.

Kata Tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu Tetanos atau Teinein yang artinya menegang. Konon tetanus pertama kali disebutkan atau dikaji oleh orang Mesir Kuno pada sekitar tahun 3000 SM. Tetanus juga dikenal sebagai penyakit kejang mulut, adalah sebuah penyakit serius namun dapat dicegah yang mempengaruhi otot dan syaraf tubuh.

Tentang Penyakit Tetanus

Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri bernama Clostridium Tetani yang biasa ditemukan pada tanah, debu dan bahkan pada usus manusia atau binatang. Bakteri tersebut dapat memasuki tubuh manusia atau tubuh anak melalui luka di kulit. Ketika bakteri sudah berada di dalam tubuh, bakteri tersebut memproduksi racun berupa neurotoksin yang merusak syaraf dan menyebabkan beberapa kekejangan otot. Racun tersebut dapat beredar di dalam tubuh melalui aliran darah dan kelenjar getah bening. Ketika racun semakin menyebar, itu mempengaruhi aktivitas syaraf normal dan menyebabkan kejang yang bisa begitu kuat sehingga dapat merobek otot atau bahkan menyebabkan patah tulang belakang. Jika tidak ditangani dengan benar, tetanus dapat menjadi penyakit yang mengancam nyawa manusia.

Penyebab Tetanus

Kebanyakan tetanus berasal dari luka yang terkontaminasi atau luka yang dalam, seperti luka karena menginjak sebatang paku. Terkadang luka yang diderita sangat kecil sehingga orang tersebut tidak menemui dokter untuk berobat. Luka yang melibatkan kulit mati seperti gangren, luka terbakar, radang dingin, atau luka yang hancur juga beresiko terkena tetanus. Selain itu, luka yang terkontaminasi oleh tanah, ludah atau kotoran yang tidak dibersihkan dengan benar, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, juga berada dalam keadaan resiko tetanus.

Tanda dan Gejala Tetanus Pada Anak

Gejala tetanus yang dapat dilihat adalah apabila anak menunjukkan otot yang kaku dan lemah hanya di sekitar area otot. Hal seperti ini disebut tetanus lokal, dan gejalanya bisa menghilang tanpa melakukan perawatan. Pada bayi baru lahir, gejala umumnya akan terlihat pada tiga sampai empat belas hari setelah kelahiran. Sedangkan pada anak yang lebih tua, gejala kemungkinan akan berkembang dalam hitungan hari atau bulan sejak terinfeksi. Tanda dan gejala tetanus yang umum adalah seperti berikut ini:

  • Pada bayi baru lahir, sulit mengisap dan terus menangis.
  • Kejang rahang, yaitu kekejangan otot di sekitar rahang dan leher yang menyebabkan rahang anak terkunci.
  • Kekejangan otot yang menyakitkan, dipicu oleh cahaya, sentuhan atau suara.
  • Otot wajah yang kaku, atau alis yang tertarik dan bibir membentuk seringai atau ringisan.
  • Otot perut, lengan dan kaki yang kaku.
  • Sulit bernapas dan menelan.
  • Merasa gelisah dan terganggu, detak jantung atau napas cepat.
  • Sakit kepala atau mengalami kejang – kejang.
  • Berkeringat, sulit buang air kecil dan demam ringan.

Macam – macam Tetanus dan Gejalanya

Penyakit tetanus tidak hanya berupa satu macam saja, melainkan ada beberapa macam disertai dengan gejala yang berbeda namun mirip satu sama lain:

1. Tetanus Pada Umumnya

Gejala yang timbul pada tetanus pada umumnya seperti telah disebutkan di atas yaitu:

  • Sikap lekas marah dan lemah pada otot
  • Merasa kejang atau nyeri otot
  • Kesulitan menelan makanan karena kaku otot leher
  • Kesulitan mengunyah atau tersenyum karena kejang otot mulut.
  • Kejang pada sebagian besar otot tubuh yang dalam beberapa kasus cukup kuat untuk menyebabkan dislokasi sendi dan patah tulang.
  • Kaku otot leher dan dada menyebabkan kesulitan bernapas.
  • Ada juga gejala lain seperti tinja berdarah, diare, sakit kepala, demam, sensitif terhadap cahaya atau sentuhan, sakit tenggorokan, berkeringat, denyut jantung cepat.

2. Tetanus Cephalic

Ini adalah bentuk paling langka dari penyakit tetanus. Biasanya berhubungan dengan luka di wajah atau kepala dan berkaitan dengan ostitis media. Masa inkubasinya hanya satu atau dua hari. Tanda cephalic tetanus ditandai pada kejang mulut dan disertai setidaknya satu otot wajah lain yang melemah. Juga ditandai dengan kelumpuhan syaraf otak, dan bisa berkembang menjadi gejala tetanus umum.

3. Tetanus Lokal

Jenis ini terjadi jika kejang otot hanya mempengaruhi tempat terjadinya luka. Kejang otot pada tetanus lokal dapat memburuk dalam beberapa kasus dan juga berkembang menjadi gejala tetanus umum.

4. Tetanus Neonatal

Tipe tetanus ini terjadi pada bayi yang lahir dalam kondisi tidak steril terutama ketika bekas tali pusar terkontaminasi bakteri. Imunisasi tetanus pada ibu hamil akan menurunkan kekebalan tubuh yang didapat ibu kepada bayinya.

Anak yang Beresiko Tetanus

Seorang anak bisa memiliki peluang untuk terkena tetanus dibandingkan dengan anak lainnya karena beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu:

  • Ibu tidak menerima imunisasi tetanus
  • Bekas tali pusarnya tidak dibersihkan dengan baik.
  • Melewatkan dosis vaksin tetanus pada anak
  • Mengalami luka akut atau kronis seperti luka bakar, luka tusukan atau luka yang menghancurkan.
  • Memiliki luka yang tidak dibersihkan.
  • Mengalami patah tulang yang menyebabkan tulang menusuk kulit anak.
  • Pernah menjalani operasi atau perawatan gigi.
  • Mengalami luka akibat gigitan serangga.

Mendiagnosa Penyakit Tetanus

Diagnosa yang tepat sangat penting untuk penanganan penyakit pada anak. Tidak saja untuk penyakit tetanus, tetapi juga untuk cacar air pada anak, bronkitis akut pada bayi dan anak, gejala hipertensi pada anak, dan gejala diabetes pada anak. Petugas kesehatan atau dokter yang memeriksa anak Anda akan memeriksa luka anak dan menanyakan tentang gejala apa saja yang dialaminya. Katakan jika Anda tidak langsung membersihkan luka dengan menyeluruh atau jika Anda melihat kotoran atau benda asing lain di dalam luka. Dokter akan mencari beberapa gejala khas seperti kejang rahang, untuk membantu menegakkan diagnosa tetanus. Jika infeksinya sudah dipastikan, anak akan harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Ia akan ditempatkan pada ruangan yang gelap dan sunyi untuk mencegah kejang otot. Tindakan lainnya bisa berupa:

  • Obat – obatan yang diperlukan untuk menghentikan atau mencegah kejang pada otot. Anti toksin juga mungkin diberikan untuk mencegah toksin menyebar di tubuh anak. Obat – obatan lain akan diberikan untuk mencegah infeksi bakteri atau mengontrol rasa sakit, juga vaksin tetanus.
  • Tindakan operasi bisa dilakukan untuk menyingkirkan jaringan tubuh yang terpengaruhi oleh tetanus, membersihkan luka dari kotoran dan benda asing lainnya dan menghilangkan jaringan yang mati.

Tidak ada tes laboratorium yang dapat menguji penyakit tetanus, walaupun begitu ada tes sederhana yang bisa dilakukan yaitu tes spatula. Caranya dengan menyentuh dinding tenggorokan dengan menggunakan spatula. Orang normal akan menunjukkan reaksi menghindar, sedangkan pada penderita tetanus ia akan menggigit spatula tersebut dan menutup mulut.

Pengobatan Tetanus

Tetanus dapat diatasi dengan pemberian beberapa obat – obatan yaitu :

  1. Antitoksin atau Anti Tetanus Serum (ATS) – Saat ini sudah tersedia anti toksin tetanus berupa tetanus immunoglobulin, namun ini hanya bisa menetralkan racun yang belum terikat jaringan saraf.
  2. Antibiotik – Penggunaan antibiotik diperlukan untuk membunuh bakteri yang menyebabkan tetanus. Dapat diberikan secara oral atau diminum maupun melalui cara suntikan.
  3. Vaksin – Pemberian vaksin untuk tetanus adalah suatu keharusan untuk mencegah penyakit ini kembali, karena sekali mengalami penyakit tetanus tidak akan membuat seseorang kebal terhadap penyakit ini. Di Indonesia, vaksin tetanus termasuk ke dalam bagian dari vaksin DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus) yang harus dijalani sebanyak lima tahap yaitu pada usia 2, 4, 6 dan 18 bulan, lalu pada usia 5 tahun. SEtelahnya adalah pemberian booster TD setiap 10 tahun.
  4. Obat penenang dan obat lainnya- Kejang otot yang kuat terkadang membutuhkan obat penenang yang kuat. Dokter mungkin akan meresepkan obat seperti diazepam. Obat penenang seringkali menyebabkan pernapasan yang dangkal, maka kemungkinan alat bantu pernapasan diperlukan. Sedangkan magnesium sulfat dan jenis beta blocker lainnya bisa digunakan untuk mengontrol aktivitas otot tak sadar semisal detak jantung dan pernapasan.

Langkah Pencegahan Tetanus

Tetanus memang penyakit yang sangat mengkhawatirkan karena dapat membuat orang kehilangan anggota tubuh bahkan hingga mengancam nyawa. Penyakit tetanus pada anak bisa dicegah sebelumnya jika Anda melakukan beberapa langkah berikut:

  • Lakukan Imunisasi Tetanus Untuk Anak

Imunisasi atau pemberian vaksin untuk anak merupakan cara meningkatkan kekebalan tubuh anak. Carilah informasi dan keterangan pada petugas kesehatan mengenai vaksin untuk tetanus, karena terkena tetanus tidak akan membuat anak mendapatkan kekebalan seperti halnya penyakit cacar pada anak. Vaksin tetanus diberikan kepada anak dalam beberapa dosis. Untuk wanita hamil, biasanya vaksin tetanus diberikan pada trimester kedua kehamilan untuk mencegah bayi tertular tetanus melalui proses kelahiran.

  • Imunisasi Tetanus Pada Ibu Hamil

Pemberian imunisasi tetanus atau suntikan TT (Tetanus Toxoid) pada ibu hamil sangat berguna untuk mencegah tetanus pada ibu dan bayi. Hal ini bertujuan untuk mencegah tetanus pada proses persalinan, karena selalu ada resiko mengalami luka pada rahim atau pada jalan lahir dan tali pusat bayi. Terutama pada persalinan berisiko tinggi yaitu yang menggunakan alat – alat tidak steril. Pemberian imunisasi ini akan membentuk dalam tubuh ibu dan dapat diteruskan kepada bayi dan akan melindunginya beberapa bulan setelah kelahiran.

  • Bersihkan Setiap Luka Segera

Tekan luka anak jika mengalami pendarahan untuk menghentikannya. Bersihkan luka menggunakan air dan sabun, hilangkan semua kotoran dan benda asing dari luka. Ganti perban setiap hari atau jika basah dan kotor.

  • Bersihkan Tali Pusar Bayi Sesuai Petunjuk

Ingatlah untuk selalu mencuci tangan sebelum memeriksa bekas tali pusar bayi. Bersihkan dengan lembut dan juga kulit di sekitarnya dengan sabun ringan dan air hangat setiap memandikannya. Usaplah dengan alkohol menggunakan cotton bud sesekali. Tepuk dengan lembut menggunakan handuk, segera ganti perban jika terkena kotoran atau air seni bayi, atau ganti perban ketika mengganti popok.

Efek Samping Vaksin Tetanus

Perhatikan kondisi anak ketika Anda akan memberikan imunisasi tetanus. Jika anak mengalami sakit yang lumayan parah saat jadwal imunisasi, sebaiknya tunda dulu pemberian imunisasi tersebut. Vaksin tetanus yang diberikan kepada anak berupa vaksin DTP, DTap, atau TdaP. Efek samping yang biasa muncul setelah pemberian vaksin biasanya berupa beberapa hal berikut:

  • Demam ringan. Anda bisa memberikan parasetamol atau ibuprofen untuk cara mengatasi demam dan meredakan demam anak, namun hindari memberikan aspirin karena pada beberapa kasus dapat menyebabkan kerusakan hati dan otak.
  • Bengkak pada bagian yang disuntik.
  • Kulit yang disuntik agak memerah dan sakit.
  • Anak terlihat lelah dan rewel, waspadai jika setidaknya selama tiga jam anak tidak berhenti menangis atau mengalami kejang dan pingsan.

Efek samping ini akan muncul dalam waktu satu sampai tiga hari setelah pemberian vaksin. Efek yang sangat jarang terjadi adalah kejang, koma, kerusakan otak, masalah saraf dan alergi yang parah. Jika timbul efek samping yang diluar dugaan seperti gangguan pada sistem syaraf anak atau otak setelah 7 hari pemberian vaksin, alergi berat, demam tinggi, jangan teruskan pemberian vaksin dan konsultasikan dengan dokter anak.

Komplikasi Tetanus

Penyakit tetanus dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti berikut:

  1. Cacat tubuh – Penggunaan obat penenang biasanya diperlukan untuk mengendalikan kejang otot yang diderita karena tetanus. Namun, efek penggunaan obat penenang yang terus menerus bisa menyebabkan imobilitas permanen pada anak.
  2. Cedera Otak – Pada bayi,  kekurangan oksigen karena tetanus bisa menyebabkan kerusakan otak permanen, gangguan ringan atau hingga celebral palsy. Cedera otak juga merupakan salah satu akibat dan bahaya benturan pada kepala bayi dan anak.
  3. Patah tulang – Seperti telah disebutkan di atas, kekejangan yang kuat bisa menyebabkan patah tulang di tubuh anak. Salah satu bahaya anak terjatuh telentang adalah juga dapat mengalami patah tulang.
  4. Pneumonia Pernapasan – Kekakuan otot dapat menyebabkan kesulitan menelan dan batuk yang berakibat pada timbulnya pneumonia pernapasan, karena menghirup cairan di dalam perut, dan bisa mempengaruhi sistem pernapasan bagian bawah. Bahaya bedak tabur bagi bayi dan anak juga berkaitan dengan sistem pernapasan anak, karena butiran bedak bisa terhirup ke dalam sistem pernapasan bayi dan anak.
  5. Laryngospasm – Yaitu jika laring atau kotak suara mengalami kekejangan sementara, biasanya berlangsung antara tiga puluh sampai enam puluh detik. Akibatnya udara tidak dapat memasuki paru – paru dan menyebabkan kesulitan bernapas. Setelah ini biasanya pita suara akan menjadi rileks kembali, namun pada beberapa kasus justru dapat menyebabkan mati lemas karena kekurangan oksigen.
  6. Kejang Teitanic – Yaitu kejang yang mirip dengan kejang epilepsi. Bisa muncul pada beberapa kasus tetanus ketika infeksi sudah mencapai otak. Bisa terjadi beberapa kali dan cukup berat pada orang yang terinfeksi tetanus.
  7. Gagal Ginjal Akut – Hal ini bisa terjadi jika otot – otot hancur atau rusak dengan cepat dan menyebabkan protein otot bocor ke air seni.
  8. Pulmonary Embolism – Ini adalah kondisi serius yang dapat mengancam nyawa, terjadi ketika aliran darah di paru – paru tersumbat dan mempengaruhi sirkulasi darah serta proses pernapasan.
  9. Kematian – Kegagalan pernapasan menjadi penyebab yang paling umum sebagai akibat dari  komplikasi tetanus karena kekejangan otot dada membuat penderita tidak bisa bernapas sama sekali. Kesulitan bernapas juga akan membuat tubuh kekurangan oksigen yang menyebabkan serangan jantung.

Kapan Harus Mencari Pertolongan

Ketika menyangkut gejala tetanus dan juga penyakit lain pada anak, Anda harus tahu kapan waktu yang tepat untuk mencari pertolongan medis. Beberapa tanda yang bisa jadi mengarah kepada situasi gawat darurat anak yang harus diperhatikan yaitu:

  • Apabila anak mengalami kesulitan bernapas atau mengalami kesulitan menelan.
  • Detak jantung anak amat cepat atau tidak biasa.
  • Anak menderita kejang otot di wajah.
  • Anak mulai merasakan kejang atau tegang otot di sekitar luka.
  • Ada luka yang besar atau tidak dapat dibersihkan dengan menyeluruh.
  • Ada luka terbuka atau luka tusukan pada tubuh anak.
  • Tidak yakin atau lupa mengenai kapan waktu pemberian vaksin tetanus terakhir, atau tidak yakin mengenai apakah sudah mendapatkan vaksin sama sekali.
  • Anda mempunyai kekhawatiran dan pertanyaan mengenai kondisi anak.
  • Anak berkeringat sangat banyak tidak seperti biasanya.

Sebagai orang tua, Anda mempunyai hak untuk menentukan bentuk perawatan anak dan sebaiknya Anda memiliki dasar – dasar tentang perawatan kesehatan anak. Contohnya, bagaimana menangani anemia pada anak, mengetahui cara mengatasi anak tersedak, cara mengatasi mata minus pada anak dan cara mengatasi sakit perut pada anak. Sangat penting untuk mempelajari kondisi kesehatan anak dan bagaimana perawatan yang tepat, dengan mendiskusikannya bersama dokter anak mengenai perawatan apa yang Anda inginkan untuk anak. Pembahasan diatas hanya ditujukan untuk tujuan pemberian informasi, dan bukan sebagai saran medis resmi. Anda tetap harus berkonsultasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

14 Jenis-Jenis Imunisasi Dan Manfaatnya

14 Jenis-Jenis Imunisasi Dan Manfaatnya

Kata imunisasi sudah tidak asing lagi bagi kita, terutama para ibu yang memiliki bayi dan anak-anak. Imunisasi berarti kekebalan atau ketahanan tubuh. Untuk bayi dan anak-anak, beberapa jenis imunisasi diwajibkan, karena pada umumnya daya tahan tubuh bayi dan anak masih lemah.

( Barbara Loe Fisher, Presiden Pusat Informasi Vaksin Nasional Amerika ) Vaksin bertanggung jawab terhadap peningkatan jumlah anak-anak dan orang dewasa yang mengalami gangguan sistem imun dan syarat, hiperaktif, kelemahan daya ingat, asma, sindrom keletihan kronis, lupus, artritis reumatiod, sklerosis multiple, dan bahkan epilepsi. Bahkan AIDS yang tidak pernah dikenal dua dekade lalu, menjadi wabah di seluruh dunia saat ini”.

Imunisasi adalah sebuah program kegiatan dalam mencegah penyakit menular yang dilakukan dengan pemberian vaksin pada manusia, sehingga mereka adapat resisten terhadap virus atau penyakit yang hendak menyerang. Imunisasi adalah program yang dapat kita lakukan semenjak bayi hingga usia anak sekolah.  Anak akan diberikan vaksinasi yang mengandung virus atau bakteri yang sudah dilemahkan untuk merangsang sistem imun anak agar dapat membentuk antibodi atau daya tahan tubuh yang kuat pada tubuh mereka. Dan antibodi yang sudah terbentuk atau lebih kuat, akan bermanfaat bagi tubuh anak agar terhindar dari serangan virus ataupun bakteri yang akan datang di kemudian hari.

(Dr. Richard Moskowitz, Harvard University) “Vaksin menipu tubuh supaya tidak lagi menimbulkan reaksi radang. Sehingga vaksin mengubah fungsi pencegahan sistem imun”.

Cara pemberian imunisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dapat dilakukan dengan cara disuntikan pada anak, disemprotkan ke dalam mulut anak atau hidung anak dan di teteskan ke dalam mulut anak. Beberapa vaksin biasanya diberikan hanya sekali seumur hidup ketika anak masih bayi, namun ada juga beberapa vaksinasi yang diberikan beberapa kali agar anak memiliki kekebalan tubuh yang sempurna hingga ia dewasa nanti. Dan tentu pemberian vaksinasi ini hanya bisa dilakukan tenaga medis seperti dokter atau bidan yang ahli dibidangnya.

Pada dasarnya seorang bayi yang baru lahir sudah memiliki antibodi dari ibunya, dan ini diterima bayi ketika ia masih berada di dalam kandungan. Walaupun bayi sudah menerima vaksinasi untuk kekebalan tubuh dari ibunya sebelum ia lahir, tapi kekebalan tersebut hanya akan bertahan hingga beberapa bulan atau bahkan beberapa minggu saja. Dan setelah itu bayi akan rentan sekali terserang virus atau bakteri, sehingga hal tersebut membuat bayi harus mampu untuk memproduksi antibodi untuk dirinya sendiri.

Dengan memberikan imunisasi maka bayi atau anak memiliki kekebalan tubuh yang lebih kuat, sehingga mereka siap dan mampu untuk menghadapi gejala munculnya penyakit di masa mendatang seperti campak, polio, cacar, gondok, atau tetanus, dan lainnya sesuai dengan jenis vaksin yang pernah diberikan pada anak. Selain itu imunisasi juga dapat mencegah jenis penyakit menular.

Pada umumnya imunisasi akan menimbulkan efek samping yang ringan. Namun orangttua kerap kali merasakan khawatir ketika anaknya akan menerima vaksinasi. Hal ini sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan, karena efek samping dari imunisasi tergolong ringan.

Efek Samping Dari Imunisasi

  • Nyeri pada bagian yang disuntik
  • Timbul bekas suntikan
  • Mual / Muntah
  • Demam
  • Lemas
  • Hilang nafsu makan
  • Pusing disertai demam

Efek samping dari imunisasi yang tergolong parah seperti timbulnya reaksi alergi dan kejang mendadak, namun kasus ini sangat jarang sekali terjadi. Dibandingkan dengan efek samping yang timbul setelah pemberian imunisasi, pertimbangkanlah dengan efek manfaat yang di dapatkan anak setelah pemberian imunisasi tersebut. Bahkan semakin modernnya zaman, kini para ahli membuat inovasi baru, dengan menciptakan vaksin tanpa menimbulkan efek atau reaksi demam pada anak.

Hak anak untuk memperoleh imunisasi juga di atur negera melalui Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009. Di dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa, setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi dan pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak. Penyelenggaran imunisasi tertuang dalam peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013.

Jenis-Jenis Imunisasi Untuk Anak

Menjaga kesehatan anak tidak hanya memberikan makanan yang bergizi, namun memberikan imunisasi sesuai usianya juga penting. Dengan diaturnya program imunisasi dalam Undang-Undang kesehatan dan Konvensi Hak Anak dalam PBB, maka sudah menjadi tanggungjawab pemerintah dan orang tua untuk wajib memberikan imunisasi guna menjaga kesehatan anak-anak.

Imunisasi yang diberikan pada anak-anak sudah memiliki jadwal yang telah di evaluasi oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Penjadwalan ini di evaluasi berdasarkan adanya epidemiologis penyakit atau yang biasa disebut perubahan pada penyakit. Selain itu pembuatan jadwal imunisasi juga terbentuk karena adanya kebijakan dari kementerian kesehatan, WHO, rencana pengadaan vaksin Indonesia dan kebijakan yang dibuat secara global.

Berikut beberapa jenis imunisasi yang umumnya diberikan kepada anak-anak, yaitu :

1. BCG (Bacillus Calmette-Guerin)

Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan guna membentuk ketahanan tubuh terhadap penyakit TB  (Tuberkulosis). Penyakit ini tidak mencegah infeksi TB, melainkan mengurangi resiko serangan virus tubercle bacii yang dapat hidup didalam darah atau misalnya seperti meningitis TB dan TB miller. Oleh sebab itulah imunisasi ini dilakukan agar anak memiliki kekebalan tubuh yang aktif, dengan memberikan jenis basil yang sudah dilemahkan kedalam tubuh anak. Vaksin BCG ini diberikan hanya satu kali, biasanya di kurun waktu usia anak dibawah 3 bulan.

2. Hepatitis B

Imunisasi ini termasuk imunisasi yang wajib diberikan pada anak untuk mencegah masuknya VHB, virus ini adalah virus penyebab timbulnya  penyakit Hepatitis B. Penyakit Hepatitis B adalah penyakit yang muncul akibat adanya sirosis atau yang bisa disebut pengerutan hati. Jika penyakit ini berkembang didalam hati, maka akan berubah menjadi lebih parah yaitu kanker hati. Dalam imunisasi ini terdapat kombinasi pada jenis vaksin seperti DPT dan HepB, berdasarkan penelitian Biofarma vaksin ini dapat merespon antibodi pada anak lebih optimal dibandingkan dengan vaksinasi yang diberikan secara terpisah. Vaksin hepatitis B diberikan 3 kali untuk anak. Rentang ke-1, setelah anak lahir, rntang ke-2, sebulan setelah vaksin pertama, rentang ke-3, antara usia anak 4-6 bulan.

3. Polio

Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan guna merangsang kekebalan tubuh anak terhadap serangan virus polio. Polio adalah virus yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan sesak napas pada si penderitanya. Pada pemberian imunisasi polio, vaksin polio digolongkan menjadi dua macam yaitu OPV (Oral Polio Vaccine) dan IPV (Inacivated Polio Vaccine). Pada OPV vaksin yang akan disuntikan kedalam tubuh anak adalah berupa virus yang sudah dilemahkan. Sedangkan yang satunya adalah IPV yaitu suntikan yang berisi virus polio yang sudah dimatikan. Vaksin Polio diberikan 6 kali secara bertahap saat beberapa hari setelah anak lahir, anak menginjak usia di bulan ke-2, usia anak di bulan ke-4, usia anak di bulan ke-6, usia anak 18 bulan dan terakhir ketika anak berusia 5 tahun.

4. DPT

Imunisasi DPT adalah imunisasi yang diberikan agar anak terhindar dari penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Pemberian vaksin ini dilakukan sebanyak 3 kali pada anak usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Metode yang dilakukan pada pemberian vaksin ini dengan cara disuntikan pada anak. Pada imunisasi ini efek samping yang akan dirasakan anak adalah demam, rasa nyeri pada bagian yang disuntik, dan anak akan rewel selama kurang lebih 2 hari.

5. Campak

Imunisasi campak adalah imunisasi yang dilakukan guna mencegah timbulnya penyakit yang disebabkan oleh virus Morbili. Sebenarnya antibodi ini sudah diterima bayi dari ibunya, namun semakin bertambahnya usia semakin menurun pula antibodi yang ia dapatkan dari ibunya. Oleh sebab itu si kecil membutuhkan bantuan vaksinasi campak untuk menguatkan kembali antibodinya. Vaksinasi campak diberikan 2 kali, yaitu ketika anak berusia 9 bulan dan saat anak berusia 6 tahun.

6. HIB

HIB adalah imunisasi yang diberikan guna mencegah penyakit HIB. Dengan memberikan imunisasi ini, akan mencegah resiko serangan virus atau bakteri lain. Imunisasi ini dilakukan ketika bayi berusia 2 bulan, 3 bulan dan 5 bulan.  Pada vaksin HIB terdapat sebuah vaksin kombinasi DPT dan HIB yang memiliki daya imunogenitas yang tinggi namun tidak akan mempengaruhi respon pada imun yang lain.

7. PCV

Bayi yang berisiko tinggi mengalami kolonisasi pneumokokus, yaitu bayi yang terindikasi dengan infeksi pada saluran napas bagian atas, merupakan perokok pasif, tidak memperoleh ASI, dan bayi yang bermukim di negara yang memiliki 4 musim (pada musim dingin). Umumnya vaksin ini hanya disarankan oleh dokter, tergantung beberapa indikasi tersebut diatas.

8. ROTAVIRUS

Imunisasi ROTAVIRUS adalah imunisasi dengan menggunakan vaksin yang dapat mencegah timbulnya penyakit rotavirus yang dapat menyebabkan kematian pada anak. Pada imunisasi ini vaksin yang diberikan adalah vaksin monovalent ( Rotarix ) dan pentavalen ( Rotareq ) Beberapa penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa vaksin rotavirus terbukti sangat efektif dalam melindungi tubuh anak. Para peneliti menyimpulkan bahwa vaksin ini efektif, karena pada rumah sakit yang mendapatkan kasus tersebut terbukti dapat menekan jumlah pasien diare sebanyak 50%. Dan penurunan kasus pada pasien tersebut terjadi sekitar kurang lebih 2 tahun setelah program imunisasi tersebut dijalankan.

9. INFLUENZA

Imunisasi influenza adalah imunisasi yang diberikan guna mencegah timbulnya flu pada anak. Imunisasi ini diberikan pada anak berusia 6 bulan hingga 2 tahun. Imunisasi ini berguna untuk mencegah datangnya flu yang dapat ditularkan melalu udara, bersin ataupun batuk. Vaksinasi pada imunisasi ini disarankan untuk anak yang memiliki penyakit asma, ginjal dan diabet. Gejala yang akan dirasakan anak adalah demam, batuk, pilek dan bahkan terasa pegal-pegal pada tubuh anak.

10. VARISELA

Imunisasi varisela adalah imunisasi yang diberikan pada anak guna mencegah timbulnya virus varicella zostar atau yang biasa kita sebut cacar air. Virus ini memang bisa saja menyerang siapa saja baik anak-anak maupun orang dewasa. Pada pemberian vaksin ini, anak harus dalam keadaan sehat, tidak demam, tidak memiliki neomisin dan defisiensi imun seluler. Oleh sebab itu imunisasi menjadi cara efektif untuk mencegah timbunya virus varicella zostar atau cacar air.

11. TIFOID

Imunisasi tifoid atau yang sering disebut tifus adalah imunisasi yang diberikan pada anak guna mencegah terjadinya tifus pada anak. Imunisasi ini disarankan untuk anak usia 2 tahun, dan diberikan 3 tahun sekali pada anak. Penyakit ini terjadi karena adanya bakteri salmonella typhi yang sering ditemukan di air ataupun tempat tinggal yang kurang terjaga kebersihannya.

12. HEPATITIS  A

Imunisasi hepatitis A adalah imunisasi yang dapat diberikan pada anak usia 2 tahun. Imunisasi yang akan diberikan kepada anak berupa vaksinasi yang dapat mencegah timbulnya virus peradangan pada hati anak. Pemberian vaksinasi ini dilakukan dua kali, dan jarak antara suntikan pertama dan kedua berjarak antara 6 bulan hingga 12 bulan / 1 tahun.

13. HPV

Imunisasi HPV adalah imunisasi yang dapat diberikan pada anak usia remaja. Usia ini berguna untuk mencegah kanker serviks pada wanita sejak dini. Imunisasi ini dapat diberikan pada anak usia 12 tahun, dan sesuai dengan  ketentuan dokter. Pada imunisasi ini anak harus diberikan vaksin sebanyak 3 dosis, dosis kedua diberikan 2 bulan setelah dosis pertama dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis pertama.

14. MMR

Adalah imunisasi yang dilakukan untuk otak. Imunisasi ini sebenarnya tidak banyak disarankan oleh dokter, karena terjadi banyak kasus timbul gejala autisme setelah anak mendapatkan imunisasi ini. Akan lebih baik jika bunda mengeonsultasikan pada dokter dan mencari efek samping dari imunisasi ini melalui banyak sumber.

Beberapa jenis penyakit yang terjadi pada anak memang tidak terlalu berbahaya, namun mengantisipasi tentu lebih baik daripada mengobati. Beberapa manfaat yang didapat dari pemberian imunisasi pada anak, adalah :

  • Mencegah anak dari serangan penyakit, dewasa ini banyak sekali bermunculan jenis-jenis penyakit yang begitu mengkhawatirkan. Seperti flu burung, flu singapura, sapi gila, dan lainnya. Walaupun bisa diobati, namun ada penderita yang mengalami catat dalam anggota tubuhnya. Atau bisa juga dengan terlampau seringnya mengkonsumsi obat atau antibiotik membuat beberapa organ tubuh penderita menurun fungsi kerjanya. Denagn memberikan imunisasi, orangtua telah membentengi tubuh anak setidaknya mencegah atau mengurangi resiko yang lebih besar.
  • Memperkecil resiko penyakit menular, dengan musim yang tak jelas seperti sekarang, anak-anak tentu lebih rentan terhadap perubahan cuaca dan penyebaran penyakit. pemberian imunisasi kepada anak, setidaknya membuat anak dapat melakukan berbagai aktivitasnya di luar rumah dengan tenang tanpa kekhawatiran orangtua akan lingkungan yang kotor, kuman/virus yang berterbangan dan sebagainya.
  • Menghemat anggaran keluarga dan pemerintah, pemberian imunisasi diharapkan anak-anak akan tumbuh menjadi lebih baik, lebih sehat, lebih kuat. Dengan imunisasi juga diharapkan penyebaran berbagai jenis penyakit menular dan berbahaya menjadi lebih kecil sehingga biaya atau anggaran untuk berobat pun menjadi lebih hemat. Jika anak-anak yang menjadi generasi penerus bangsa sehat, tentunya masa depan bangsa pun lebih baik.

Program atau jadwal imunisasi untuk anak, biasanya sudah tersedia dalam buku panduan ketika anak lahir. Dan petugas rumah sakit (suster, dokter) memberikan catatan baik waktu untuk melakukan imunisasi maupun catatan jika imunisasi tersebut sudah dilakukan.

Artikel Lainnya
  • cara mengatasi anak kidal
  • anak tersedak
  • bahaya benturan pada kepala bayi dan anak
  • cara mengatasi mata minus pada anak
  • bahaya bedak tabur bagi bayi
  • gejala hipertensi pada anak
  • jenis mainan yang merangsang otak anak
  • manfaat oatmeal untuk bayi dan anak
  • cara mendidik anak yang suka membantah
  • manfaat menjemur bayi dan anak
  • cara mengatasi cegukan pada bayi
  • ciri ciri anak hiperaktif
  • gejala diabetes pada anak
  • jenis makanan yang berbahaya untuk anak
  • cara mengatasi bayi yang mudah terkejut ketika tidur

Beberapa hal yang perlu di perhatikan ketika memberikan vaksinasi kepada anak, waktu pemberian vaksinasi, kondisi kesehatan anak dan imunisasi yang wajib/harus diberikan. Tidak semua jenis imunisasi diwajibkan pemberiannya. Ada beberapa jenis imunisasi sifatnya dianjurkan (boleh dilakukan imunisasi atau boleh diabaikan). Untuk hal-hal tersebut, sebaiknya orangtua berkonsultasi terlebih dahulu kepada pihak medis atau dokter, karena bisa saja yang tadinya bersifat anjuran karena perubahan kondisi dan penyebaran penyakit yang lebih serius menjadi bersifat wajib. Selain itu agar hasil yang didapat anak bisa maksimal.