gangguan

5 Bahaya Anak Terjatuh Terlentang – Penyebab, Penanganan dan Pencegahan

5 Bahaya Anak Terjatuh Terlentang – Penyebab, Penanganan dan Pencegahan

Memiliki anak yang aktif adalah suatu kebahagiaan tersendiri bagi orangtua. Dengan aktifnya anak bergerak, kadangkala orangtua juga merasa was-was dengan bahaya anak terjatuh atau terluka. anak dapat terjatuh atau terluka pada saat bermain, atau bayi terjatuh saat mulai belajar berjalan, terjatuh dari gendongan dan sebagainya.

Terjatuh adalah hal yang wajar terjadi pada anak-anak, terutama pada batita yang masih belajar berjalan. Selain pada batita yang belajar berjalan, biasanya anak juga akan terjatuh ketika mereka bermain atau berlari-lari. Namun yang berbahaya ketika anak terjatuh dengan posisi terlentang.

Penyebab Anak Terjatuh

Banyak faktor atau penyebab yang membuat anak terjatuh, entah hal tersebut terjadi secara sengaja ataupun tak disengaja. Beberapa diantaranya adalah :

  1. Anak Tersandung – Saat anak-anak bermain, ada baiknya kita menyingkirkan barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan. letakkan barang tersebut di tempat yang tidak dapat dijangkau anak -anak, di gudang misalnya. Menyingkirkan barang-barang yang tidak terpakai untuk menghindari anak tersandung ketika bermain saat mereka berlari ataupun berjalan.
  2. Jatuh dari Tangga – Jika memiliki anak tangga dirumah, maka orangtua perlu memperhatikan keamanan anak. Yang dapat orangtua lakukan adalah pertama berikan pintu pada tangga agar anak tidak bisa melewati atau turun naik tangga sendiri. Dengan memberikan pintu tangga, maka anak akan lebih aman dan terhindar dari kemungkinan jatuh dari tangga. Karena hal ini dapat menyebabkan berbagai risiko seperti gegar otak, kelumpuhan dan bahkan kematian pada anak.
  3. Tempat Tidur Terlalu Tinggi – Dalam memilih tempat tidur anak, pertimbangkan beberapa hal untuk keamanan anak. Apalagi jika memilih tempat tidur bertingkat, resiko terjatuh lebih besar karena turun naik ke tempat tidur lebih sering anak lakukan.
  4. Lantai Licin – Ketika lantai sedang di pel, pastikan anak berada di tempat yang aman dan tidak sedang berjalan, bermain atau berlari di area tersebut. pada lantai licin, saat terpeleset jatuh dengan posisi terlentang sangatlah mungkin. hal ini sangat berbahayakarena dapat mengakibatkan anak mengalami gegar otak atau patah tulang.
  5. Terpeleset Sandal – Memilih sandal yang tepat untuk anak juga penting. Pilihlah sandal dengan sol yang sesuai dengan ukuran kaki anak. Sandal yang aman atau memiliki bahan anti selip walaupun digunakan di tempat yang basah. Orangtua seringkali membeli sepatu atau sandal yang ukurannya lebih besar dari ukuran kaki anak agar awet dan tidak sering membeli sandal. Sebaiknya lebih mengutamakan kenyamanan dan keselamatan anak. Karena jika kita memberikan anak sandal yang lebih besar dari ukuran kakinya, anak bisa terpeleset atau tersandung dalam beberapa posisi. Seperti lutut yang terjatuh duluan, muka yang terjatuh ke bawah dan bahkan jatuh dengan posisi terlentang.
  6. Susah Menjangkau Mainan – Masa anak-anak memang indentik dengan masa dimana aktivitas mereka dihabiskan untuk bermain. Hal inilah yang membuat orang tua lebih sering membelikan anak mainan baru. Tentu setiap anak memiliki mainan kesayangan, yang selalu mereka gunakan ketika bermain. Banyaknya mainan terkadang membuat orangtua lebih suka meletakkannya di atas meja, lemari atau tempat yang lainnya. Namun harus diingat, jika ingin menyimpan mainan anak, sebaiknya ditempat yang mudah di jangkau oleh mereka. karena meletakkan mainan pada tempat yang sulit di jangkau anak, seperti di atas meja akan membuat anak kesulitan untuk menjangkaunya. Mungkin saja mereka akan berpikir untuk memanjat dengan kursi atau yang lainnya, dan ini berbahaya bagi anak. Mereka dapat terpeleset dan jatuh terlentang saat akan mengambil mainan tersebut. Oleh sebab itu sebaiknya menyiapkan box mainan agar anak mudah menyimpan, meletakkan atau mengambil mainannya.
  7. Anak Memanjat Kursi – Anak-anak seringkali mencoba untuk menirukan orang dewasa di sekitar mereka. Seperti duduk di kursi atau naik ke tempat tidur. Jika tempat tersebut tidak tinggi mungkin tidak bermasalah untuk anak-anak. namun jika tempat tersebut tinggi dan anak-anak memanjat untuk menaikinya, tentu saja resiko terjatuh akan dialami oleh anak. Karena itu orangtua perlu ekstra mengawasi apa yang anak lakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
  8. Lantai Kamar Mandi Licin – Kasus kematian akibat terpeleset di kamar mandi adalah yang paling sering terjadi. Membersihkan dan menyikat lantai kamar mandi agar tidak licin sudah pasti harus dilakukan. Jika anak terpeleset di kamar mandi, akibatnya sangat fatal sekali seperti gegar otak, patah tulang, kejang, dan bahkan kematian. Oleh sebab itu selalu perhatikan lantai kamar mandi agar tidak licin, sehingga anak tidak terpeleset.
  9. Jatuh dari Sepeda – Bermain sepeda adalah hal yang sangat disukai anak-anak. Dalam bermain sepeda, anak-anak perlu pengawasan orang dewasa. karena bisa sajahal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
  10. Bertengkar dengan Teman – Sekarang ini, tayangan di televisi seringkali mempertontonkan hal yang tidak seharusnya dilihat anak-anak. Atau permainan games di ipad, handphone, komputer dan lainnya. Seperti acara boxing, perkelahian atau kekerasan yang lainnya, karena anak akan meniru gaya atau tingkah laku tersebut ketika bertengkar dengan teman atau saudaranya.

Penyebab Bayi Terjatuh

Bukan saja anak-anak yang sudah aktif berjalan, berlarian dan melompat yang memiliki resiko terjatuh, namun bayi mungil pun memiliki resiko yang sama. Bahkan saat tidur pun bayi bisa terjatuh, jika bayi tersebut sudah bisa berguling. Selain itu ada beberapa hal lainnya yang menjadi penyebab bayi terjatuh, yaitu :

  • Belajar membalikkan badan – Pada tahap bayi sudah dapat membolak balikkan tubuhnya ke kanan dan kiri, maka saat ini bayi sudah harus penjagaan ektra dari orangtua. Jika di letakkan di tempat tidur tanpa ada pembatas mungkin saja bayi terjatuh, karena bayi sudah mampu bergerak ke sana kemari. Sebagai pengamanan ada baiknya meletakkan kasur di bawah ranjang atau meletakkan bayi di kasur bawah (tanpa ranjang).
  • Belajar Berdiri – Pada bayi dalam masa belajar berdiri, sering kali mereka terjatuh dan bangun lagi. Hal ini wajar karena anak terus mencoba untuk menyeimbangkan berat badannya. Tidak meninggalkan bayi sendiri tentunya pilihan yang baik untuk orangtua. Atau mengalasi lantai dengan kasur tipis, matras atau media lainnya yang relatif aman untuk si kecil. Sehingga jika si kecil terbentur atau terjatuh tidak berakibat fatal.
  • Belajar Berjalan – Setelah melewati tahap belajar berdiri, anak pastinya akan mencoba untuk belajar berjalan. Pastikan anak berjalan di tempat yang aman dan tidak licin, jauhkan benda-benda yang bisa mengganggu proses berjalan anak.
Sebagai orangtua memberikan keamanan dan kenyamanan untuk anak sangatlah penting untuk mengatisipasi resiko-resiko yang tidak diharapkan dan mereka bisa menjalani aktivitasnya dengan ceria.

Bahaya Anak Jatuh Dengan Posisi Terlentang

Dari segala posisi saat anak terjatuh, pada saat anak jatuh terlentanglah yang paling berbahaya, karena posisi terjatuh ini berhubungan dengan otak anak. Beberapa hal yang dapat terjadi pada anak ketika anak jatuh terlentang adalah :

  1. Gegar Otak

Pada saat anak terjatuh dengan bagian kepala belakangnya membentur lantai, bisa saja anak mengalami gegar otak. Dalam masa pertumbuhan bayi dan anak, hal ini dapat menghambat fungsi kognitif anak, mengakibatkan gangguan syaraf bahkan dapat mengalami amnesia.

  1. Patah Tulang

Terjatuh dari tempat tinggi atau tertimpa suatu benda/barang juga dapat mengakibatkan tulang anak patah. Jika terjadi pada tulang belakang anak sangat berbahaya. Selain menganggu pertumbuhan tulang juga dapat mengakibatkan kelainan pada struktur tulang anak.

  1. Pendarahan Bagian Dalam Tubuh

Terjatuh juga dapat membuat organ-organ dalam tubuh anak mengalami pendarahan. Bukan hanya pendarahan akibat luka di kulit atau tubuh bagian luar, pendarahan atau luka didalam tubuh juga dapat terjadi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, jika anak terjatuh dan orangtua menemukan hal-hal yang tidak semestinya atau perilaku anak tidak seperti biasanya, ada baiknya orangtua segera membawa anak ke rumah sakit untuk memeriksakannya lebih lanjut.

  1. Syaraf Terjepit

Kejadian syarat terjepit bukan hanya di derita oleh orangtua saja, anak-anak pun dapat mengalaminya apabila anak terjatuh dengan posisi punggung membentur lantai. Selain dapat mengakibatkan keseleo pada tulang, retak, mengganggu struktur tulangnya, dapat juga mengakibatkan kelumpuhan pada saraf. Banyak hal yang dapat terjadi pada kondisi anak terjatuh, maka dari itu waspadalah terhadap segala aktivitas anak Anda. Terutama anak-anak yang masih belum mengerti apakah sesuatu itu berbahaya atau tidak.

  1. Kematian

Hal terburuk dan paling fatal yang tidak diharapkan semua orangtua adalah resiko kematian. Karena itu, orangtua diharapkan tidak lalai menjaga anak-anaknya dalam setiap kesempatan.

Yang Harus diLakukan jika Anak Jatuh Terlentang

  • Perhatikan posisi ketika anak jatuh
  • Perhatikan bagian tubuh anak manakah yang terbentur
  • Jika anak jatuh dari ketinggian, perkirakan berapa meter tingginya
  • Perhatikan reaksi anak saat terjatuh
  • Carilah apakah ada bagian tubuh anak yang memar atau benjol ( kepala, paha, lengan dan punggung ).
  • Jika ada bagian yang memar atau benjol berikan minyak tawon, minyak Sumbawa atau minyak kelapa, cara ini dilakukan untuk mengurangi memar pada bagian tubuh anak.
  • Jika menemukan benjol dan memar berlebihan hingga berdarah, bawalah ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan observasi medis.
  • Jika anak masih bayi, coba gerakkan tangan , kaki dan lihatlah kepala anak ke kanan, ke kiri.
  • Jika setelah jatuh anak merasa pusing bawalah ia ke dokter.
  • Jika setelah jatuh anak mual dan muntah bawalah anak ke rumah sakit .
  • Jika anak lebih diam setelah jatuh, bawalah anak ke dokter atau rumah sakit sesegara mungkin.
  • Catatlah urutan kejadian terjatuhnya anak jika dirasa perlu.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menangani anak terjatuh. Lakukan observasi sederhana di rumah, catatlah apa saja yang di alami anak dan dikeluhkan anak. Jika tiba-tiba menemukan anak terjatuh, tanpa melihat bagaimana kejadiannya, berikut beberapa tips yang bisa orangtua lakukan :

  • Perhatikan posisi anak saat menemukannya dalam keadaan jatuh
  • Perhatikan tingkat kesadaran anak, perhatikan apakah anak menangis atau tidak.
  • Jika menemukan anak hanya diam saja, sebaiknya segera bawa ke dokter atau rumah sakit.
  • Jika menemukan anak jatuh dalam keadaan terlentang, sebaiknya segera lakukan observasi dasar.
  • Gerakkan kaki dan tangan anak ( hal ini untuk mengetahui bagian mana yang sakit dan jika anak merasa sakit berlebihan, sebaiknya bawalah anak ke dokter)
  • Jika menemukan anak dalam keadaan tidak sadar, cepat bawa anak ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan tim medis untuk meminimalisir kemungkinan terburuk yaitu kematian.

Cara Menghindari Anak Jatuh Terlentang

  1. Letakkan barang yang tidak terlalu penting digudang.
  2. Pilihlah tempat tidur yang nyaman dan aman untuk anak, terutama pada bayi.
  3. Berikan pintu pada tangga, agar anak tidak naik turun tangga dan terpeleset.
  4. Letakkan mainan anak dalam box khusus tempat mainannya, agar anak mudah menjangkau mainannya.
  5. Bersihkan kamar mandi, dan sikat lantai kamar mandi secara teratur.
  6. Jangan biarkan anak main di dalam kamar mandi.
  7. Jika keluar dari kamar mandi biasakan mengeringkan telapak kaki dengan keset, dan jangan lupa ajarkan anak untuk berkeset ketika keluar dari kamar mandi.
  8. Jika lantai sedang di pel, sebaiknya jangan perbolehkan anak berjalan.
  9. Ajarkan anak cara duduk atau naik ke tempat tidur dengan benar.
  10. Berikan anak sandal yang sesuai dengan ukuran kakinya, dan pilihlah sandal anti selip untuk anak
Artikel Lainnya
  • cara mengatasi anak kidal
  • anak tersedak
  • bahaya benturan pada kepala bayi dan anak
  • cara mengatasi mata minus pada anak
  • bahaya bedak tabur bagi bayi
  • gejala hipertensi pada anak
  • jenis mainan yang merangsang otak anak
  • manfaat oatmeal untuk bayi dan anak
  • cara mendidik anak yang suka membantah
  • manfaat menjemur bayi dan anak
  • cara mengatasi cegukan pada bayi
  • ciri ciri anak hiperaktif
  • gejala diabetes pada anak
  • jenis makanan yang berbahaya untuk anak
  • cara mengatasi bayi yang mudah terkejut ketika tidur

Walaupun orangtua sudah melakukan pencegahan, pengawasan dan penjagaan semaksimal mungkin, tetap ada kemungkinan bayi atau anak terjatuh. Jika sudah terjadi, lakukan observasi untuk mencegah hal-hal buruk yang lebih fatal.

Anak Tersedak – Penyebab, Bahaya dan Cara Mengatasinya

Anak Tersedak – Penyebab, Bahaya dan Cara Mengatasinya

Tersedak merupakan suatu peristiwa yang terjadi secara tidak sengaja dan lumrah terjadi pada anak-anak. Bahkan orang dewasa pun seringkali mengalaminya. Tersedak terjadi karena trakea pada anak tersumbat oleh makanan, benda kecil, muntah, minuman dan lain sebagainya. Tersedak merupakan mekanisme awal saat anak menelan, yang dalam waktu bersamaan melakukan aktivitas tertentu seperti berbicara, berjalan atau bahkan memasukkan makanan berlebihan ke dalam mulut.

Menurut Muttaqin (2008) mekanisme menelan dimulai dengan persiapan makanan untuk bisa ditelan, yaitu dikunyah (saraf trigeminus) dan makanan dipindah–pindahkan (oleh lidah yang dipersyarafi saraf hipoglosus) untuk dapat dipecahkan dan digiling oleh gigi geligi kedua sisi. Kemudian makanan didorong ke orofaring. Pemindahan ini dilakukan oleh otot–otot lidah, arkus faringeus, dan dibantu oleh otot stilofaringeus (saraf faringeus). Adanya tekanan diruang mulut meningkatkan kontraksi otot–otot pipi (saraf fasialis). Agar tekanan meninggi ini mampu mendorong makanan ke orofaring, palatum mole menutup hubungan antara nasofaring dan orofaring (saraf vagus). Agar makanan yang dipindahkan dari mulut ke orofaring tidak tiba di laring, pintu laring ditutup oleh epiglotis (saraf vagus).

Menurut Sherwood (2011), makanan dicegah masuk ke trakea terutama oleh elevasi laring dan penutupan erat pita suara di pintu masuk laring atau glotis. Bagian pertama adalah laring atau voice box, yang dilintangi oleh pita suara. Sewaktu menelan, pita suara melakukan tugas yang tidak berkaitan dengan berbicara. Kontraksi otot laring mendekatkan kedua pita suara satu sama lain sehingga pintu masuk glotis tertutup. Lalu, mengapa bisa tersedak? Karena pada saat kita akan menelan, namun kita juga ingin berbicara hal tersebut mengakibatkan epiglotis secara otomatis dan mendadak terbuka sehingga menyebabkan bolus masuk ke laring, dan laring berusaha untuk mengeluarkan benda asing tersebut sehingga mengalami hal yang dinamakan dengan “tersedak”. Disamping itu, saat menelan sekali dimulai maka gerakan ini tidak bisa dihentikan meskipun berlangsung secara volunter, sebab berlangsung sekitar 1 detik.

Pada umumnya tersedak lebih sering terjadi pada bayi dengan usia 6 bulan ke bawah, hal ini terjadi karena bayi belum memiliki reflek menelan ASI dengan baik. Dan ketika bayi berusia diatas 6 bulan, maka bayi lebih mampu mengatasi atau memiliki reflek yang sudah bagus. Bayi sudah mampu mengatur keluar masuknya udara ataupun makanan dan minuman, hal ini terjadi karena rongga napasnya sudah lebih lebar dibandingkan saat usianya dibawah 6 bulan dan oleh sebab itu mereka akan lebih jarang tersedak pada usia tersebut. Tersedak pada bayi bisa batuk-batuk karena berusaha mengatur keluar masuknya udara, dan hal ini menimbulkan mual dan reflek dengan memuntahkan isi perutnya.

Penyebab Anak Tersedak

Walaupun tersedak terjadi secara tidak sengaja, namun tetap ada faktor yang menyebabkannya. Di bawah ini beberapa hal yang menjadi pemicu terjadinya tersedak pada anak, diantaranya :

  1. Makan sambil Berbicara – Ada baiknya orangtua mengajarkan anak ketika makan sebaiknya tidak berbicara atau mengobrol, apalagi saat mulut sedang penuh dengan makanan. Tersedak makanan dapat terjadi karena makanan dan udara yang masuk saling bertabrakan. Oleh sebab itu anak akan mudah tersedak dan makanan tidak bisa masuk ke jalan yang benar. Hal ini berbahaya bagi anak, karena anak bisa kekurangan oksigen.
  2. Makan sambil Berjalan – Dalam aturan keluarga manapun, tentunya makan sambil berjalan bukanlah hal yang baik. Setiap orang tua pasti akan mengajarkan anaknya untuk makan dengan duduk dan tenang. Karena makan sambil berjalan juga akan menimbulkan bahaya tersedak pada anak. Anak bisa saja tersedak dengan tiba-tiba sehingga anak  panik dan mengakibatkan anak kekurangan oksigen. Jika hal itu terjadi, orang tua dapat mengatasinya dengan cara memberikan anak sedikit minuman untuk mendorong masuknya makanan ke jalan masuk yang benar.
  3. Terburu-buru – Makan dengan tergesa-gesa atau mengunyah terlalu banyak makanan di dalam mulut juga menjadi salah satu faktor penyebab tersedak. Ajarkan anak untuk makan dan mengunyah dengan perlahan, tanpa harus merasa dikejar waktu.
  4. Memasukkan Benda Asing ke dalam Mulut – Anak-anak, terutama balita umumnya seringkali memasukkan mainan atau sesuatu ke dalam mulut, baik dalam ukuran besar maupun kecil. Hal ini harus menjadi perhatian orangtua, karena selain berbahaya akibat tersedak, bisa saja sesuatu barang tersebut tajam atau kotor.
  5. Makanan yang Keras dan Licin – Makanan yang belum bisa di kunyah anak dengan baik seperti permen, buah-buahan yang kecil (rambutan, leci, strawberi dan lainnya), biji-bijian, umumnya juga dapat membuat anak tersedak. Ada baiknya orang tua tidak memberikannya terlebih dahulu kepada anak. Jika pun orang tua ingin memberikan buah-buahan, potonglah buah tersebut kecil-kecil sehingga anak dapat mengunyahnya dengan aman.
  6. Potongan sayur atau daging yang Besar – Dalam beberapa kasus, anak-anak tersedak karena sayuran yang berserat. Potongan sayuran yang terlalu panjang membuat anak sulit untuk mengunyah dan menelan. Begitu juga daging yang potongannya terlalu besar dan teksturnya berserat. Contoh seperti sate. Anak-anak umumnya belum pandai untuk mengunyah dan menelan makanan tersebut. Orangtua harus memotong kecil makanan sesuai ukuran tenggorokan anak.
  7. Makan sambil bermain – Kadangkala orangtua seringkali menyuapi anak-anak makan sambil bermain. Selain tidak baik untuk kesehatan karena mainan anak belum tentu bersih, anak juga kdang bermain sambil meloncat atau berlarian. Hal ini bukan hanya membuat anak beresiko tersedak namun juga tidak baik untuk pencernaannya.

Penyebab Bayi Tersedak

Sama halnya dengan anak, bayi pun dapat tersedak. Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab bayi tersedak, diantaranya adalah :

  1. Bayi tidak dibantu Sendawa – Penyebab bayi tersedak ketika selesai di susui ASi, umumnya karena orangtua tidak membantu bayinya bersendawa. Saat bayi selesai makan ataupun minum akan lebih baik jika orangtua membantunya agar bisa bersendawa. Membantu anak bersendawa perlu karena reflek yang ia miliki belum mampu berfungsi secara optimal, hal ini terjadi karena ia masih kecil dan masih belum bisa mengangkat lehernya dengan sempurna.
  2. Posisi yang Kurang Tepat saat Memberikan Bayi ASI – Ketika memberikan bayi makan, sebaiknya ibu mengatur posisi tubuh bayi untuk tegak. Jangan biarkan bayi makan dalam posisi tidur atau setengah tidur. Begitu juga ketika ibu menyusui bayinya, sebaiknya ibu mengatur posisi bayi untuk lebih tegak sekitar 30 derajat dari posisi tidurnya. Begitu juga ketika menyusui dengan berbaring, besar sekali kemungkinan anak gumoh lalu tersedak dan bahkan cairan tersebut bisa masuk ke telinga anak.
  3. Terlalu Memaksa Bayi untuk Menyusui – Mencegah dehidrasi pada anak memang penting, tapi memberikan bayi ASI berlebihan juga bukanlah hal yang baik. Hal ini dapat menyebabkan anak tersedak saat anak kekenyangan, dan akan membuat anak sulit untuk mengatur keluar masuknya udara. Jika memberikan anak ASI/susu dengan botol, gunakanlah botol khusus anti tersedak, sehingga dapat membantu bayi agar terhindar dari efek tersedak.
  4. Tersedak karena Pilek – Ada kalanya bayi memiliki kondisi tubuh yang kurang fit, sehingga bayi mengalami pilek atau flu pada waktu tertentu. Jika bayi pilek otomatis hidungnya akan tersumbat, dan ia akan bernapas dengan bantuan mulutnya. Tentu hal ini akan sangat mengganggu aktivitas bayi dalam menyusui sehingga membuat bayi tersedak dan sulit bernapas akibat cairan yang ada pada hidungnya.
  5. Kelainan pada Bayi – Kelainan bisa saja terjadi pada bayi, yang mengakibatkan bayi memiliki kesulitan dalam makan ataupun minum. Faktor kelainan juga dapat menyebabkan anak tersedak, karena reflek bayi kurang bagus ketika menelan makanan ataupun minuman. Pada bayi yang memiliki kelainan tentu akan lebih sulit dalam mengatur refleknya untuk menelan makanan atau minuman, gangguan ini dapat mempengaruhi reflek syaraf bayi.

Pertolongan Pada Anak Yang Tersedak

Walaupun anak tersedak bukanlah hal yang setiap hari terjadi, tetapi tetap saja bisa terjadi pada anak-anak. Untuk mengatisipasi hal tersebut, sebagai orangtua, kita juga harus tahu apa tindakan yang harus kita ambil untuk membantu mengurangi resiko tersedak pada anak-anak kita. Beberapa langkah penanganan anak yang tersedak adalah sebagai berikut :

  • Orang tua sebaiknya tidak panik berlebihan, baik bunda ataupun ayah harus tenang
  • Pastikan anak dalam keadaan sadar
  • Berikan anak sedikit minum (tergantung benda yang membuat anak tersedak dan jika dirasakan perlu)
  • Posisikan tubuh anak dengan tegap atau dibalik arah bawah
  • Jika orangtua melihat benda asing di mulut anak, segara minta anak memuntahkan barang tersebut atau orangtua dapat mengambilnya dari mulut anak (jika posisi barang tersebut masih bisa di ambil mengunakan jari)
  • Tepuklah punggung anak agar anak dapat memuntahkan sesuatu yang membuatnya tersedak
  • Berikan anak napas buatan

Jika bantuan tersebut tidak sukses membantu anak, maka lakukan langkah berikutnya,

  • Berikan anak oksigen atau ruangan yang terbuka / besar agar udara dapat keluar masuk dengan lancar
  • Periksa detak nadi di bagian leher anak selama 10 detik
  • Posisikan badan anak miring agar anak dapat bernapas dengan sempurna dan lancar
  • Bawalah anak ke rumah sakit terdekat, agar anak mendapatkan penanganan medis dengan tepat. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kematian.

Penanganan Pada Bayi Yang Tersedak

Dalam penanganan pada bayi yang tersedak sedikit berbeda dengan penanganan pada anak-anak. Kita harus menggunakan teknik dengan menekan punggung bayi atau menepuknya dengan telapak tangan kita. Di bawah ini beberapa langkah untuk memberi pertolongan pada bayi tersedak.

  • Orang tua harus tenang
  • Pastikan bayi dalam keadaan sadar
  • Posisikan bayi dalam gendongan duduk atau menekuk ( berlutut )
  • Bukalah baju si bayi agar temperatur tubuh bayi tidak panas
  • Gendong bayi dengan posisi wajah mengarah ke bawah di atas tangan Anda. Posisi ini lebih jelasnya kaki anak di atas dan posisi kepala di bawah ( posisi menggendong terbalik )
  • Sanggah kepala anak dengan hati-hati dan pastikan Anda dapat menjangkaunya.
  • Jangan menekan leher anak, agar tidak menyumbat saluran napas bayi.
  • Tepuk bagian punggung bayi sebanyak 5 kali, dengan menggunakan pangkal tangan.
  • Setelah memberikan tepukan di punggung, sanggah leher bagian belakang bayi (balikkan badan) bayi pada posisi terlentang, dan tetap posisikan kepala bayi lebih rendah dari pada kaki bayi.
  • Lakukan penekanan dada sebanyak 5 kali, dan untuk menepuknya gunakan 2 jari bunda saja yakni jari telunjuk dan tengah.
  • Jika bayi hilang kesadaran bawalah segera ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis, agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan seperti kematian

Bahaya Anak dan Bayi Tersedak

Dalam beberapa keadaan, tersedak dapat berakibat fatal. Ini diakibatkan penderita tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup sehingga dapat menyebabkan penderita kehilangan kesadaran bahkan kematian. Beberapa bahaya yang terjadi akibat tersedak, yaitu :

1. Dapat merusak otak anak

Jika anak dibiarkan tersedak selama 4 hingga 6 menit, maka anak berpotensi mengalami kerusakan pada sebagian otaknya. Otak membutuhkan oksigen setiap harinya, dan jika anak tersedak maka asupan oksigen yang dibutuhkan otak tidak dapat dipenuhi. Sehingga hal ini dapat memicu kerusakan otak pada anak, untuk menghindari hal tersebut segeralah berikan anak pertolongan pertama ketika ia tersedak.

2. Merusak fungsi otak dan kognitif anak

Jika kita tidak menanggapi anak yang tersedak selama 6 hingga 10 menit, maka dampak yang terjadi pada anak adalah kerusakan pada fungsi otak. Seperti yang sudah di jelaskan di atas, jika anak tersedak maka asupan oksigen yang dibutuhkan otak tidak dapat dipenuhi. Dan dengan tidak dipenuhinya kebutuhan oksigen selama 6 hingga 10 menit, maka akan mengakibatkan kerusakan fungsi otak dan kognitif anak.

3. Otak anak rusak secara permanen

Akibat yang lebih buruk jika anak tersedak dibiarkan terjadi dalam waktu lebih lama bahkan lebih dari 10 menit. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan otak secara permanen, bahkan kematian mendadak. Jangan biarkan otak anak mengalami kekurangan asupan oksigen, karena jika otak anak mengalami kekurangan dalam asupan oksigen hal ini akan sangat berbahaya bagi perkembangan si kecil. Berikan pertolongan pertama pada anak sesuai dengan langkah-langkah di atas, jika orangtua merasa tidak yakin lebih baik segera membawa anak ke rumah sakit agar anak segera menerima penanganan medis.

Cara Mencegah Anak atau Bayi agar tidak Tersedak

Mencegah tentu lebih baik daripada mengobati. Dan tentu saja hal ini akan jauh lebih baik di bandingkan melakukan penanganan pada anak yang tersedak. Untuk menghidari atau mencegah anak atau bayi tersedak, berikut beberapa tipsnya.

  • Ajarkan anak untuk makan di meja makan
  • Berikan anak porsi makanan yang sesuai dengan usianya
  • Berikan anak minuman di samping piring makannya
  • Jangan ajak anak berbicara saat ia makan
  • Ajarkan untuk makan dan minum dengan dalam posisi duduk
  • Berikan anak banyak waktu untuk menghabiskan makanannya dengan santai dan tenang
  • Jauhkan mainan ketika anak sedang makan atau minum susu
  • Jika anak masih dalam usia bayi, berikan ASI sesuai dengan keinginannya
  • Jangan memaksa anak untuk minum ASI secara berlebihan
  • Jauhkan bayi dari mainan yang bisa di masukkan dalam mulutnya
  • Berikan botol yang mampu mengontrol daya hisap bayi agar tidak tersedak
  • Posisikan bayi 30 derajat saat menyusui
  • Bantulah bayi untuk bersendawa setelah makan atau menyusui
Artikel Lainnya
  • bahaya benturan pada kepala bayi dan anak
  • cara mengatasi mata minus pada anak
  • bahaya bedak tabur bagi bayi
  • gejala hipertensi pada anak
  • jenis mainan yang merangsang otak anak
  • manfaat oatmeal untuk bayi dan anak
  • cara mendidik anak yang suka membantah
  • manfaat menjemur bayi dan anak
  • cara mengatasi cegukan pada bayi
  • ciri ciri anak hiperaktif
  • gejala diabetes pada anak
  • jenis makanan yang berbahaya untuk anak
  • cara mengatasi bayi yang mudah terkejut ketika tidur
  • tanda tanda anak kurang gizi
  • waktu tidur yang baik untuk anak

Kadang dalam beberapa hal, penyebab terjadinya sesuatu memang sepele, namun dapat berakibat fatal. Karena itu orang tua harus lebih berhati-hati dalam mengawasi anak-anaknya, terutama yang berusia balita.

14 Jenis-Jenis Imunisasi Dan Manfaatnya

14 Jenis-Jenis Imunisasi Dan Manfaatnya

Kata imunisasi sudah tidak asing lagi bagi kita, terutama para ibu yang memiliki bayi dan anak-anak. Imunisasi berarti kekebalan atau ketahanan tubuh. Untuk bayi dan anak-anak, beberapa jenis imunisasi diwajibkan, karena pada umumnya daya tahan tubuh bayi dan anak masih lemah.

( Barbara Loe Fisher, Presiden Pusat Informasi Vaksin Nasional Amerika ) Vaksin bertanggung jawab terhadap peningkatan jumlah anak-anak dan orang dewasa yang mengalami gangguan sistem imun dan syarat, hiperaktif, kelemahan daya ingat, asma, sindrom keletihan kronis, lupus, artritis reumatiod, sklerosis multiple, dan bahkan epilepsi. Bahkan AIDS yang tidak pernah dikenal dua dekade lalu, menjadi wabah di seluruh dunia saat ini”.

Imunisasi adalah sebuah program kegiatan dalam mencegah penyakit menular yang dilakukan dengan pemberian vaksin pada manusia, sehingga mereka adapat resisten terhadap virus atau penyakit yang hendak menyerang. Imunisasi adalah program yang dapat kita lakukan semenjak bayi hingga usia anak sekolah.  Anak akan diberikan vaksinasi yang mengandung virus atau bakteri yang sudah dilemahkan untuk merangsang sistem imun anak agar dapat membentuk antibodi atau daya tahan tubuh yang kuat pada tubuh mereka. Dan antibodi yang sudah terbentuk atau lebih kuat, akan bermanfaat bagi tubuh anak agar terhindar dari serangan virus ataupun bakteri yang akan datang di kemudian hari.

(Dr. Richard Moskowitz, Harvard University) “Vaksin menipu tubuh supaya tidak lagi menimbulkan reaksi radang. Sehingga vaksin mengubah fungsi pencegahan sistem imun”.

Cara pemberian imunisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dapat dilakukan dengan cara disuntikan pada anak, disemprotkan ke dalam mulut anak atau hidung anak dan di teteskan ke dalam mulut anak. Beberapa vaksin biasanya diberikan hanya sekali seumur hidup ketika anak masih bayi, namun ada juga beberapa vaksinasi yang diberikan beberapa kali agar anak memiliki kekebalan tubuh yang sempurna hingga ia dewasa nanti. Dan tentu pemberian vaksinasi ini hanya bisa dilakukan tenaga medis seperti dokter atau bidan yang ahli dibidangnya.

Pada dasarnya seorang bayi yang baru lahir sudah memiliki antibodi dari ibunya, dan ini diterima bayi ketika ia masih berada di dalam kandungan. Walaupun bayi sudah menerima vaksinasi untuk kekebalan tubuh dari ibunya sebelum ia lahir, tapi kekebalan tersebut hanya akan bertahan hingga beberapa bulan atau bahkan beberapa minggu saja. Dan setelah itu bayi akan rentan sekali terserang virus atau bakteri, sehingga hal tersebut membuat bayi harus mampu untuk memproduksi antibodi untuk dirinya sendiri.

Dengan memberikan imunisasi maka bayi atau anak memiliki kekebalan tubuh yang lebih kuat, sehingga mereka siap dan mampu untuk menghadapi gejala munculnya penyakit di masa mendatang seperti campak, polio, cacar, gondok, atau tetanus, dan lainnya sesuai dengan jenis vaksin yang pernah diberikan pada anak. Selain itu imunisasi juga dapat mencegah jenis penyakit menular.

Pada umumnya imunisasi akan menimbulkan efek samping yang ringan. Namun orangttua kerap kali merasakan khawatir ketika anaknya akan menerima vaksinasi. Hal ini sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan, karena efek samping dari imunisasi tergolong ringan.

Efek Samping Dari Imunisasi

  • Nyeri pada bagian yang disuntik
  • Timbul bekas suntikan
  • Mual / Muntah
  • Demam
  • Lemas
  • Hilang nafsu makan
  • Pusing disertai demam

Efek samping dari imunisasi yang tergolong parah seperti timbulnya reaksi alergi dan kejang mendadak, namun kasus ini sangat jarang sekali terjadi. Dibandingkan dengan efek samping yang timbul setelah pemberian imunisasi, pertimbangkanlah dengan efek manfaat yang di dapatkan anak setelah pemberian imunisasi tersebut. Bahkan semakin modernnya zaman, kini para ahli membuat inovasi baru, dengan menciptakan vaksin tanpa menimbulkan efek atau reaksi demam pada anak.

Hak anak untuk memperoleh imunisasi juga di atur negera melalui Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009. Di dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa, setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi dan pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak. Penyelenggaran imunisasi tertuang dalam peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013.

Jenis-Jenis Imunisasi Untuk Anak

Menjaga kesehatan anak tidak hanya memberikan makanan yang bergizi, namun memberikan imunisasi sesuai usianya juga penting. Dengan diaturnya program imunisasi dalam Undang-Undang kesehatan dan Konvensi Hak Anak dalam PBB, maka sudah menjadi tanggungjawab pemerintah dan orang tua untuk wajib memberikan imunisasi guna menjaga kesehatan anak-anak.

Imunisasi yang diberikan pada anak-anak sudah memiliki jadwal yang telah di evaluasi oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Penjadwalan ini di evaluasi berdasarkan adanya epidemiologis penyakit atau yang biasa disebut perubahan pada penyakit. Selain itu pembuatan jadwal imunisasi juga terbentuk karena adanya kebijakan dari kementerian kesehatan, WHO, rencana pengadaan vaksin Indonesia dan kebijakan yang dibuat secara global.

Berikut beberapa jenis imunisasi yang umumnya diberikan kepada anak-anak, yaitu :

1. BCG (Bacillus Calmette-Guerin)

Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan guna membentuk ketahanan tubuh terhadap penyakit TB  (Tuberkulosis). Penyakit ini tidak mencegah infeksi TB, melainkan mengurangi resiko serangan virus tubercle bacii yang dapat hidup didalam darah atau misalnya seperti meningitis TB dan TB miller. Oleh sebab itulah imunisasi ini dilakukan agar anak memiliki kekebalan tubuh yang aktif, dengan memberikan jenis basil yang sudah dilemahkan kedalam tubuh anak. Vaksin BCG ini diberikan hanya satu kali, biasanya di kurun waktu usia anak dibawah 3 bulan.

2. Hepatitis B

Imunisasi ini termasuk imunisasi yang wajib diberikan pada anak untuk mencegah masuknya VHB, virus ini adalah virus penyebab timbulnya  penyakit Hepatitis B. Penyakit Hepatitis B adalah penyakit yang muncul akibat adanya sirosis atau yang bisa disebut pengerutan hati. Jika penyakit ini berkembang didalam hati, maka akan berubah menjadi lebih parah yaitu kanker hati. Dalam imunisasi ini terdapat kombinasi pada jenis vaksin seperti DPT dan HepB, berdasarkan penelitian Biofarma vaksin ini dapat merespon antibodi pada anak lebih optimal dibandingkan dengan vaksinasi yang diberikan secara terpisah. Vaksin hepatitis B diberikan 3 kali untuk anak. Rentang ke-1, setelah anak lahir, rntang ke-2, sebulan setelah vaksin pertama, rentang ke-3, antara usia anak 4-6 bulan.

3. Polio

Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan guna merangsang kekebalan tubuh anak terhadap serangan virus polio. Polio adalah virus yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan sesak napas pada si penderitanya. Pada pemberian imunisasi polio, vaksin polio digolongkan menjadi dua macam yaitu OPV (Oral Polio Vaccine) dan IPV (Inacivated Polio Vaccine). Pada OPV vaksin yang akan disuntikan kedalam tubuh anak adalah berupa virus yang sudah dilemahkan. Sedangkan yang satunya adalah IPV yaitu suntikan yang berisi virus polio yang sudah dimatikan. Vaksin Polio diberikan 6 kali secara bertahap saat beberapa hari setelah anak lahir, anak menginjak usia di bulan ke-2, usia anak di bulan ke-4, usia anak di bulan ke-6, usia anak 18 bulan dan terakhir ketika anak berusia 5 tahun.

4. DPT

Imunisasi DPT adalah imunisasi yang diberikan agar anak terhindar dari penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Pemberian vaksin ini dilakukan sebanyak 3 kali pada anak usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Metode yang dilakukan pada pemberian vaksin ini dengan cara disuntikan pada anak. Pada imunisasi ini efek samping yang akan dirasakan anak adalah demam, rasa nyeri pada bagian yang disuntik, dan anak akan rewel selama kurang lebih 2 hari.

5. Campak

Imunisasi campak adalah imunisasi yang dilakukan guna mencegah timbulnya penyakit yang disebabkan oleh virus Morbili. Sebenarnya antibodi ini sudah diterima bayi dari ibunya, namun semakin bertambahnya usia semakin menurun pula antibodi yang ia dapatkan dari ibunya. Oleh sebab itu si kecil membutuhkan bantuan vaksinasi campak untuk menguatkan kembali antibodinya. Vaksinasi campak diberikan 2 kali, yaitu ketika anak berusia 9 bulan dan saat anak berusia 6 tahun.

6. HIB

HIB adalah imunisasi yang diberikan guna mencegah penyakit HIB. Dengan memberikan imunisasi ini, akan mencegah resiko serangan virus atau bakteri lain. Imunisasi ini dilakukan ketika bayi berusia 2 bulan, 3 bulan dan 5 bulan.  Pada vaksin HIB terdapat sebuah vaksin kombinasi DPT dan HIB yang memiliki daya imunogenitas yang tinggi namun tidak akan mempengaruhi respon pada imun yang lain.

7. PCV

Bayi yang berisiko tinggi mengalami kolonisasi pneumokokus, yaitu bayi yang terindikasi dengan infeksi pada saluran napas bagian atas, merupakan perokok pasif, tidak memperoleh ASI, dan bayi yang bermukim di negara yang memiliki 4 musim (pada musim dingin). Umumnya vaksin ini hanya disarankan oleh dokter, tergantung beberapa indikasi tersebut diatas.

8. ROTAVIRUS

Imunisasi ROTAVIRUS adalah imunisasi dengan menggunakan vaksin yang dapat mencegah timbulnya penyakit rotavirus yang dapat menyebabkan kematian pada anak. Pada imunisasi ini vaksin yang diberikan adalah vaksin monovalent ( Rotarix ) dan pentavalen ( Rotareq ) Beberapa penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa vaksin rotavirus terbukti sangat efektif dalam melindungi tubuh anak. Para peneliti menyimpulkan bahwa vaksin ini efektif, karena pada rumah sakit yang mendapatkan kasus tersebut terbukti dapat menekan jumlah pasien diare sebanyak 50%. Dan penurunan kasus pada pasien tersebut terjadi sekitar kurang lebih 2 tahun setelah program imunisasi tersebut dijalankan.

9. INFLUENZA

Imunisasi influenza adalah imunisasi yang diberikan guna mencegah timbulnya flu pada anak. Imunisasi ini diberikan pada anak berusia 6 bulan hingga 2 tahun. Imunisasi ini berguna untuk mencegah datangnya flu yang dapat ditularkan melalu udara, bersin ataupun batuk. Vaksinasi pada imunisasi ini disarankan untuk anak yang memiliki penyakit asma, ginjal dan diabet. Gejala yang akan dirasakan anak adalah demam, batuk, pilek dan bahkan terasa pegal-pegal pada tubuh anak.

10. VARISELA

Imunisasi varisela adalah imunisasi yang diberikan pada anak guna mencegah timbulnya virus varicella zostar atau yang biasa kita sebut cacar air. Virus ini memang bisa saja menyerang siapa saja baik anak-anak maupun orang dewasa. Pada pemberian vaksin ini, anak harus dalam keadaan sehat, tidak demam, tidak memiliki neomisin dan defisiensi imun seluler. Oleh sebab itu imunisasi menjadi cara efektif untuk mencegah timbunya virus varicella zostar atau cacar air.

11. TIFOID

Imunisasi tifoid atau yang sering disebut tifus adalah imunisasi yang diberikan pada anak guna mencegah terjadinya tifus pada anak. Imunisasi ini disarankan untuk anak usia 2 tahun, dan diberikan 3 tahun sekali pada anak. Penyakit ini terjadi karena adanya bakteri salmonella typhi yang sering ditemukan di air ataupun tempat tinggal yang kurang terjaga kebersihannya.

12. HEPATITIS  A

Imunisasi hepatitis A adalah imunisasi yang dapat diberikan pada anak usia 2 tahun. Imunisasi yang akan diberikan kepada anak berupa vaksinasi yang dapat mencegah timbulnya virus peradangan pada hati anak. Pemberian vaksinasi ini dilakukan dua kali, dan jarak antara suntikan pertama dan kedua berjarak antara 6 bulan hingga 12 bulan / 1 tahun.

13. HPV

Imunisasi HPV adalah imunisasi yang dapat diberikan pada anak usia remaja. Usia ini berguna untuk mencegah kanker serviks pada wanita sejak dini. Imunisasi ini dapat diberikan pada anak usia 12 tahun, dan sesuai dengan  ketentuan dokter. Pada imunisasi ini anak harus diberikan vaksin sebanyak 3 dosis, dosis kedua diberikan 2 bulan setelah dosis pertama dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis pertama.

14. MMR

Adalah imunisasi yang dilakukan untuk otak. Imunisasi ini sebenarnya tidak banyak disarankan oleh dokter, karena terjadi banyak kasus timbul gejala autisme setelah anak mendapatkan imunisasi ini. Akan lebih baik jika bunda mengeonsultasikan pada dokter dan mencari efek samping dari imunisasi ini melalui banyak sumber.

Beberapa jenis penyakit yang terjadi pada anak memang tidak terlalu berbahaya, namun mengantisipasi tentu lebih baik daripada mengobati. Beberapa manfaat yang didapat dari pemberian imunisasi pada anak, adalah :

  • Mencegah anak dari serangan penyakit, dewasa ini banyak sekali bermunculan jenis-jenis penyakit yang begitu mengkhawatirkan. Seperti flu burung, flu singapura, sapi gila, dan lainnya. Walaupun bisa diobati, namun ada penderita yang mengalami catat dalam anggota tubuhnya. Atau bisa juga dengan terlampau seringnya mengkonsumsi obat atau antibiotik membuat beberapa organ tubuh penderita menurun fungsi kerjanya. Denagn memberikan imunisasi, orangtua telah membentengi tubuh anak setidaknya mencegah atau mengurangi resiko yang lebih besar.
  • Memperkecil resiko penyakit menular, dengan musim yang tak jelas seperti sekarang, anak-anak tentu lebih rentan terhadap perubahan cuaca dan penyebaran penyakit. pemberian imunisasi kepada anak, setidaknya membuat anak dapat melakukan berbagai aktivitasnya di luar rumah dengan tenang tanpa kekhawatiran orangtua akan lingkungan yang kotor, kuman/virus yang berterbangan dan sebagainya.
  • Menghemat anggaran keluarga dan pemerintah, pemberian imunisasi diharapkan anak-anak akan tumbuh menjadi lebih baik, lebih sehat, lebih kuat. Dengan imunisasi juga diharapkan penyebaran berbagai jenis penyakit menular dan berbahaya menjadi lebih kecil sehingga biaya atau anggaran untuk berobat pun menjadi lebih hemat. Jika anak-anak yang menjadi generasi penerus bangsa sehat, tentunya masa depan bangsa pun lebih baik.

Program atau jadwal imunisasi untuk anak, biasanya sudah tersedia dalam buku panduan ketika anak lahir. Dan petugas rumah sakit (suster, dokter) memberikan catatan baik waktu untuk melakukan imunisasi maupun catatan jika imunisasi tersebut sudah dilakukan.

Artikel Lainnya
  • cara mengatasi anak kidal
  • anak tersedak
  • bahaya benturan pada kepala bayi dan anak
  • cara mengatasi mata minus pada anak
  • bahaya bedak tabur bagi bayi
  • gejala hipertensi pada anak
  • jenis mainan yang merangsang otak anak
  • manfaat oatmeal untuk bayi dan anak
  • cara mendidik anak yang suka membantah
  • manfaat menjemur bayi dan anak
  • cara mengatasi cegukan pada bayi
  • ciri ciri anak hiperaktif
  • gejala diabetes pada anak
  • jenis makanan yang berbahaya untuk anak
  • cara mengatasi bayi yang mudah terkejut ketika tidur

Beberapa hal yang perlu di perhatikan ketika memberikan vaksinasi kepada anak, waktu pemberian vaksinasi, kondisi kesehatan anak dan imunisasi yang wajib/harus diberikan. Tidak semua jenis imunisasi diwajibkan pemberiannya. Ada beberapa jenis imunisasi sifatnya dianjurkan (boleh dilakukan imunisasi atau boleh diabaikan). Untuk hal-hal tersebut, sebaiknya orangtua berkonsultasi terlebih dahulu kepada pihak medis atau dokter, karena bisa saja yang tadinya bersifat anjuran karena perubahan kondisi dan penyebaran penyakit yang lebih serius menjadi bersifat wajib. Selain itu agar hasil yang didapat anak bisa maksimal.