Penyakit dan Kelainan

12 Macam-Macam Penyakit Mata pada Anak

12 Macam-Macam Penyakit Mata pada Anak

Salah satu organ yang vital dan sangat penting bagi manusia adalah mata. Tanpa mata, kita tidak akan dapat melihat berbagai hal yang ada di sekeliling kita. Kondisi mata harus selalu dijaga untuk selalu sehat karena banyak masalah yang bisa terjadi pada mata manusia. Tidak hanya orang dewasa yang bisa terkena penyakit mata, anak – anak pun juga bisa, malahan anak – anak lebih rentan untuk terkena penyakit mata karena mereka belum selalu ingat untuk mencuci tangan sebelum menyentuh mata. Kebanyakan orang menganggap penyakit mata adalah suatu kondisi yang sepele dan dapat diobati hanya dengan obat tetes biasa, namun pada anak – anak tidaklah demikian.

Pada anak usia dini, penyakit atau kelainan pada matanya sering kali tidak terlihat dengan jelas, karena itu penyakit mata yang dialami anak harus dicermati dengan lebih serius oleh orang tua karena bisa jadi hal itu merupakan tanda dari kelainan mata yang lebih kompleks. Penyakit mata yang dialami anak bisa jadi disebabkan karena penyakit bawaan ataupun hanya karena terkena virus, namun jika tidak ditangani dengan baik dan diketahui sejak awal akan dapat mengganggu perkembangan pada penglihatan anak.

Penyakit dan Kelainan Mata Pada Anak

Kelainan mata dapat juga terjadi sebagai hasil dari bahaya benturan pada kepala bayi dan anak. Orang tua perlu mengetahui apa saja yang termasuk penyakit mata serta kelainan mata yang bisa terjadi pada anak agar dapat melakukan tindakan preventif atau pengobatan sejak awal demi menghindarinya kerusakan penglihatan anak, serta dapat menyebabkan hambatan pada tumbuh kembang anak. Beberapa penyakit dan kelainan mata yang umumnya dijumpai, adalah sebagai berikut :

1. Buta Warna

Kondisi ini merupakan suatu penyakit keturunan pada umumnya dijumpai pada anak laki – laki daripada anak perempuan karena gen buta warna dibawa oleh kromosom Y. Pada anak yang buta warna, sel kerucut di mata yang berfungsi untuk membedakan warna dalam kondisi abnormal sehingga sulit membedakan warna merah biru atau hijau dengan tingkat spektrum warna yang berbeda. Sehingga sejak lahir anak tidak mengenali ketiga warna tersebut dengan baik.

Buta warna ringan masih dapat melihat ketiga warna tersebut dalam spektrum tertentu, namun pada kasus buta warna berat yang terlihat hanyalah warna hitam putih saja. Pengobatan untuk buta warna belum ditemukan sampai sekarang. Diagnosa buta warna dilakukan dengan melakukan tes membaca Ishihara, yaitu ted yang berisi gambar yang bertuliskan angka yang disusun sedemikian rupa sehingga orang yang buta warna tidak akan dapat membacanya dengan tepat.

2. Juling atau Strabismus

Kelainan pada mata ini juga bersifat bawaan lahir. Jenisnya mulai dari ringan hingga berat. Penyebab umumnya yaitu karena terdapat kelainan pada saraf bola mata, yang menyebabkan sumbu bola mata menjadi tidak normal dan perlu dilaukan koreksi. Adapun mata juling bisa juga terjadi setelah kelahiran, misalnya karena menderita katarak berat atau menderita tumor di dalam bola mata. Mata juling perlu dilakukan tindakan koreksi agar tidak mengganggu ketajaman penglihatan anak dan menjaga perkembangannya tetap normal. Jika tidak dilakukan, anak akan sulit melihat engan normal, dan perkembangan mata anak bisa menjadi abnormal. Beberapa gejala mata juling yaitu :

  • Esotropia –  Kondisi dimana satu atau kedua mata mengarah ke hidung seseorang.
  • Eksotropia –  Yaitu kondisi ketika satu atau kedua bola mata mengarah ke luar.
  • Hipertropia –  Yaitu kondisi dimana satu atau kedua mata menghadap atau menatap ke arah atas.
  • Hipotropia – Kondisi mata yang berkebalika dengan hipertropia, yaitu mata menghadap ke bawah.

3. Glaukoma

Glaukoma adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan yang meninggi pada bola mata sehingga membuat saraf dan retina mata menjadi rusak. Glaukoma juga bisa didapat sejak lahir atau berdasarkan keturunan, dan biasanya terjadi pada penderita diabetes menahun. Jika demikian, orang tua juga perlu mewaspadai gejala diabetes pada anak.

Tingginya tekanan pada bola mata disebabkan karena ada gangguan pada sistem aliran cairan di dalam bola mata sehingga terbendung dan menekan bola mata. Tekanan ini membuat bola mata dan kepala mengalami nyeri hebat, mata tampak merah, timbulnya gangguan penglihatan pada kasus glaukoma berat seperti penglihatan mengabur dan jangkauan pandangan menyempit. Obat – obatan dapat digunakan untuk mengatasi ini, namun jika tidak berhasil maka bisa dilakukan operasi pembedahan untuk menormalkan cairan pada bola mata.

4. Bufthalmus

Ini juga merupakan penyakit mata yang disebabkan tekanan tinggi pada bola mata sejak lahir. Akibat tekanan tinggi pada bola mata, ukuran mata bayi atau anak bisa menjadi sangat besar dan mengganggu korna mata sehingga anak menjadi takut melihat cahaya, gangguan pada kelopak, bengkaknya kornea, dan warna kornea yang mengeruh. Untuk mengurangi penumpukan cairan dan juga mengurangi tekanan bola mata, dilakukan operasi sayatan atau goniotomy dalam waktu yang sesegera mungkin agar tidak mengganggu perkembangan serta ketajaman penglihatan anak. TAnda – tanda bufthalmus adalah pembesaran bola mata, juga adanya bercak putih pada kornea. Akibatnya anak dapat mengalami kerusakan mata, atau bahkan kehilangan penglihatannya.

5. Katarak

Kita sudah umum mendengar penyakit katarak pada orang tua, namun ternyata katarak juga bisa dialami oleh bayi dan anak – anak. Katarak pada bayi dan anak merupakan kelainan bawaan, terjadi akibat ibu terkena infeks campak jerman, toksoplasmosis, atau penyakit kencing manis ketika sedang mengandung. Faktor keturunan juga bisa menyebabkan hal ini. Jika refleks fundus mata bayi tidak ada atau jika katarak bersifat total, operasi perlu dilakukan agar perkembangan indera penglihatan anak tidak terhambat, seperti menjadi juling atau kondisi bola mata yang abnormal.

6. Ptosis

Penderita penyakit mata ini tampak seperti orang yang mengantuk terus, disebabkan kelopak mata bagian atas tidak dapat terbuka dengan sempurna karena otot yang mengungkit kelopak matanya lemah, sehingga kelopak mata cenderung rendah atau turun. Kelainan ini juga bisa disebabkan oleh pennyakit keturunan yang bernama myastenia gravis. Pengobatannya dilakuka pembedahan sebelum anak mencapai usia setahun.

7. Infeksi Mata

Banyak jenis infeksi pada mata, yang paling sering dialami anak adalah infksi pada selaput lendir putih dan kelopak mata atau juga sering disebut sebagai conjunctivitis atau mata merah. Penyebabnya bisa saja semua jenis virus, kuman, jamur atau parasit, juga alergi, penyakit tb, atau kelenjar getah bening. Jika mata bayi merah sejak lahir bisa juga disebabkan oleh chlamydia yang ada pada kemaluan ibu, atau kuman kencing nanah yang juga berasal dari ibu.

Penyakit mata ini bisa menular jika menggunakan barang yang sama seperti kaca mata, handuk, lensa kontak dan lainnya, kontak mata dengan jari yang terkotaminasi. Penularan dapat terjadi selama mata masih mengeluarkan cairan yang berbentuk seperti kotoran mata atau belek. Belekan pada anak yang berbahaya bahkan bisa terjadi jika tidak ditangani dengan benar. Gejala infeksi mata pada anak yaitu :

  • Terlihat kemerahan di balik kelopak mata yang menyebar hingga sampai ke bagian putih mata.
  • Mata bengkak dan keluar air mata yang berlebihan tidak seperti biasanya.
  • Adanya cairan yang berlebihan yang mengering seperti belek
  • Tidak nyaman melihat cahaya terang.

Ada dua macam konjungtivitis mata yaitu:

  • Konjungtivitis Virus – Konjungtivitis yang disebabkan virus biasanya menyebabkan mata yang sangat merah, cairan mata yang encer, dan mungkin saja ada perdarahan kecil.  Pengobatan khusus untuk sakit mata ini tidak ada, karena pada umumnya mata akan membaik dengan sendirinya. Yang bisa Anda lakukan hanya membersihkan bola mata dengan lembut menggunakan kapas yang dibasahi air hangat untuk membuat anak merasa lebih nyaman. Gunakan satu kapas untuk setiap mata, jangan mencampurnya dengan bekas mata yang lain. Bersihkan mata dengan satu arah yaitu dari bagian dalam ke luar, dan jangan membersihkan bagian dalam kelopak mata. Namun, ada juga kemungkinan pemberian resep obat tetes mata oleh dokter jika dirasa perlu.
  • Konjungtivitis Bakteri – Konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri ditandai dengan belekan yang tebal, cairan mata kekuningan yang menyebabkan kelopak maata atas dan bawah lengket hingga tertutup. Bakteri penyebabnya yang tersering pada anak – anak adalah streptococcus pneumoniaehaemophilus influenzae, dan moraxella catarhalis. kemungkinan memerlukan pengobatan dari dokter berupa salep atau obat tetes mata. Walaupun tampaknya hanya satu mata yang terinfeksi, pengobatan harus dilakukan pada kedua mata.

8. Retinoblastoma

Ini adalah penyakit mata yang penyebabnya adalah neoplasma yang terdapat pada sel batang dan sel kerucut. Penyakit ini adalah tumor ganas yang merupakan salah satu penyakit keturunan dan sering dialami anak – anak, bahkan sejak lahir. Akan tetapi selain itu penyakit mata ini juga bisa terjadi pada anak sebagai akibat dari proses persalinan. Gejalanya sering tidak terlihat dan luput dari pemeriksaan, baru terlihat ketika sudah membesar. Gejala retinoblastoma biasanya berupa mata mendadak juling, sering merah, dan ketajaman pengglihatan anak menurun sehingga harus sering mengganti kaca mata.

9. Rabun Senja

Sesuai dengan namanya, rabun senja ini biasanya akan terlihat atau dirasakan ketika menjelang senja hari. Salah satu penyebabnya aalah kekurangan asupan vitamin A, yang menyebabkan sel – sel batang di retina mata terganggu fungsinya karena tidak mendapatkan vitamin A yang cukup. Jika dibiarkan tanpa pengobatan, kelainan ini akan menyebabkan timbulnya bercak pada bagian putih mata. Kelainan mata yang dibiarkan akan membuat mata kering dan kornea rusak, mengeriput dan kisut sebelum pecah.

10. Rabun Jauh

Biasanya rabun jauh didapati pada orang dewasa atau dewasa muda, namun zaman sekarang banyak juga anak – anak yang terkena rabun jauh sejak kecil. Ciri dan penyebab mata minus pada anak atau rabun jauh ini biasanya disebabkan oleh terlalu banyak membaca, namun dengan cara yang kurang tepat seperti tiduran, kurang pencahayaan, membaca di dalam kendaraan yang bergerak, dan juga banyak nya frekuensi bermain gadget atau game di telepon genggam dan komputer atau tablet, menonton televisi dalam jarak yang terlalu dekat.

Efek positif dan negatif televisi bagi pertumbuhan anak bisa beragam, salah satu dampak negatifnya adalah mata yang menjadi minus.  Jika tingkat rabun jauh masih ringan, pemakaian kacamata masih mungkin memulihkan kondisi mata, akan tetapi jika tingkatnya sudah tinggi maka kemungkinan setiap tahun perlu menganti kaca mata. Waspadalah jika tingkat rabun jauh bertambah dengan cepat, bisa jadi ini merupakan gejala penyakit lain yang lebih berbahaya.

11. Bintitan

Penyakit mata ini sering kita kenali dengan timbulnya benjolan seperti bisul di kelopak mata dan biasanya sangat mengganggu karena terasa sakit atau gatal, namun biasanya tidak berlangsung lama. Bintitan bisa terjadi karena sering menggosok mata ketika kelilipan atau terkena debu dan benda asing, terkena infeksi dari kuman atau bakteri staphilokokus aureus, atau adanya peradangan atau infeksi dari muara kelenjar yang terdapat di lapisan kelopak mata. Anda dapat mengobati bintitan pada anak dengan cara berikut:

  • Kompres mata yang terkena bintitan dengan air hangat selama sepuluh sampai lima belas menit sebanyak tiga sampai empat kali sehari.
  • Perhatikan jika bintitan tidak membaik dalam kurun waktu 48 jam dan justru memburuk , maka Anda perlu membawa anak ke dokter.
  • Dokter biasanya dapat merekomendasikan antibiotik topikal untuk membantu mencegah kuman menyebar ke bagian mata lainnya.

Adapun upaya yang dapat kita lakukan untuk mencegah bintitan yaitu dengan menggunakan pelindung mata ketika sedang bekerja di tempat yang penuh dengan debu atau polutan, jangan menggosok mata dengan tangan kotor, cuci tangan sebelum memegang area mata, dan selalu mengonsumsi makanan yang mengandung banyak vitamin A.

12. Blepharitis

Ini adalah penyakit mata anak yang terjadi karena infeksi yang lebih kronis daripada konjunctivitis dan mempengaruhi kedua kelopak mata, penyebabnya umumnya adalah bakteri stapylococcus epidermidis. Gejalanya yaitu kelopak mata yang membengkak secara merata, kemerahan dan adanya ketombe di sekitar bulu mata, iritasi, rasa terbakar, dan gatal – gatal pada batas kelopak mata. Dokter biasanya akan meresepkan salep antibiotik seperti bacitrasin atau eritromisin.

Kapan Perlu ke Dokter

Penyakit mata tidak dapat dianggap sepele jika sudah menunjukkan berbagai gejala yang tidak normal, saat itulah Anda perlu membawa anak untuk berkonsultasi dengan dokter agar penyakit dapat cepat ditangani sebelum kondisi mata anak menjadi semakin parah. Perhatikanlah tips memilih dokter anak yang tepat jika hendak membawa anak ke dokter. Gejala yang perlu diwaspadai adalah:

  • Mata anak terasa sakit atau sangat pedih
  • Penglihatan anak mulai bermasalah seperti mengalami pandangan kabur, buram dan sebagainya.
  • Mata semakin bengkak, terasa nyeri dan kemerahan
  • Anak mengalami demam diatas 38 derajat celcius.

Mencegah Penyakit Mata Pada Anak

Melakukan tindakan pencegahan secara teliti pada umumnya akan membantu menghindarkan penyakit mata pada anak. Hal ini akan menghindarkan penyebaran infeksi dan memperburuk penyakit mata yang sedang diderita anak:

  • Hindarilah kebiasaan menyentuh mata terlebih jika tangan tidak bersih.
  • Jika melakukan kontak dengan mata yang terinfeksi, segeralah mencuci tangan.
  • Gunakan kompres baru pada mata yang sakit
  • Cuci handuk atau seprai yang bekas digunakan oleh orang yang sedang sakit mata dengan air panas.
  • Jangan sampai ujung botol tetes mata menyentuh mata atau bulu mata ketika menggunakannya, untuk menjaga kondisi ujung tabung tetap steril..
  • Jangan berbagi obat tetes mata dengan orang yang sedang sakit mata.
  • Pastikan untuk memberikan makanan terbaik untuk bayi sejak awal agar kesehatan mata anak terjaga.

Tips dan Trik Memberi Obat Mata Pada Anak

Memberi obat mata sebagai cara mengatasi sakit mata pada anak tentunya tidak bisa disamakan dengan pengobatan pada orang dewasa yang telah dapat mengendalikan diri dan mengetahui pentingnya pemberian obat tersebut. Diperlukan berbagai tips dan trik tertentu untuk memberikan obat mata pada anak, misalnya sebagai berikut:

  • Salep – Memberikan obat salep kepada anak kemungkinan akan lebih mudah. Anda cukup menarik kelopak mata anak ke bawah an mengoleskan salep tersebut. Salep akan masuk ke dalam mata saat anak mengedipkan mata.
  • Tetes Mata – Mintalah anak untuk berbaring dan mendongakkan kepalanya ke atas. Buka kelopak mata anak lebar – lebar dengan tangan Anda dan gunakan tangan yang satu lagi untuk meneteskan obat ke kelopak mata bagian dalam.

Selalu cuci tangan sebelum dan sesudah memberikan obat mata kepada anak dan bersihkan mata anak dari kotoran terlebih dulu dengan air hangat.

Penggunaan obat tetes mata tidak bisa digunakan secara sembarangan, terlebih lagi jika obat tetes tersebut dikhususkan untuk satu orang anggota keluarga saja berdasarkan resep dokter. Pada bayi, balita dan anak – anak, penggunaan obat tetes mata juga benar- benar harus berdasarkan resep dokter dan tidak dapat digunakan secara acak atau menggunakan obat tetes mata untuk orang dewasa.

Pengobatan penyakit mata harus dilakukan secara tuntas untuk mencegah terjadinya kerusakan kornea lebih lanjut terutama pada anak – anak. Karena itu, berhati – hatilah untuk memberikan sembarang obat kepada anak saat mereka mengalami penyakit mata, sebaiknya minta petunjuk dokter.

6 Macam-Macam Infeksi Kulit pada Anak yang Sering Terjadi

6 Macam-Macam Infeksi Kulit pada Anak yang Sering Terjadi

Selain batuk pilek, penyakit yang sering menyerang anak adalah penyakit kulit. Hal ini disebabkan oleh sifat anak yang masih suka bermain dalam lingkungan apa pun, baik di dalam atau di luar rumah. Selain itu, daya tahan tubuh anak masih tergolong rentan terhadap penyakit, belum sekuat orang dewasa. Hal ini menyebabkan paparan jamur, virus, dan/atau bakteri dapat dengan mudah menyerang pertahanan tubuhnya. Perubahan cuaca atau alergi juga dapat menjadi penyebab lain dari terjadinya infeksi kulit. Untuk alergi, ada beberapa cara mudah mengatasi alergi pada anak.

Gejala awal yang umum terjadi jika ada masalah pada kulit adalah kulit menjadi gatal atau muncul ruam merah pada kulit. Jika sudah muncul gejala seperti ini, para orang tua harus segera dapat mengatasinya dengan cepat dan tepat. Karena jika tidak dilakukan dapat berlanjut ke arah yang lebih parah. Infeksi sendiri diartikan sebagai gangguan tubuh yang disebabkan oleh masuknya kuman. Infeksi biasanya menular dari satu orang ke orang lain.

Baca : manfaat asi eksklusif untuk bayi, manfaat madu untuk anak dan balita, makanan terbaik untuk bayi, manfaat oatmeal untuk bayi dan anak

Berikut adalah beberapa macam infeksi kulit yang sering menyerang anak:

1. Impetigo

Apakah istilah impetigo sudah familiar di telinga para orang tua? Impetigo adalah penyakit kulit berupa bintik-bintik kecil berwarna merah dan biasanya melepuh. Bintil-bintil ini biasanya berisi nanah hingga nanti ketika sudah kering berubah menjadi koreng. Penyebab impetigo ini akibat kurang terjaganya kebersihan dan daya tahan tubuh anak sedang tidak bagus. Misalnya ketika selesai bermain, anak tidak mencuci tangan menggunakan sabun sehingga masih ada kuman yang tertinggal pada kulit. Pada kondisi yang sama, tubuh anak sedang tidak fit. Hal ini memungkinkan bakteri Streptococcus Pyogenes dapat dengan mudah menyerang tubuh anak. Impetigo biasanya muncul di lengan, wajah, atau tungkai.

2.Biang Keringat

Istilah biang keringat tentunya sudah tidak asing lagi di telinga para orang tua kan? Dalam istilah Jawa, biang keringat sering disebut sebagai kringet buntet. Pada bayi dan anak-anak, biang keringat sangat sering terjadi. Biang keringat berupa bintik-bintik kecil pada kulit dan berwarna merah. Bayi atau anak-anak yang mengalami biang keringat akan merasa sangat gatal di kulitnya. Jika biang keringat ini dibiarkan akan berubah menjadi bintik kecil berisi air. Penyebab biang keringat pada umumnya diketahui karena cuaca yang panas. Saat cuaca panas inilah saluran keringat menjadi tersumbat oleh sel-sel kulit mati dan menyebabkan keringat tidak dapat keluar dari tubuh.

Ada beragam cara mengatasi biang keringat pada anak. Untuk mengurangi biang keringat, biasanya dokter akan menyarankan memberikan bedak tabur khusus dan meminta agar anak dipakaikan pakaian yang longgar dan nyaman dipakai. Namun jika biang keringat sudah parah, dokter akan memberikan salep khusus untuk biang keringat. Untuk bayi, pemberian bedak tabur harus hati-hati karena ada beberapa bahaya bedak tabur bagi bayi.

3. Cacar Air

Para orang tua hendaknya mewaspadai jika anak mengalami demam selama 1 sampai 2 hari dengan suhu yang tinggi, dan kemudian timbul gelembung air di kulit. Selain itu anak akan merasa sangat gatal pada area tersebut. Bisa jadi anak sedang terserang cacar air pada anak. Area gelembung air di kulit akan terasa sangat gatal saat masih basah, dan saat gelembung itu pecah bekas lukanya akan menjadi koreng. Penyakit cacar air disebabkan oleh virus herpes varcella zoster. Pada anak yang telah mendapat vaksin khusus untuk cacar biasanya akan terhindar dari penyakit ini.

4. Eksim

Eksim ditandai dengan adanya ruam di kulit, terasa gatal, kulit terasa bersisik, dan muncul gelembung kecil. Penyebab utama eksim adalah alergi, asma, dan daya tahan tubuh anak yang sedang melemah. Pada kasus ini, dokter akan memberikan krim pelembab khusus untuk mengurangi efek gatal dan kulit bersisik. Orang tua sebaiknya selalu memantau anak agar tidak menggaruk pada area yang terdapat gelembung kecil. Karena jika gelembung ini pecah maka akan menyebar ke area kulit yang lain.

5. Kutil

Kutil disebabkan oleh virus human papilloma virus. Wah seperti virus pada penyakit kanker ya. Tapi tenang, untuk kasus ini kutil yang dimaksud bukanlah kanker. Kutil dapat menular dari satu anak (penderita) ke anak yang lain (bukan penderita). Oleh karena itu, sangat disarankan untuk menutup bagian kutil dengan perban bersih. Dan juga jangan khawatir karena kutil ini akan sembuh dan menghilang dengan sendirinya. Pada anak dengan daya tahan tubuh yang bagus dan pola hidup sehat, kutil akan sembuh dan menghilang paling lama dalam waktu 8 minggu.

Baca : macam-macam penyakit mata pada anak, ciri-ciri flu singapura pada anak, bronkitis akut dan kronis pada bayi dan anak, cara mengatasi diare pada anak

6. Jamur Kepala

Bukan hanya kulit di badan, tangan, kaki, atau wajah saja yang dapat terkena infeksi kulit. Kepala juga dapat terkena infeksi kulit akibat jamur. Jamur kepala ada yang seperti ketombe, dan ada pula yang dapat menyebabkan kebotakan sebagian. Untuk kasus ini harus diberikan obat khusus untuk anti jamur. Selain itu orang tua harus selalu memperhatikan kebersihan kulit kepala dan rambut. Perhatikan juga jika ada kutu rambut. Orang tua harus paham benar mengenai cara menghilangkan kutu rambut pada anak.

Infeksi pada kulit dapat disembuhkan dengan cepat jika dideteksi dini dan diberikan pengobatan yang tepat pula. Oleh karena itu, setiap orang tua harus selalu cermat dalam mengamati apa pun yang terjadi pada anak. Daya tahan tubuh anak yang baik bisa didapat dari manfaat sayuran untuk anak, kebersihan terjaga, makanan sehat untuk tumbuh kembang anak juga diperhatikan, sehingga segala jenis penyakit termasuk infeksi kulit dapat dihindarkan dengan mudah dari anak.

Waspadai Gejala Penyakit Polio pada Anak

Waspadai Gejala Penyakit Polio pada Anak

Polio (poliomyelitis) adalah penyakit yang timbul akibat virus poliovirus (PV). Dalam menjangkit penderitanya, virus ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus, dan mengalir ke saraf pusat melalui saluran darah. Polio dapat menyebabkan kelumpuhan karena otot yang semakin lama semakin melemah. Penyakit polio termasuk penyakit yang menular melalui perantara, antara lain makanan, air, dan anggota tubuh yang terkontaminasi kotoran (tinja) atau ludah orang yang sudah terinfeksi virus polio ini. Polio dapat menjangkit anak maupun dewasa.

Untuk Indonesia sendiri, sebenarnya sudah dinyatakan bebas dari penyakit polio oleh Badan Kesehatan PBB WHO (World Health Organization). Hal ini karena di Indonesia imunisasi polio menjadi salah satu dari imunisasi dasar lengkap yang wajib diberikan pada anak. Imunisasi adalah salah satu cara meningkatkan kekebalan tubuh anak. Polio jika terjangkit pada anak akan menimbulkan gejala ringan seperti flu. Waktu inkubasi virus polio dalam tubuh anak mencapai 21 hari. Artinya, gejala polio baru akan terlihat 21 hari setelah virus tersebut masuk ke dalam tubuh anak. Dan dalam waktu ini, si anak (penderita) sudah dapat menularkan kepada orang lain.

Baca : macam-macam infeksi kulit pada anak, bahaya bayi tidak diimunisasi, manfaat menjemur bayi dan anak, manfaat sayuran untuk anak, manfaat asi eksklusif untuk bayi

Beberapa gejala penyakit polio yang harus diketahui para orang tua adalah sebagai berikut:

1. Gejala Polio Non-Paralitik

Gejala polio non-paralitik adalah gejala awal yang dirasakan oleh anak (penderita). Beberapa gejala tersebut antara lain flu, sakit tenggorokan, demam, mudah lelah, sakit kepala, nyeri pada leher dan punggung, kaku pada tangan dan kaki, muntah, otot lemah dan jika disentuh terasa lembek. Flu memang sering diderita oleh anak pada umumnya, dan para orang tua terkadang menganggap flu merupakan sakit biasa. Akan tetapi harap dicermati jika ketika anak flu apakah disertai dengan keluhan sakit yang lainnya. Bahkan ada jenis flu yang sangat berbahaya yaitu flu singapura dan kita pun harus mengetahui ciri-ciri flu singapura pada anak.

Begitu juga dengan demam. Demam pada anak adalah indikasi tubuh anak sedang melawan serangan kuman dalam tubuhnya. Tentunya kita tidak mengetahui kuman apa itu. Yang terpenting adalah kita mengetahui cara mengatasi demam, dan juga selalu menjaga kondisi badan anak serta berikan makanan sehat untuk tumbuh kembang anak  baik ketika sehat ataupun sakit. Anak penderita polio umumnya akan merasakan otot terasa lemah hingga sangat mudah kelelahan. Hal ini akan terlihat dari perilaku anak yang tidak tertarik untuk bermain atau melakukan aktivitas apa pun. Cermati dan rutin tanyakan apa yang dirasakan oleh anak. Bagian tubuh mana yang terasa sakit, karena terkadang beberapa anak hanya diam dan tidak berkata apa pun kepada orang tua mengenai yang dirasakannya. Kondisi gejala ini dapat berlangsung pada tubuh anak kurang lebih selama 10 hari.

2. Gejala Polio Paralitik

Gejala penyakit polio selanjutnya adalah gejala yang sudah mulai parah, namun gejala ini sebenarnya jarang terjadi. Gejala ini terjadi jika terlambat dilakukan penanganan setelah gejala awal muncul. Kemunculan gejala tergantung pada bagian tubuh mana yang terinfeksi. Bagian tubuh yang dapat terserang virus ini antara lain tulang belakang dan otak. Jenis gejala ini muncul setelah  si anak (penderita) mengalami gejala polio non-paralitik. Gejala polio paralitik meliputi nyeri otot yang parah disertai dengan kelemahan, tidak bisa lagi gerak refleks, dan anggota tubuh menjadi lemas hingga mengarah ke lemah-lumpuh.

3. Gejala Pasca-Polio Syndrome

Gejala penyakit polio tingkat lanjut adalah gejala yang mengarah ke arah kelumpuhan. Beberapa gejala ini meliputi mudah kelelahan meskipun hanya melakukan aktivitas ringan, mengalami atrofi atau mengecilnya otot-otot tubuh, nyeri berkepanjangan pada sendi dan otot, terjadi henti nafas saat tidur, depresi, susah menelan, susah bernafas (terasa sesak nafas), sulit berkonsentrasi karena bagian saraf otak sudah mulai terganggu, dan tubuh tidak tahan dengan cuaca dingin.

Jika para orang tua menemui beberapa gejala penyakit polio di atas terjadi pada anak, maka segera dibawa ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan medis dan juga pemeriksaan laboratorium untuk memastikannya. Lebih baik mencegah daripada mengobati.

Untuk itu, akan lebih baik jika orang tua selalu memperhatikan jenis-jenis imunisasi dan manfaatnya yang diberikan pada anak, salah satunya imunisasi polio. Selain itu, kebersihan pribadi dan lingkungan juga sangat penting untuk diperhatikan. Itulah beberapa informasi mengenai gejala penyakit polio pada anak. Semoga bermanfaat.

7 Bahaya Penyakit Campak pada Anak yang Harus Diwaspadai Orang Tua

7 Bahaya Penyakit Campak pada Anak yang Harus Diwaspadai Orang Tua

Belakangan ini penyakit campak menjadi kekhawatiran tersendiri bagi orang tua. Pasalnya penyakit campak seringkali menyerang anak-anak, ditambah lagi cepatnya penularan campak. Campak disebabkan oleh paramiksovirus yang dapat ditularkan melalui sentuhan dan pernapasan.

Gejala awal  penyakit campak hampir mirip dengan gejala cacar air pada anak. Yang dimulai dari demam, hidung meler, dan nyeri pada tenggorokan. Setelah itu, muncul bintik-bintik merah yang sangat gatal. Apabila digaruk, bintik-bintik merah tersebut akan menular ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak diobati dengan cepat, maka akan menyebabkan campak komplikasi.

Ini dia bahaya penyakit campak pada anak yang harus diwaspadai oleh orang tua :

  1. Infeksi Pada Telinga

Peradangan pada bagian telinga akan menimbulkan infeksi akibat adanya penumpukan cairan di telinga. Cairan yang sudah menumpuk akan keluar melalui lubang telinga yang sangat bau. Anak-anak yang terkena gejala campak akan mengalami hal ini pada satu atau kedua telinganya. Adapun dampak dari infeksi ini yaitu demam tinggi pada anak.

Baca: Cara mengatasi demam – Cara meningkatkan kekebalan tubuh anak – Gejala sinusitis pada anak – Anemia pada anak – Ciri-ciri anemia pada anak – macam-macam infeksi kulit pada anak

  1. Dehidrasi

Sebelum dehidrasi, penderita akan mengalami muntah, mual, dan diare terlebih dahulu. Apabila tidak ditangani dengan cepat, maka si penderita akan mengalami rasa haus berlebih yang mengakibatkan dehidrasi. Dehidrasi menyebabkan kurangnya pasokan air dalam tubuh sehingga kondisi tubuh si penderita sangat lemah dan hilangnya keseimbangan saat berjalan.

  1. Kejang-Kejang

Penyakit kejang bermula dari demam tinggi yang tidak kunjung ditangani. Adapun gejala kejang berupa kondisi tubuh yang lemah dan semua anggota tubuh menjadi kaku. Apabila kejang mencapai kondisi akut, maka ada kemungkinan anak sedikit kurang tanggap atau timbulnya gejala autis pada anak.

  1. Radang pada Selaput Suara

Penyakit campak juga bisa merambah ke bagian laring yang membuat gangguan pada selaput suara. Gejala ini muncul secara tiba-tiba karena tidak adanya pengobatan langsung. Apabila anak Anda tiba-tiba sulit bersuara, segera periksa keadaannya ke dokter. Apabila tidak ditangani, anak akan kehilangan nafsu makannya, bahkan akan sulit berbicara dan bernafas.

  1. Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan pada bagian paru-paru yang disebabkan oleh penyakit campak. Infeksi atau virus akan menggerogoti tubuh dan masuk ke dalam satu atau dua paru-paru sekaligus. Setelah itu, akan terjadi infeksi parah apabila kantung paru-paru dimasuki oleh cairan yang berisi virus. Adapun gejala yang timbul, berupa si penderita menjadi sulit bernapas.

  1. Mata Juling

Mata juling adalah kondisi dimana arah mata tidak seimbang. Artinya bola mata tidak tertuju pada satu posisi, melainkan dua posisi. Mata juling ini sendiri timbul karena virus yang berhasil masuk ke bagian saraf mata. Apabila tidak ditangani dengan cepat, maka mata anak akan juling sampai ia tumbuh dewasa nanti.

  1. Hepatitis

Hepatitis adalah penyakit paling parah yang disebabkan oleh campak. Virus yang berhasil masuk dalam tubuh akan menyebar ke bagian lainnya, termasuk ke bagian liver yang menjadi akar timbulnya penyakit hepatitis. Jika tidak segera ditangani, akan menimbulkan dampak yang cukup parah ke level akut. Adapun gejala yang timbul dapat berupa: demam tinggi, melemahnya kondisi otot sendi, lelah yang berlebihan, kurangnya nafsu makan, sakit perut, dan penglihatan yang tidak jelas.

Baca: Bronkitis akut dan kronis pada bayi dan anak – Makanan terbaik untuk bayi – Makanan sehat untuk tumbuh kembang anak – Cara mengatasi sakit mata pada anak – jenis-jenis imunisasi dan manfaatnya – manfaat madu untuk anak dan balita – waspadai gejala penyakit polio pada anak

Penyakit campak termasuk penyakit yang sepele karena gejalanya hanya berupa bintik-bintik merah. Namun, penyakit ini akan sangat berbahaya jika tidak segera diobati. Apabila anak Anda terkena penyakit campak, segera bawa ke dokter atau obati dengan cara tradisional. Misalnya, dengan memandikannya daun jarak dan mengoleskan tubuh anak dengan madu dan parutan kunyit.

5 Gejala Campak pada Bayi dan Anak yang Harus Diwaspadai

5 Gejala Campak pada Bayi dan Anak yang Harus Diwaspadai

Salah satu penyakit yang sering menyerang bayi dan anak adalah penyakit campak. Penyakit ini menjadi salah satu bahaya bayi tidak diimunisasi. Penyakit campak disebabkan oleh infeksi virus campak (measles virus) yang sangat menular. Biasanya virus ini dapat dideteksi melalui lendir di hidung dan tenggorokan. Virus campak ini dapat menular lewat saluran pernafasan, dapat juga ketika batuk atau bersin. Campak adalah penyakit sekali seumur hidup. Setiap orang tidak akan mengalami campak lebih dari satu kali. Hal ini karena ketika seseorang sudah terkena campak maka tubuhnya akan mempunyai kekebalan terhadap campak selama seumur hidupnya

Bayi dan anak yang terkena campak akan menunjukkan gejala awal seperti demam,batuk pilek, mata merah, ruam merah, kulit kering bersisik. Gejala campak ini sebenarnya baru akan muncul setelah masa inkubasi, yaitu sekitar 7-14 hari setelah bayi dan anak terpapar virus campak. Sebelum masa inkubasi ini, bayi dan anak akan terlihat sehat walaupun sebenarnya ia sudah terpapar virus. Untuk itu para orang tua harus benar-benar memperhatikan kondisi anak agar tidak muncul bahaya penyakit campak pada anak. Agar lebih  jelas, berikut dipaparkan mengenai gejala penyakit campak pada bayi dan anak:

1. Demam

Demam adalah indikasi awal adanya masalah pada tubuh bayi dan anak, tidak terkecuali ketika terpapar virus campak ini. Akan tetapi, demam terkadang dianggap hal yang sepele oleh orang tua. Ketika bayi dan anak demam, sistem kekebalan tubuh mereka sedang berperang melawan serangan virus yang menginfeksi tubuhnya. Demam pada bayi dan anak harus selalu dicermati. Bayi dan anak dikatakan demam jika suhu tubuhnya sudah melebihi 37,5 derajat Celcius. Pada penyakit campak ini, deman pada bayi dan anak mencapai 38-40 derajat Celcius. Para orang tua harus cepat dan tepat dalam mengambil cara mengatasi demam pada bayi dan anak.

2. Batuk Pilek dan Tidak Nafsu Makan

Gejala campak selanjutnya adalah batuk pilek. Penyakit batuk dan pilek ini seringkali juga dianggap sepele. Jika seorang bayi dan anak mengalami pilek atau flu hanya diindikasikan sebagai efek cuaca atau alergi. Perlu diwaspadai juga bahwa flu juga menjadi salah satu gejala penyakit campak. Biasanya flu akan muncul pada hari ke-2 ketika anak demam. Tidak jauh berbeda dengan flu, batuk pun menjadi pertanda tubuh sudah terinfeksi virus. Bahkan ketika bayi dan anak sudah mengalami batuk, itu menjadi pertanda bahwa virus sudah berkembang di badan mereka. Jika memang batuk dan pilek itu merupakan efek dari virus campak, maka dari waktu ke waktu batuk akan semakin parah bersamaan dengan munculnya gejala campak yang lain, misalnya kondisi tubuh bayi dan anak menjadi lemas dan tidak nafsu makan. Orang tua harus punya cara mengatasi batuk pada anak yang ampuh untuk hal ini.

3. Mata Merah dan Berair

Ketika bayi dan anak terserang batuk pilek, ia juga akan menimbulkan gejala penyakit campak yang lain yaitu mata merah dan berair.  Kondisi ini bukanlah satu dari macam-macam penyakit mata pada anak.  Ini merupakan salah satu gejala penyakit campak mulai berkembang pada tubuh bayi dan anak. Ketika fase ini, bayi dan anak akan merasa sangat lemah. Dan untuk bayi biasanya akan sangat rewel. Mata yang berair ini dapat menjadi sarana penularan campak ke anak lain. Kondisi mata merah dan berair memang tidak hanya merupakan gejala penyakit campak. Oleh karena itu para orang tua harus banyak pengetahuan tentang kondisi bayi dan anak, serta segera konsultasi dengan dokter ketika anak sakit.

4. Ruam Merah dan Gatal

Penyakit campak ditandai dengan munculnya ruam merah setelah anak mengalami demam. Ruam ini berupa bintik-bintik merah yang sangat kecil. Biasanya ruam diawali pada wajah, hingga selanjutnya menyebar ke tangan, badan, hingga sekujur tubuh. Ketika ruam ini muncul, biasanya demam pada bayi dan anak mulai menurun. Ruam campak ini akan terasa gatal hingga menyebabkan bayi dan anak akan bertambah rewel. Rasa gatal ini dapat dikurangi dengan mengaplikasikan bedak tabur dingin. Akan tetapi harus dengan petunjuk dokter untuk menghindari bahaya bedak tabur bagi bayi dan anak.

5. Kulit Kering Bersisik

Kulit kering bersisik terkadang merupakan salah satu dari macam-macam penyakit kulit pada anak. Akan tetapi kondisi ini berbeda karena kulit kering bersisik akan terjadi setelah ruam merah muncul di seluruh badan. Kondisi ini biasanya terjadi setelah seminggu pasca semua gejala campak muncul. Ketika bayi atau anak memasuki fase ini menunjukkan bahwa campak mereka mulai sembuh. Pada fase ini, kulit bayi dan anak menjadi kering dan bersisik. Biasanya dokter akan memberikan bedak dingin yang digunakan sampai bayi dan anak-anak benar-benar sembuh.

Baca : ciri-ciri flu singapura pada anak, belekan pada anak yang berbahaya, anak terlambat bicara ciri penyebab dan cara mengatasinya, gejala kolik pada anak, cacar air pada anak

Satu-satunya cara mencegah penyakit campak pada bayi dan anak adalah melalui imunisasi campak. Vaksin ini menjadi salah satu imunisasi wajib bagi bayi dan anak. Pemberian awal vaksin ini adalah ketika bayi berusia 9 bulan. Untuk itu lakukan imunisasi lengkap kepada bayi dan anak agar mereka terhindar dari berbagai penyakit berbahaya. Perbanyak juga pengetahuan mengenai jenis-jenis imunisasi dan manfaatnya.

9 Ciri Ciri Anemia pada Anak yang Harus di Waspadai Orang Tua

9 Ciri Ciri Anemia pada Anak yang Harus di Waspadai Orang Tua

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat berbahaya. Anemia juga tidak mengenal gender maupun usia dalam penyerangannya. Oleh karena itu, tentunya kita harus tetap wasapada dengan segala kemungkinan yang ada. Karena anemia dapat menyerang segala usia, hal ini berarti bahwa anak-anak pun memiliki peluang besar untuk terkena anemia. Penyakit akibat kekurangan sel darah ini juga kerap sekali menyerang wanita. Hal ini terkait dengan menstruasi yang dialami oleh setiap wanita di setiap bulannya. Saat seorang wanita mengalami menstruasi, sudah sepatutnya dia memperhatikan pola makannya termasuk asupan zat besi.

Kekurangan zat besi menjadi salah satu penyebab kuat seseorang terkena anemia. Zat besi bisa didapat dari berbagai makanan seperti kuning telur dan daging merah. Pada bayi, sumber zat besi yang dapat diperolehnya adalah yang berasal dari Air Susu Ibu. Inilah yang menyebabkan mengapa seorang ibu yang sedang berada di masa menyusui juga harus memperhatikan asupan gizi dan kesehatan dirinya juga, untuk menjaga kesehatan anaknya. Selain kekurangan zat besi, ada juga beberapa alasan mengapa seorang anak terkena anemia. Seorang anak yang terinfeksi cacing maupun malaria juga memiliki potensi besar untuk terjangkit anemia. Agar Anda dapat mengenali apakah anak Anda terkena anemia atau tidak, dalam artikel ini akan dijelaskan mengenai ciri-ciri anemia pada anak.

1. Merasa Lemah dan Lesu

Sebagai orang tua, Anda tentunya sadar bahwa anak-anak sedang berada pada masa pertumbuhannya. Dia akan bergerak sangat cepat untuk sebuah kemajuan pada dirinya. Dia juga akan belajar dari sekelilingnya mengenai banyak hal, termasuk ketika mereka sedang bermain. Sebagai seorang ibu, untuk mengimbangi keinginan belajarnya, Anda mungkin harus menyediakan mainan yang mampu merangsang otak anak Anda. Akan tetapi, apa jadinya ketika anak Anda malah lesu seperti kekurangan semangat? Semangat tertinggi dalam melakukan sesuatu tentunya adalah semangat yang dimiliki oleh anak-anak sehingga kondisi kesehatannya juga harus terjamin aman.

Ketika seorang anak terkena anemia, maka dia akan sering terlihat lesu di antara teman-temannya yang sedang asyik bermain sambal tertawa. Anehnya, walaupun kinerja yang dilakukan oleh anak tersebut tidak tergolong berat, dia juga terlihat sangat lemas. Tentunya hal ini berdampak buruk akan perkembangan kemampuan sosialnya di kemudian hari karena sudah banyak waktu yang dia lewatkan karena kelesuan tersebut. Kelesuan pada anak yang terkena anemia juga dapat disebabkan karena aliran oksigen yang tidak lancar sehingga otak dan otot tidak memiliki oksigen yang cukup untuk melakukan pembakaran dalam menghasilkan energi.

2. Mata Pucat

Sebagai seorang ibu, tentunya Anda ingin anak Anda menjadi seseorang yang disiplin di kemudian hari. Salah satu caranya adalah mengajarinya untuk bangun pagi sehingga Anda memerlukan cara membiasakan anak bangun pagi. Selain itu, tentunya Anda juga membiasakan anak Anda untuk tidur yang cukup. Pada orang-orang yang tidak tidur dengan cukup, konsentrasinya di keesokan harinya tentu akan bermasalah dan inilah yang harus dihindari pada anak-anak. Mata pucat biasanya juga terjadi pada anak-anak yang kurang tidur. Akan tetapi, ketika anak Anda memiliki jadwal tidur yang teratur namun tetap masih terlihat lesu, Anda patut mencurigai bahwa anak Anda sedang terkena anemia.

Anemia pada anak diketahui membuat matanya terlihat lesu yang didukung oleh kelopak mata yang terlihat kelelahan juga. Oleh karena itu, segeralah membawa anak Anda ke dokter anak terdekat dimana sebelumnya sudah Anda ketahui bagaimana tips memilih dokter anak yang tepat untuk buah hati Anda.

3. Telapak Tangan Terlihat Pucat

Seorang anak yang memiliki kesehatan yang baik, tentunya tidak akan memiliki masalah pada warna telapak tangannya. Warna pada telapak tangan sendiri tentunya dipengaruhi oleh kondisi kesehatan tubuh bagian dalam. Oksigen adalah salah satu penentu warna dari telapak tangan Anda. Seseorang yang kekurangan oksigen akan memberikan sinyal pada telapak tangannya dimana ditemukan warna yang pucat pada kedua telapak tangannya. Anemia pada anak juga memberikan sinyal yang sama karena memang oksigen dan zat besi saling bekerja sama pada system di dalam tubuh.

4. Wajah Pucat

Selain tidak terlihat semangat sewaktu bermain dan didukung dengan mata yang lesu, anak yang terka anemia juga memiliki wajah yang pucat. Kepucatan tersebut diakibatkan oleh adanya kesalahan pada darah yakni kurangnya darah pada anak Anda. Anda mungkin telah memberikannya makan, namun tetap saja terlihat pucat dan tidak bersemangat. Hal ini dapat dicurigai karena bisa saja itu adalah suatu pertanda bahwa anak Anda sedang menderita kelainan darah, yakni anemia. Darah sendiri sangat dibutuhkan tubuh untuk menyebarkan sari-sari makanan sehingga ketika seseorang memiliki masalah dengan darah, tentu tenaga yang dimilikinya juga tidak sefit yang dimiliki oleh orang normal.

5. Sulit Konsentrasi

Konsentrasi sangat dibutuhkan oleh semua anak karena pada masa tersebutlah daya tangkapnya terbilang tinggi sehingga lebih mudah untuknya untuk mempelajari sesuatu. Akan tetapi, ketika seorang anak mengalami masalah konsentrasi, tentunya dia akan menyerap pelajaran lebih sedikit dari teman-temannya. Kesulitan dalam konsentrasi ini juga tentunya sangat berdampak pada prestasi akademis yang dimilikinya. Oleh karena itu, Anda perlu segera mengajaknya ke dokter agar dokter dapat menanganinya lebih dini.

6. Mudah Mengantuk

Anemia pada anak juga memberikan ciri ke 6 pada anak yakni mudah mengantuk. Ketika anak Anda sangat mudah untuk mengantuk bahkan setelah dia bangun pun dia masih meraa mengantuk, bisa jadi karena anemia. Perlu untuk Anda ketahui bahwa kadar zat besi dalam tubuh yang kurang juga akan mempengaruhi oksigen di dalam tubuhnya. Ketika seorang anak tidak mendapatkan asupan oksigen yang dialirkan ke otak dengan cukup, bukan hanya mengurangi konsentrasinya, namun juga membuatnya dengan sangat mudah untuk merasa ngantuk. Selain harus memperhatikan waktu tidur yang baik untuk anak, Anda juga harus mengetahui bagaimana tanda-tanda anak kurang gizi.

7. Menurunnya Sistem Imun

Sistem imun menjadi salah satu pendukung pencegahan anak terhadap infeksi penyakit di lingkungannya. Ketika seorang anak mengalami penurunan pada system imunnya, maka dikhawatirkan dia akan dengan mudah terkena penyakit. Padahal teman-temannya yang lain tidak terserang bahkan masih sangat aktif dengan kegiatan belajarnya. Sebagai orang tua, tentunya kita mengetahui dengan pasti bahwa pentingnya bermain untuk pertumbuhan anak serta manfaatnya untuk tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, kita juga harus memperhatikan bagaimana cara meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak. Perlu untuk Anda ketahui, anemia dapat menurunkan kekebalan tubuhnya dan setelah itu, tubuhnya akan sangat mudah untuk terjangkit penyakit lainnya sehingga dikhawatirkan dapat memperparah keadaannya.

8. Sering Pingsan

Ketika anak Anda sudah masuk dalam tahap sekolah, dia tentunya akan mengadakan Upacara Bendera setiap Seninnya dengan teman dan gurunya di sekolah. Saat upacara, tentunya dia akan berdiri dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, diperlukan stamina yang cukup pada anak Anda. Akan tetapi, pada anak yang terkena anemia, dia akan kerap pingsan pada saat upacara tersebut. Hal ini disebabkan karena oksigen yang ditujukan ke otak tidak cukup sehingga tenaganya berkurang. Bukan hanya itu. Anak yang mengalami anemia juga tidak boleh melakukan kerja yang sangat berat. Pekerjaan yang berat dapat membuatnya sangat kelelahan. Oleh karena itu, banyak anak yang terkena anemia tidak dianjurkan untuk mengikuti olahraga yang berat ketika sedang dalam pelajaran olahraga.

9. Kekurangan Nafsu Makan

Sebagai seorang ibu, nutrisi anak tentunya sangat penting bagi Anda. Oleh karena itu, Anda selalu mengusahakan anak Anda untuk makan tepat waktu yakni 3 kali dalam sehari. Akan tetapi, hal ini tentunya akan sangat sulit dilakukan pada anak yang terkena anemia. Anemia pada anak menyebabkan menurunnya nafsu makan yang dimilikinya sehingga dia tidak begitu menikmati hidangan lezat dan bergizi yang Anda sajikan. Anak tersebut justru lebih memilih untuk tidur sepanjang hari. Tentu, sangat membahayakan kesehatannya.

Artikel Lainnya
  • belekan pada anak yang berbahaya
  • ciri ciri flu singapura pada anak
  • ciri dan penyebab mata minus pada anak
  • cara mengatasi sakit mata pada anak
  • efek positif dan negatif televisi bagi pertumbuhan anak
  • manfaat mendongeng bagi pertumbuhan anak
  • gejala kolik pada anak
  • cara mengajarkan anak tentang uang
  • jenis jenis imunisasi dan manfaatnya
  • jenis mainan yang merangsang otak anak
  • cara mengatasi rasa takut pada anak
  • cara meningkatkan rasa percaya diri anak
  • cara mengenali karakter anak
  • penyebab sariawan pada bayi
  • cara mengatasi keracunan pada anak

Demikian informasi mengenai ciri-ciri anemia pada anak. Dengan artikel ini, diharapkan mampu memberikan pengetahuan pada Anda agar bisa lebih dini mengatasi permasalahan anemia pada anak tersebut. Semoga bermanfaat.

Anemia pada Anak – Jenis, Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Anemia pada Anak – Jenis, Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Anemia adalah penyakit kekurangan darah yang biasanya diderita oleh kaum wanita. Masalahnya antara lain karena setiap bulan wanita mendapatkan siklus menstruasi. Kehilangan banyak darah ketika masa menstruasi adalah penyebabnya. Anemia atau kurang darah tepatnya adalah penyakit yang terjadi karena penderitanya kekurangan kadar hemoglobin atau sel darah merah di dalam tubuh. Hemoglobin adalah sel darah merah yang fungsinya untuk mengangkut oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh. Selain kaum wanita, yang paling banyak terkena anemia adalah anak-anak.

Pada umumnya anemia yang banyak ditemukan di Indonesia atau di negara-negara berkembang adalah anemia karena kekurangan zat besi dalam tubuh. Apabila sel darah merah mengalami kekurangan zat besi, maka hal itu akan berakibat kepada penurunan kemampuan hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, yang pada akhirnya dapat mengganggu metabolisme tubuh.

Jenis Jenis Anemia

Anemia bisa juga dideskripsikan sebagai penurunan kemampuan sel darah untuk mengantarkan oksigen ke seluruh bagian tubuh. Anemia dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan penyebabnya yaitu:

1. Anemia Karena Kekurangan Asam Folat

Kekurangan asam folat atau vitamin B9 dalam darah adalah penyebab anemia ini. Asupan asam folat yang tidak cukup adalah sumber dari anemia jenis ini. Sayuran banyak mengandung asam folat, namun kandungan asam folatnya bisa hilang apabila sayuran dimasak terlalu matang. Orang yang banyak mengonsumsi alkohol atau minuman keras bisa menderita kekurangan asam folat. Selain itu, wanita hamil juga rentan mengalami kekurangan asam folat karena banyaknya jatah asam folat yang didistribusikan ke kandungannya. Gejala yang timbul apabila mengalami anemia jenis ini adalah lemas, letih, mudah lupa dan juga mudah marah atau tersinggung. Untuk mengatasinya, bisa menambahkan makanan yang mengandung asam folat ke dalam menu harian Anda seperti hati sapi, asparagus dan kacang merah.

2. Anemia Pernisiosa

Ini adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan biasanya diderita oleh orang berusia antara 50-60 tahun. Walaupun biasanya penyebabnya berupa keturunan, namun pada beberapa kasus juga ditemukan penyebabnya dari penyakit autoimun. Penyakit autoimun adalah gangguan ketika sistem kekebalan tubuh justru menyerang jaringan tubuh yang sehat dan merusaknya. Gejalanya adalah sesak nafas, letih, jantung berdebar dan mati rasa atau kesemutan pada bagian kaki.

3. Anemia Aplastik

Hilangnya atau berkurangnya sel darah merah adalah penyebab anemia aplastik. Karena cedera tertentu, darah yang berfungsi membentuk jaringan dalam sumsum tulang menjadi hancur. Hal ini menyebabkan penderita kesulitan untuk melawan infeksi dan menjadi mudah mengalami perdarahan. Gejala anemia jenis ini adalah lesu, pucat, bercak keunguan pada bawah kulit, detak jantung yang cepat, mengalami infeksi, jantung tidak cukup kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Penyebab pastinya hingga sekarang belum diketahui, namun menurut dugaan sementara, anemia aplastik disebabkan oleh paparan dari racun tertentu dan virus hepatitis.

4. Anemia Sel Sabit

Ini merupakan jenis anemia turunan dan penyebabnya adalah kondisi sel darah merah yang abnormal. Sel darah merah pada anemia ini berbentuk seperti sel bulan sabit. Penyakit ini tidak dapat dicegah dan dapat bersifat mengancam jiwa penderitanya. Gejala pada anemia jenis ini yaitu adanya serangan nyeri pada bagian lengan, kaki dan perut, bagian putih mata berwarna kuning, demam, rasa letih yang kronis, detak jantung cepat dan pucat. Anemia ini dapat berkembang menjadi borok, gangguan tulang, syok dan perdarahan pada otak.

5. Polisitemia

Penyakit anemia ini umumnya diderita oleh pria paruh baya, ditandai dengan peningkatan jumlah sel darah merah (eritrosit) serta sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit) dalam tubuh. Proses reproduksi sel tubuh serta sel sumsum tulang dewasa terjadi sangat cepat, tidak seperti normalnya yang biasa. Sampai sekarang penyebabnya belum diketahui. Gejala yang timbul biasanya berupa warna keunguan pada kulit, mata yang merah, sakit kepala, pusing dan pembesaran limpa.

6. Anemia Kekurangan Zat Besi

Jenis anemia ini adalah yang paling umum diderita oleh banyak orang. Zat besi di dalam darah yang terlalu sedikit, umum ditemukan pada wanita, anak – anak dan remaja. Gejala anemia jenis ini biasanya berupa perasaan lemas, letih, pucat, sakit kepala, mudah marah serta pada tingkat yang lebih parah bisa termasuk sesak napas, detak jantung cepat, rambut dan kuku yang menjadi rapuh.

Penyebab Anemia Pada Anak

Kekurangan zat besi pada anak yang berakibat kepada terjadinya anemia, berasal dari beberapa faktor yang dapat menjadi penyebabnya, antara lain:

  • Pertumbuhan anak yang pesat – Pada tahun-tahun pertama, biasanya anak akan mengalami fase dimana ia bertumbuh dengan cepat sekali atau juga bisa disebut dengan Growth Spurt. Hal ini sangat wajar terjadi dan justru menjadi indikasi bahwa tumbuh kembang anak berada pada tahap yang sangat baik. Namun, pertumbuhan anak yang pesat juga memerlukan asupan zat gizi dalam jumlah banyak untuk mengimbanginya. Selain itu, Anda juga perlu mengenali berbagai masalah yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak seperti apa saja ciri ciri anak hiperaktif, bagaimana karakteristik seorang anak kidal, dan bagaimana cara jitu mengatasi cadel pada anak.
  • Kesalahan pola makan anak – Kebutuhan  zat besi yang ada di tubuh bayi hanya bisa dicukupi oleh ASI selama enam bulan saja. Itulah sebabnya mengapa pada usia enam bulan bayi mulai dianjurkan untuk memasuki tahap MPASI atau makanan pendamping ASI. Kebutuhan zat besi bayi akan dicukupi melalui asupan makanan mulai usia enam bulan, sehingga tidak hanya bergantung kepada ASI saja. Bila tahapan makan anak tidak dijalankan sebagaimana mestinya, bisa saja anak akan mengalami kekurangan zat besi yang serius. Karena itulah usahakan selalu untuk memberikan makanan sehat bagi tumbuh kembang anak yang penuh gizi dan nutrisi, seperti makanan – makanan yang banyak mengandung zat besi tersebut.
  • Anak mengalami infeksi – Ketika anak menderita suatu infeksi, kuman penyakit yang ada di tubuhnya menggunakan zat besi sebagai alat untuk tumbuh dan berkembang biak. Itulah sebabnya mudah bagi anak untuk mengalami anemia saat ia sedang menderita suatu penyakit infeksi. Infeksi ini juga dapat terjadi pada usus dan mengganggu penyerapan zat besi. Penyebab infeksi ini biasanya adalah cacing tambang atau bakteri dan kuman yang masuk ke tubuh anak saat anak bermain di tempat kotor. Salah satu gejala infeksi usus adalah apabila anak mengeluarkan darah ketika buang air besar. Agar anak tidak mudah terkena anemia, Anda juga perlu mengetahui pentingnya manfaat tidur siang untuk tumbuh kembang anak dan manfaat pentingnya sarapan untuk anak yang penuh gizi.
  • Gangguan Fisiologis – Penyebab anak mengalami anemia juga bisa disebabkan karena ada gangguan pada proses penyerapan zat besi di tubuhnya. Usus adalah organ tubuh yang menjadi tempat terjadinya proses penyerapan zat besi. Gangguan tersebut bisa jadi karena ada penyakit di selaput lendir usus yang dapat menimbulkan diare atau juga karena ada zat tertentu yang mengganggu proses penyerapan zat besi tersebut.

Gejala Anemia

Anda dapat menentukan apakah si kecil menderita anemia atau tidak dari beberapa gejala yang tampak. Sebagian besar gejala anemia pada anak sama dengan gejala anemia orang dewasa. Gejalanya terdiri dari beberapa tahap ringan dan sedang seperti lelah, lesu, pusing  dan pucat. Pada tahap ini anak akan merasa cepat lelah dan tidak bisa beraktivitas seperti biasanya, mungkin saja dapat mengganggu pelajarannya di sekolah. Sedangkan anemia yang memasuki tahap berat dapat mengganggu fungsi jantung dan menimbulkan gejala seperti sesak nafas, jantung berdebar, kedua kaki bengkak, sampai mengalami gagal jantung. Bayi yang mengalami anemia biasanya akan lebih rewel, terlihat pucat, susah makan/minum ASI atau susu, suhu tubuh terkadang dingin dan mudah jatuh sakit dibandingkan anak sebayanya yang lain.

Akibat Penyakit Anemia pada Anak

Bila tidak segera diatasi, gejala anemia dalam jangka panjang bisa mengakibatkan berbagai gangguan pada organ dan sistem tubuh anak seperti berikut:

  1. Anak akan terhambat pertumbuhannya, misalnya terlihat lebih kecil dan kurus dibandingkan anak lain seusianya dan menurut standar usia anak tertentu. Anda juga perlu mengetahui jenis mainan yang merangsang otak anak untuk mendukung perkembangan motorik halusnya.
  2. Mengalami gangguan pada kulit dan selaput lendir di tubuh.
  3. Gangguan sistem pencernaan, karena anemia juga mempengaruhi berkurangnya asam lambung.
  4. Gangguan pada otot gerak anak dan sistem kekebalan tubuh. Akibat gangguan pada otot, bisa saja ada bahaya anak terjatuh telentang.
  5. Berkurangnya kemampuan jantung untuk memompa darah.
  6. Mengalami gangguan kognitif, seperti kurang kemampuan belajar dan mengganggu perkembangan intelektual anak.
  7. Gangguan mental apabila anak sudah mengalami anemia sejak bayi dan tidak diatasi hingga usianya dua tahun lebih.
  8. Mengalami gangguan konsentrasi, penurunan daya ingat, dan rendahnya kemampuan memecahkan masalah.

Proses Terjadinya Anemia

Anemia pada anak akan terjadi dalam tiga tahap, yaitu pertama ketika anak mengalami kekurangan zat besi, maka tubuh akan menggunakan cadangan zat besi yang ada. Hal ini lama kelamaan akan membuat cadangan zat besi di tubuh anak menipis dan akan habis, namun anak belum akan menunjukkan gejala pucat. Sebabnya karena di dalam darah masih ada juga cadangan zat besi berupa serum iron dan transferin. Cadangan zat besi yang di dalam darah ini menandakan terjadinya fase kedua. Kemudian ketika memasuki stadium tiga, kadar hemoglobin mulai menurun dan bila dilakukan pemeriksaan darah akan terlihat bahwa sel darah merah menjadi lebih kecil dan pucat daripada sel darah merah yang normal. Waktu berlangsungnya tahap – tahap dalam anemia tergantung kepada jumlah kekurangan zat besi yang ada di tubuh anak.

Mengatasi Anemia Pada si Kecil

Karena sebagian besar anemia yang terjadi pada anak adalah anemia karena defisiensi zat besi, maka Anda bisa mengatasi anemia pada anak dengan memfokuskan kepada pemenuhan kebutuhan zat besi anak. Ada beberapa cara mengatasi anemia pada anak yaitu:

  • Mencari penyebab dari kekurangan zat besi tersebut.

Apabila penyebabnya sudah bisa dideteksi, maka akan jauh lebih mudah menentukan langkah apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kadar zat besi dalam tubuh. Sebab jika akar permasalahannya tidak ditemukan dan hanya berobat saja, maka ada kemungkinan anemia yang dialami anak akan kembali berulang. Tidak hanya perbaikan asupan zat gizi saja, perbaikan gizi secara keseluruhan pada anak juga dapat mencegah gejala diabetes pada anak, gejala hipertensi pada anak, dan mencegah bronkitis akut dan kronis pada bayi dan anak seiring dengan kekebalan tubuh anak yang makin kuat.

  • Suplemen

Untuk kasus anemia ringan, pengobatan bisa dilakukan dengan pemberian preparat besi atau sulfat ferosus. Proses pemberian preparat besi ini waktunya tidak bisa ditentukan, tergantung sampai kadar hemoglobin  kembali normal. Sebelum menempuh jalan dengan suplemen, sebaiknya lakukan tes untuk mengetahui seberapa besar nilai hemoglobin di tubuh anak. Selain itu, sebaiknya pemberian suplemen benar – benar dilakukan atas saran dokter agar tidak berlebihan. Karena konsumsi suplemen zat besi yang berlebihan dapat berakibat fatal kepada anak.

  • Makanan Bergizi

Kekurangan zat gizi bisa diatasi dengan pemberian makanan yang mengandung zat besi untuk anak. Sumber zat besi bisa didapatkan dari makanan hewani maupun nabati. Namun yang lebih mudah diserap adalah zat besi yang berasal dari makanan yang berasal dari hewan. Zat besi yang berasal dari tumbuhan seperti kacang – kacangan, sayuran, gandum, dan wijen ternyata tingkat penyerapannya sangat rendah. Vitamin C dapat membantu dalam penyerapan zat besi agar lebih optimal, karena itu Anda bisa memadukan makanan yang kaya akan zat besi dengan makanan yang mengandung vitamin C. Pemberian makanan yang bergizi berguna sebagai cara mengatasi diare pada anak dan juga sebagai cara mengatasi keracunan pada anak. Daging sapi adalah salah satu makanan yang dapat menjadi sumber zat besi terbaik, selain ikan, unggas, makanan laut, dan telur.

Mencegah Anemia Pada Anak

Anemia karena kekurangan zat besi adalah jenis anemia yang paling lumrah diderita anak – anak. Untuk mencegah anak mengalami anemia, ada beberapa hal yang bisa dilakukan:

  1. Pemberian ASI eksklusif – Pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi anak telah berulangkali ditekankan oleh para tenaga medis. Manfaat ASI eksklusif untuk bayi akan sangat berpengaruh kepada tumbuh kembang anak dan menjadi salah satu cara meningkatkan kekebalan tubuh anak, terutama jika anak mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan. Karena itulah bagi ibu yang mampu, seringkali ditekankan untuk memberikan ASI eksklusif bagi sang buah hati.
  2. Waktu MPASI yang Tepat – Aturan pemberian makanan pendamping ASI atau MPASI adalah ketika anak memasuki usia enam bulan. Penentuan usia yang tepat untuk anak memulai makanan padat tentunya ada penyebab yang jelas. Yaitu, ketika usia enam bulan usus anak sudah siap untuk menerima makanan padat. Serta, asupan zat besi yang didapat anak dari ASI tidak akan mencukupi lagi ketika anak memasuki usia tersebut. Karena itulah maka perlu diberikan makanan pendamping ASI yang bergizi berupa makanan terbaik untuk bayi. Bila anak tidak diberikan makanan yang tepat, tidak saja ada resiko terkena anemia tetapi bisa menjadi salah satu penyebab perut kembung pada bayi dan gangguan pencernaan pada anak.
  3. Hindari Makanan Penghambat Zat Besi –Anda juga perlu mengetahui bahwa ternyata ada juga makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi. Jenis makanan ini dapat menjadi jenis makanan yang berbahaya untuk anak jika dikonsumsi melewati batas. Makanan tersebut salah satunya yang dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk menyerap zat besi yaitu:
    • Makanan yang termasuk ke dalam golongan Polifenol, seperti teh, paprika, kunyit.
    • Golongan Asam Fitrat seperti kacang – kacangan, dan gandum.
    • Golongan Asam Oksalat: Makanan jenis ini sangat mudah mengikat zat besi sehingga membentuk senyawa kompleks yang akan sulit diserap oleh tubuh misalnya bayam, ubi manis, wortel, kacang tanah, teh hitam, kopi dan cokelat.

Sedangkan beberapa makanan yang dapat membantu penyerapan zat besi pada anak adalah golongan makanan yang mangandung vitamin C seperti brokoli, tomat, jeruk, strawberry dan lainnya juga golongan organik seperti asam laktat, tartart, asam sitrat dan malart. Manfaat menjemur bayi dan anak juga dapat meningkatkan kemampuan anak menyerap zat gizi ke dalam tubuhnya.

Bahaya yang bisa dialami anak sebagai akibat dari penyakit anemia memang akan sangat merugikan tumbuh kembangnya, karena itu orang tua memang harus waspada terhadap tanda – tanda anemia pada anak atau adanya tanda tanda anak kurang gizi. Jangan pernah menganggap remeh apabila anak sulit makan atau kurang makan makanan yang bergizi, terlihat lesu dan tidak bersemangat terus menerus untuk melakukan aktivitasnya sehari – hari. Selain itu, kekurangan zat besi juga dapat dicegah sejak anak berada dalam kandungan dengan konsumsi makanan yang mengandung gizi mencukupi bagi ibu yang hamil, misalnya pemberian tablet zat besi.

17 Gejala Sinusitis pada Anak dan Cara Pengobatannya

17 Gejala Sinusitis pada Anak dan Cara Pengobatannya

Sinusitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada dinding sinus, yaitu suatu rongga kecil berisi udara yang letaknya di belakang tulang pipi dan dahi. Sinusitis merupakan penyakit umum yang bisa dialami semua orang dari berbagai tingkatan usia. Pada seorang anak, area sinus belum mengalami perkembangan yang sempurna hingga ia mencapai usia akhir masa remajanya. Tidak seperti pada orang dewasa, sinusitis pada anak kecil umumnya lebih sulit didiagnosa karena gejala sinus bisa mirip dengan gejala penyakit karena virus atau alergi.

Sinus adalah ruangan – ruangan kecil yang saling berhubungan melalui saluran udara di dalam tulang tengkorak. Ketika terinfeksi dan menjadi bengkak atau menjadi iritasi, maka disebut sinusitis atau infeksi sinus. Anak – anak yang lebih kecil rentan terhadap infeksi terutama pada masa beberapa tahun pertama kehidupannya. Umumnya penyakit sinus berasal dari flu yang diderita anak namun lama kelamaan diperparah oleh alergi. Jadi jika anak masih saja sakit setelah melewati beberapa minggu kemungkinan ada resiko alergi yang bisa mengarah ke sinusitis.

Macam Sinus dan Letaknya

Sinus tidak hanya ada satu macam saja. Pada area rongga hidung tersebut dan sekitarnya terdapat beberapa macam sinus yang letaknya berdekatan:

  • Sinus Frontalis – Yaitu sinus yang terletak di dahi.
  • Sinus Maksilaris – Letak sinus ini di dalam tulang pipi.
  • Sinus Etmoid – Letaknya di belakang hidung, dan di dekat sudut mata.
  • Sinus Sfenoid – Terletak di belakang sinus etmoid.

Semua sinus saling berhubungan dengan hidung, gunanya untuk pertukaran udara dan sekresi berupa ingus. Hidung dan juga sinus memiliki lapisan selaput lendir yang berhubungan satu sama lain. Sinus pada anak sebenarnya tidak akan berkembang sebelum ia berusia 20 tahun, namun tetap beresiko untuk mengalami infeksi sinus karena sinus maksilaris dan sinus etmoid telah ada sejak anak masih kecil.

Penyebab Sinusitis Pada Anak

Anak – anak yang sedang menderita sinusitis biasanya akan menjadi mudah kesal, tidak berselera makan, dan tampak bernapas melalui mulut, suaranya akan terdengar sengau seolah sedang mengalami pilek berat. Banyak hal yang dapat menyebabkan sinus mengalami peradangan dan lalu tersumbat, seperti penyakit flu yang merupakan infeksi virus pada sinusitis akut, atau juga infeksi bakteri. Adapun penyebab sinustis kronis adalah :

  • Polip – Polip yang ada di dalam hidung adalah jaringan yang tumbuh yang dapat menghalangi saluran hidung.
  • Kondisi Medis Lain  – Adanya komplikasi dari penyakit lain yang menyebabkan sinusitis karena kondisi tubuh menurun seperti fibrosis kistik, infeksi gigi, HIV, dan lainnya.
  • Alergi – Anak dengan bakat alergi juga dapat mengalami sinusitis karena saluran sinusnya terhalang. Contoh, hay fever, asma, dan rinitis alergi.
  • Deviasi Septum Hidung – Septum adalah dinding yang ada diantara lubang hidung. Penyimpangan dalam pembentukan septum bisa menghalangi saluran sinus.
  • Bakteri – Sinusitis juga dapat terjadi karena infeksi bakteri. Bakteri yang paling sering menyebabkan sinusitis adalah Streptococcus Pneumonia, Haemophilus Influenzae, dan Moraxella Catarhallis.

Gejala Umum Sinusitis

Sinusitis menunjukkan gejala – gejala secara umum seperti berikut:

  1. Sakit kepala, biasanya pada anak berusia enam tahun keatas. Tekanan tinggi akibat pembengkakan pada sinus bisa terjadi di seluruh bagian tengkorak sehingga menyebabkan sakit kepala.
  2. Mengalami demam diatas 38 derajat celcius
  3. Hidung tersumbat dan keluar cairan berwarna kuning kehijauan yang kental. Tersumbatnya hidung disebabkan karena peradangan atau infeksi yang menyebabkan bengkaknya sinus atau hidung bagian dalam.
  4. Terasa nyeri pada bagian wajah dan sakit ketika ditekan, rasa sakit ini terjadi karena jaringan yang meradang di bagian ujung saraf di dinding sinus.
  5. Kehilangan fungsi indera penciuman sementara karena pembengkakan area selaput di dalam hidung, sehingga menghambat bau yang dihirup.
  6. Daya perasa atau pengecap yang berkurang karena terpengaruh daya penciuman yang menurun.
  7. Nafas berbau atau halitosis
  8. Sakit tenggorokan, batuk, mual dan muntah.
  9. Area sekitar mata mengalami pembengkakan atau sembab.
  10. Pilek yang lama, sekitar 10 sampai 15 hari juga menandakan bahwa bisa jadi ini adalah gejala sinusitis.
  11. Waspadailah bila anak mengalami bersin terus menerus, karena ini juga bisa menjadi tanda dari sinusitis.

Sinusitis pada anak berbeda dengan sinusitis pada orang dewasa. Pada anak – anak, lebih sering mengalami napas berbau, batuk, gelisah, lesu, dan terlihat sembab pada area mata, disertai ingus yang berwarna kuning kehijauan.

Gejala dan Jenis Sinusitis Menurut Masa Berlangsungnya

Menurut waktu berlangsungnya penyakit sinusitis, ada beberapa macam penyakit sinusitis dan gejalanya yang bisa diuraikan yaitu:

  1. Sinusitis Akut – Gejala sinusitis akut ini dapat timbul mendadak dan bertahan selama 14 hari sampai satu bulan. Beberapa gejala yang muncul yaitu timbulnya mukus atau cairan hidung berwarna kuning kehijauan dari hidung, sakit kepala, dan merasa nyeri pada wajah terutama pada area sekitar mata, pipi, hidung, dan dahi. Rasa sakit itu akan lebih terasa ketika sedang dalam posisi membungkuk, indera penciuman yang terganggu, batuk, hidung beringus, demam, napas bau, mengalami kelelahan dan sakit gigi. Biasanya muncul setelah mengalami flu atau gangguan pernapasan saluran atas.
  2. Sinusitis Sub Akut – Yaitu sinusitis yang bisa berlangsung selama satu sampai tiga bulan, atau antara empat sampai delapan minggu. Gejalanya hampir mirip dengan sinusitis akut, biasanya terjadi jika pengobatan tidak terlalu berhasil pada sinusitis akut.
  3. Sinusitis Kronis – Gejala yang biasa tampak pada sinusitis kronis yaitu jika hidung terasa tersumbat, ada nanah di rongga hidung dan cairan hidung berubah warna, demam, rasa penuh di wajah. Kondisi sinusitis dapat dikatakan memburuk apabila terdapat bengkak, nyeri dan kemerahan di sekitar mata dan dahi, sakit kepala hebat, demam yang tinggi, penglihatan ganda, rasa kaku pada leher, dan penderita sering merasa kebingungan. Gejala yang timbul bisa bertahan sampai tiga bulan atau lebih.
  4. Sinusitis Berulang – Sinusitis berulang yaitu apabila seseorang mengalami beberapa kali serangan penyakit ini dalam jangka waktu satu tahun.

Gejala Sinusitis Menurut Penyebabnya

Berdasarkan penyebabnya, sinusitis memiliki beberapa jenis yang perlu Anda ketahui:

  1. Sinusitis Rhinogenik – Yaitu sinusitis yang terjadi karena ada kelainan atau masalah di hidung. Segala sesuatu yang menyumbat hidung dapat menjadi penyebab dari sinusitis, seperti flu biasa, rinitis alergi atau terjadinya pembengkakan pada lapisan hidung, polip, atau penyimpangan septum.
  2. Sinusitis Dentogenik / Odontogenik – Yaitu sinusitis yang terjadi karena kelainan gigi, yang sering menyebabkan terjadinya sinusitis infeksi pada gigi geraham bagian atas.

Penyakit Akibat Komplikasi Sinusitis

Apabila penyakit sinusitis akut tidak mendapatkan pengobatan dengan benar, penyakit tersebut bisa menjadi sinusitis kronis. Dan apabila sinusitis kronis tidak juga mendapatkan pengobatan yang layak, bisa terjadi komplikasi – komplikasi seperti berikut:

  • Infeksi yang menyebar ke dinding otak bisa menyebabkan meningitis.
  • Mengalami kerusakan sebagian atau seluruh indera penciuman.
  • Mengalami masalah dalam penglihatan, misalnya kehilangan sebagian penglihatan atau mengalami kebutaan.
  • Munculnya infeksi pada kulit atau pada tulang.

Anak Dengan Resiko Sinusitis

Pada beberapa anak, resiko menderita sinusitis lebih besar daripada anak lainnya. Hal itu disebabkan karena:

  • Ketika terkena flu biasa, membran mukosa hidungnya membengkak.
  • Saluran drainase hidung tersumbat.
  • Ada perbedaan struktur yang mempersempit saluran hidung, bisa disebabkan karena kelainan struktur tulang hidung sejak lahir atau karena trauma luar yang menyebabkan luka di wajah.
  • Adanya polip di hidung.
  • Kekurangan kekebalan tubuh atau sedang mengonsumsi obat yang menekan kekebalan tubuh.
  • Anak memiliki bakat alergi.

Mendiagnosis Sinusitis

Seperti penyakit lain yaitu  gejala diabetes pada anak dan gejala hipertensi pada anak, sinusitis jugs membutuhkan diagnosa yang tepat. Untuk mendiagnosis sinusitis tentu saja diperlukan konsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan gejala dan melakukan pemeriksaan fisik.  Tes yang dilakukan untuk pemeriksaan sinusitis seperti meraba atau menekan sinus untuk memastikan keras atau lembutnya, memeriksa gigi untuk melihat adanya peradangan sinus paranasal, tes kultir lendir, endoskopi hidung, x ray, tes alergi, CT scan sinus, tes darah. Beberapa tes yang umum dilakukan adalah:

  1. Sinar X Pada Sinus – Yaitu suatu tes diagnostik yang menggunakan energi elektromagnetik untuk membuat gambar dari jaringan internal tubuh seperti tulang dan lainnya.
  2. Computed Tomography Scan (CT Scan) – Yaitu pencitraan diagnostik yang menggunakan kombinasi sinar X dan teknologi komputer terkini untuk menunjukkan gambar dengan posisi horizontal atau aksial dari tubuh. Prosedur ini dapat menunjukkan secara detil gambaran dari bagian  tubuh seperti tulang, otot, lemak dan organ.
  3. Kultur Sinus – Yaitu tes yang dilakukan di laboratorium dengan mengambil sampel dari bagian dalam hidung dan menggunakannya untuk menumbuhkan bakteri dan mikroorganisme untuk membantu menegakkan diagnosis.

Pengobatan Penyakit Sinusitis

Pengobatan yang ada saat ini tujuannya hanya untuk meringankan gejala dari penyakit sinussitis, karena pada umumnya penyakit ini tidak akan berkembang lebih parah jika faktor- faktro pemicunya tidak terjadi. Ada beberapa cara pengobatan yang bisa dilakukan untuk meringankan gejala sinusitis yaitu:

Semprotan Hidung – Berbahan dasar saline, yaitu campuran air matang, garam, dan soda bikarbonat. Saline ini yang disemprotkan penderita beberapa kali sehari ke dalam hidung mereka. Gunanya untuk membersihkan saluran hidung.

  • Saline Nasal Irrigation – Untuk mengurangi  kumpulan cairan dan membersihkan zat yang menyebabkan iritasi serta alergi.
  • Kompres  – Biasanya berupa kompres hangat untuk membantu mengurangi rasa nyeri di hidung.
  • Pereda Sakit – Untuk meringankan sakit dan nyeri yang biasa dirasakan para penderita sinusitis.
  • Dekongestan – Untuk menggunakan obat ini sebaiknya lakukan konsultasi lebih dulu dengan dokter, obat ini juga tidak bisa digunakan jika melebihi tiga hari pemakaian. Dengan kata lain, penggunaan yang diizinkan hanya selama satu minggu.
  • Kortikosteroid Hidung – Fungsinya untuk mencegah dan mengatasi peradangan pada hidung.
  • Imunoterapi – Pengobatan dengan cara ini biasanya digunakan untuk penderita yang mempunyai resiko alergi untuk meringankan reaksi tubuh terhadap alergen.
  • Antibiotik – Dokter akan memberikan pengobatan dengan menggunakan antibiotik apabila sinusitis disebabkan oleh infeksi bakteri.

Prosedur Operasi Sinusitis

Apabila dengan metode – metode pengobatan yang ada, gejala sinusitis tidak juga membaik, maka bisa jadi penyebabnya adalah kelainan pada struktur sinus yang menyumbat saluran keluar sinus. Dokter akan mengambil jalan untuk mengoperasi atau membedah sinus. Prosedur yang harus dilalui saat membedah sinus yaitu:

  • Bius

Sebelum pembedahan, hidung akan dibuat mati rasa terlebih dulu, bisa menggunakan bius lokal atau bius umum sesuai hasil konsultasi pasien dan dokter.

  • Endoskopi

Pada tahap pertama, dokter akan melakukan endoskopi, yaitu memasukkan selang kecil yang dilengkapi kamera di bagian ujungnya untuk melihat dan memperbesar keadaan bagian dalam hidung. Dengan teknik ini, dokter akan dapat melihat bagian dalam hidung berupa saluran drainase dari sinus.

  • Tindakan

Setelahnya, dokter akan melakukan tindakan yang diperlukan seperti pengangkatan jaringan atau dilatasi kateter balon, yaitu pemompaan balon kecil yang fungsinya untuk membuka saluran drainase dan sinus. Selain itu, dokter juga akan memasukkan implan yang bisa larut dengan sendirinya dan berisi steroid mometasone, yang bertujuan untuk membuat saluran drainase sinus tetap terbuka.  Tindakan ini tentunya bertujuan untuk membuat sinus berfungsi dengan normal kembali.

Mencegah Sinusitis Pada Anak

Jika Anda khawatir si kecil mampunyai resiko terkena sinusitis, Anda bisa mencegahnya dengan beberapa cara tertentu. Ada beberapa cara untuk mencegah sinusitis pada anak yaitu:

1. Menjaga Kebersihan

Kebanyakan penyebaran penyakit dimulai dari kontak dengan orang yang terinfeksi dan kuman tersebut akan langsung masuk ke mulut, hidung dan mata ketika tangan digunakan untuk mengusap bagian – bagian tersebut. Untuk mencegahnya, Anda harus membiasakan diri untuk membersihkan dan mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah makan, dan jangan gunakan cairan pembersih tangan secara berlebihan karena justru akan memancing timbulnya mikroorganisme kekebalan anti bakteri.

2. Menjaga Cairan Tubuh

Agar tubuh berfungsi normal dan menjaga mikroorganisme tetap menjauh dari tubuh maka kondisi mulut dan hidung harus selalu dalam keadaan lembab dan terhidrasi. Sebab, jika kondisinya terlalu kering maka akan rentan terhadap iritasi, infeksi dan inflamasi. Jaga cairan tubuh dengan minum delapan gelas air putih setiap harinya. Hindari soda dan minuman berenergi.

3. Mengontrol Alergi

Hindari  pemicu alergi atau alergen seperti debu, makanan, suhu dingin, polusi dan lainnya adalah cara mudah mengatasi alergi pada anak. Memang ada pengobatan untuk alergi seperti antihistamin, namun Anda tidak dapat menggunakannya secara berlebihan, karena dapat menyebabkan membran mucus menjadi kering. Anak-anak adalah perokok pasif yang mempunyai resiko lebih besar untuk mengalami infeksi sinus dan paru-paru. Memang tidak mungkin untuk menghindari semua faktor tersebut secara utuh, namun menggunakan masker bisa menjadi cara yang efektif untuk menangkalnya.

4. Menghindari Ekspos Terhadap Faktor Iritan

Selain alergen, ada banyak bahan kimia penyebab iritasi yang dapat memicu iritasi dan inflamasi di dalam saluran hidung, yang membuat resiko terinfeksi meningkat. Faktor iritan tersebut antara lain bahan pembersih kimia, asap rokok, partikel asbes, polutan, debu, cairan pemutih dan lain – lain.

5. Menggunakan Suhu Hangat

Udara dingin bisa memancing penderita sinus untuk kambuh. Anda bisa membantu anak untuk:

  • Menghirup udara hangat atau uap untuk menghindarkan berkembangnya sinusitis pada saat anak sedang alergi atau flu.
  • Keluarkan lendir hidung secara perlahan, dengan menutup satu lubang dan mengeluarkan lendir dari lubang hidung yang lain.
  • Minum banyak air putih untuk mencairkan dan mencegah lendir mengental.
  • Mengonsumsi makanan atau minuman yang hangat, dan juga menghirup uap air hangat . Bisa juga mengompres wajah dengan air hangat.

6. Memperkuat Kekebalan Tubuh

Untuk tipe infeksi apapun, semua bentuk pencegahan bergantung kepada respon dan ketahanan imun tubuh yang sehat. Cara meningkatkan kekebalan tubuh anak dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh yang prima untuk anak – anak adalah:

  • Pastikan Anda mengatur waktu tidur yang baik untuk anak agar anak mendapatkan waktu tidur yang cukup setiap malamnya, juga memberikan manfaat tidur siang untuk tumbuh kembang anak ketika anak membutuhkan tambahan waktu istirahat.
  • Banyak makan buah-buahan dan sayuran, kurangi makanan manis dan instan. Beri anak makanan yang sehat seperti manfaat madu untuk anak dan balita, manfaat oatmeal untuk bayi dan anak, juga jauhkan dari beberapa jenis makanan berbahaya untuk anak.
  • Menjaga kebersihan dan asupan cairan ke dalam tubuh. Menjaga kebersihan diri sendiri seperti tangan juga merupakan salah satu cara mengatasi diare pada anak.
  • Pastikan anak melakukan aktivitas fisik yang cukup. Beri waktu agar dapat merasakan manfaat olah raga untuk anak yang dapat memperkuat sistem tubuhnya.

Untuk mencegah sebelum anak mengalami sinusitis yang semakin parah, orang tua perlu waspada dan mengenali tanda-tanda yang ada sebelum terlambat. Artinya, jika flu anak sudah menunjukkan gejala yang tidak biasa maka janganlah meremehkan hal tersebut. Segeralah konsultasikan anak ke dokter untuk mendapatkan penanganan terbaik, seperti halnya mendiagnosa penyakit lainnya misalkan anemia pada anak, cacar air pada anak, atau bronkitis akut dan kronis pada bayi dan anak. Dengan demikian, anak akan mendapatkan penanganan yang tepat saat ia membutuhkan dan bisa pulih dengan cepat.

Tetanus pada Anak – Gejala, Pencegahan dan Pengobatannya

Tetanus pada Anak – Gejala, Pencegahan dan Pengobatannya

Untuk orangtua yang memiliki anak balita atau berusia di bawah itu, Anda tentu sering mendengar tentang jenis jenis imunisasi dan manfaatnya yang dianjurkan atau diwajibkan oleh pihak petugas kesehatan. Salah satunya adalah imunisasi tetanus. Tetanus merupakan penyakit yang masih sering ditemukan pada anak-anak, terutama di negara-negara berkembang. Tetanus merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang tubuh manusia.

Kata Tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu Tetanos atau Teinein yang artinya menegang. Konon tetanus pertama kali disebutkan atau dikaji oleh orang Mesir Kuno pada sekitar tahun 3000 SM. Tetanus juga dikenal sebagai penyakit kejang mulut, adalah sebuah penyakit serius namun dapat dicegah yang mempengaruhi otot dan syaraf tubuh.

Tentang Penyakit Tetanus

Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri bernama Clostridium Tetani yang biasa ditemukan pada tanah, debu dan bahkan pada usus manusia atau binatang. Bakteri tersebut dapat memasuki tubuh manusia atau tubuh anak melalui luka di kulit. Ketika bakteri sudah berada di dalam tubuh, bakteri tersebut memproduksi racun berupa neurotoksin yang merusak syaraf dan menyebabkan beberapa kekejangan otot. Racun tersebut dapat beredar di dalam tubuh melalui aliran darah dan kelenjar getah bening. Ketika racun semakin menyebar, itu mempengaruhi aktivitas syaraf normal dan menyebabkan kejang yang bisa begitu kuat sehingga dapat merobek otot atau bahkan menyebabkan patah tulang belakang. Jika tidak ditangani dengan benar, tetanus dapat menjadi penyakit yang mengancam nyawa manusia.

Penyebab Tetanus

Kebanyakan tetanus berasal dari luka yang terkontaminasi atau luka yang dalam, seperti luka karena menginjak sebatang paku. Terkadang luka yang diderita sangat kecil sehingga orang tersebut tidak menemui dokter untuk berobat. Luka yang melibatkan kulit mati seperti gangren, luka terbakar, radang dingin, atau luka yang hancur juga beresiko terkena tetanus. Selain itu, luka yang terkontaminasi oleh tanah, ludah atau kotoran yang tidak dibersihkan dengan benar, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, juga berada dalam keadaan resiko tetanus.

Tanda dan Gejala Tetanus Pada Anak

Gejala tetanus yang dapat dilihat adalah apabila anak menunjukkan otot yang kaku dan lemah hanya di sekitar area otot. Hal seperti ini disebut tetanus lokal, dan gejalanya bisa menghilang tanpa melakukan perawatan. Pada bayi baru lahir, gejala umumnya akan terlihat pada tiga sampai empat belas hari setelah kelahiran. Sedangkan pada anak yang lebih tua, gejala kemungkinan akan berkembang dalam hitungan hari atau bulan sejak terinfeksi. Tanda dan gejala tetanus yang umum adalah seperti berikut ini:

  • Pada bayi baru lahir, sulit mengisap dan terus menangis.
  • Kejang rahang, yaitu kekejangan otot di sekitar rahang dan leher yang menyebabkan rahang anak terkunci.
  • Kekejangan otot yang menyakitkan, dipicu oleh cahaya, sentuhan atau suara.
  • Otot wajah yang kaku, atau alis yang tertarik dan bibir membentuk seringai atau ringisan.
  • Otot perut, lengan dan kaki yang kaku.
  • Sulit bernapas dan menelan.
  • Merasa gelisah dan terganggu, detak jantung atau napas cepat.
  • Sakit kepala atau mengalami kejang – kejang.
  • Berkeringat, sulit buang air kecil dan demam ringan.

Macam – macam Tetanus dan Gejalanya

Penyakit tetanus tidak hanya berupa satu macam saja, melainkan ada beberapa macam disertai dengan gejala yang berbeda namun mirip satu sama lain:

1. Tetanus Pada Umumnya

Gejala yang timbul pada tetanus pada umumnya seperti telah disebutkan di atas yaitu:

  • Sikap lekas marah dan lemah pada otot
  • Merasa kejang atau nyeri otot
  • Kesulitan menelan makanan karena kaku otot leher
  • Kesulitan mengunyah atau tersenyum karena kejang otot mulut.
  • Kejang pada sebagian besar otot tubuh yang dalam beberapa kasus cukup kuat untuk menyebabkan dislokasi sendi dan patah tulang.
  • Kaku otot leher dan dada menyebabkan kesulitan bernapas.
  • Ada juga gejala lain seperti tinja berdarah, diare, sakit kepala, demam, sensitif terhadap cahaya atau sentuhan, sakit tenggorokan, berkeringat, denyut jantung cepat.

2. Tetanus Cephalic

Ini adalah bentuk paling langka dari penyakit tetanus. Biasanya berhubungan dengan luka di wajah atau kepala dan berkaitan dengan ostitis media. Masa inkubasinya hanya satu atau dua hari. Tanda cephalic tetanus ditandai pada kejang mulut dan disertai setidaknya satu otot wajah lain yang melemah. Juga ditandai dengan kelumpuhan syaraf otak, dan bisa berkembang menjadi gejala tetanus umum.

3. Tetanus Lokal

Jenis ini terjadi jika kejang otot hanya mempengaruhi tempat terjadinya luka. Kejang otot pada tetanus lokal dapat memburuk dalam beberapa kasus dan juga berkembang menjadi gejala tetanus umum.

4. Tetanus Neonatal

Tipe tetanus ini terjadi pada bayi yang lahir dalam kondisi tidak steril terutama ketika bekas tali pusar terkontaminasi bakteri. Imunisasi tetanus pada ibu hamil akan menurunkan kekebalan tubuh yang didapat ibu kepada bayinya.

Anak yang Beresiko Tetanus

Seorang anak bisa memiliki peluang untuk terkena tetanus dibandingkan dengan anak lainnya karena beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu:

  • Ibu tidak menerima imunisasi tetanus
  • Bekas tali pusarnya tidak dibersihkan dengan baik.
  • Melewatkan dosis vaksin tetanus pada anak
  • Mengalami luka akut atau kronis seperti luka bakar, luka tusukan atau luka yang menghancurkan.
  • Memiliki luka yang tidak dibersihkan.
  • Mengalami patah tulang yang menyebabkan tulang menusuk kulit anak.
  • Pernah menjalani operasi atau perawatan gigi.
  • Mengalami luka akibat gigitan serangga.

Mendiagnosa Penyakit Tetanus

Diagnosa yang tepat sangat penting untuk penanganan penyakit pada anak. Tidak saja untuk penyakit tetanus, tetapi juga untuk cacar air pada anak, bronkitis akut pada bayi dan anak, gejala hipertensi pada anak, dan gejala diabetes pada anak. Petugas kesehatan atau dokter yang memeriksa anak Anda akan memeriksa luka anak dan menanyakan tentang gejala apa saja yang dialaminya. Katakan jika Anda tidak langsung membersihkan luka dengan menyeluruh atau jika Anda melihat kotoran atau benda asing lain di dalam luka. Dokter akan mencari beberapa gejala khas seperti kejang rahang, untuk membantu menegakkan diagnosa tetanus. Jika infeksinya sudah dipastikan, anak akan harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Ia akan ditempatkan pada ruangan yang gelap dan sunyi untuk mencegah kejang otot. Tindakan lainnya bisa berupa:

  • Obat – obatan yang diperlukan untuk menghentikan atau mencegah kejang pada otot. Anti toksin juga mungkin diberikan untuk mencegah toksin menyebar di tubuh anak. Obat – obatan lain akan diberikan untuk mencegah infeksi bakteri atau mengontrol rasa sakit, juga vaksin tetanus.
  • Tindakan operasi bisa dilakukan untuk menyingkirkan jaringan tubuh yang terpengaruhi oleh tetanus, membersihkan luka dari kotoran dan benda asing lainnya dan menghilangkan jaringan yang mati.

Tidak ada tes laboratorium yang dapat menguji penyakit tetanus, walaupun begitu ada tes sederhana yang bisa dilakukan yaitu tes spatula. Caranya dengan menyentuh dinding tenggorokan dengan menggunakan spatula. Orang normal akan menunjukkan reaksi menghindar, sedangkan pada penderita tetanus ia akan menggigit spatula tersebut dan menutup mulut.

Pengobatan Tetanus

Tetanus dapat diatasi dengan pemberian beberapa obat – obatan yaitu :

  1. Antitoksin atau Anti Tetanus Serum (ATS) – Saat ini sudah tersedia anti toksin tetanus berupa tetanus immunoglobulin, namun ini hanya bisa menetralkan racun yang belum terikat jaringan saraf.
  2. Antibiotik – Penggunaan antibiotik diperlukan untuk membunuh bakteri yang menyebabkan tetanus. Dapat diberikan secara oral atau diminum maupun melalui cara suntikan.
  3. Vaksin – Pemberian vaksin untuk tetanus adalah suatu keharusan untuk mencegah penyakit ini kembali, karena sekali mengalami penyakit tetanus tidak akan membuat seseorang kebal terhadap penyakit ini. Di Indonesia, vaksin tetanus termasuk ke dalam bagian dari vaksin DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus) yang harus dijalani sebanyak lima tahap yaitu pada usia 2, 4, 6 dan 18 bulan, lalu pada usia 5 tahun. SEtelahnya adalah pemberian booster TD setiap 10 tahun.
  4. Obat penenang dan obat lainnya- Kejang otot yang kuat terkadang membutuhkan obat penenang yang kuat. Dokter mungkin akan meresepkan obat seperti diazepam. Obat penenang seringkali menyebabkan pernapasan yang dangkal, maka kemungkinan alat bantu pernapasan diperlukan. Sedangkan magnesium sulfat dan jenis beta blocker lainnya bisa digunakan untuk mengontrol aktivitas otot tak sadar semisal detak jantung dan pernapasan.

Langkah Pencegahan Tetanus

Tetanus memang penyakit yang sangat mengkhawatirkan karena dapat membuat orang kehilangan anggota tubuh bahkan hingga mengancam nyawa. Penyakit tetanus pada anak bisa dicegah sebelumnya jika Anda melakukan beberapa langkah berikut:

  • Lakukan Imunisasi Tetanus Untuk Anak

Imunisasi atau pemberian vaksin untuk anak merupakan cara meningkatkan kekebalan tubuh anak. Carilah informasi dan keterangan pada petugas kesehatan mengenai vaksin untuk tetanus, karena terkena tetanus tidak akan membuat anak mendapatkan kekebalan seperti halnya penyakit cacar pada anak. Vaksin tetanus diberikan kepada anak dalam beberapa dosis. Untuk wanita hamil, biasanya vaksin tetanus diberikan pada trimester kedua kehamilan untuk mencegah bayi tertular tetanus melalui proses kelahiran.

  • Imunisasi Tetanus Pada Ibu Hamil

Pemberian imunisasi tetanus atau suntikan TT (Tetanus Toxoid) pada ibu hamil sangat berguna untuk mencegah tetanus pada ibu dan bayi. Hal ini bertujuan untuk mencegah tetanus pada proses persalinan, karena selalu ada resiko mengalami luka pada rahim atau pada jalan lahir dan tali pusat bayi. Terutama pada persalinan berisiko tinggi yaitu yang menggunakan alat – alat tidak steril. Pemberian imunisasi ini akan membentuk dalam tubuh ibu dan dapat diteruskan kepada bayi dan akan melindunginya beberapa bulan setelah kelahiran.

  • Bersihkan Setiap Luka Segera

Tekan luka anak jika mengalami pendarahan untuk menghentikannya. Bersihkan luka menggunakan air dan sabun, hilangkan semua kotoran dan benda asing dari luka. Ganti perban setiap hari atau jika basah dan kotor.

  • Bersihkan Tali Pusar Bayi Sesuai Petunjuk

Ingatlah untuk selalu mencuci tangan sebelum memeriksa bekas tali pusar bayi. Bersihkan dengan lembut dan juga kulit di sekitarnya dengan sabun ringan dan air hangat setiap memandikannya. Usaplah dengan alkohol menggunakan cotton bud sesekali. Tepuk dengan lembut menggunakan handuk, segera ganti perban jika terkena kotoran atau air seni bayi, atau ganti perban ketika mengganti popok.

Efek Samping Vaksin Tetanus

Perhatikan kondisi anak ketika Anda akan memberikan imunisasi tetanus. Jika anak mengalami sakit yang lumayan parah saat jadwal imunisasi, sebaiknya tunda dulu pemberian imunisasi tersebut. Vaksin tetanus yang diberikan kepada anak berupa vaksin DTP, DTap, atau TdaP. Efek samping yang biasa muncul setelah pemberian vaksin biasanya berupa beberapa hal berikut:

  • Demam ringan. Anda bisa memberikan parasetamol atau ibuprofen untuk cara mengatasi demam dan meredakan demam anak, namun hindari memberikan aspirin karena pada beberapa kasus dapat menyebabkan kerusakan hati dan otak.
  • Bengkak pada bagian yang disuntik.
  • Kulit yang disuntik agak memerah dan sakit.
  • Anak terlihat lelah dan rewel, waspadai jika setidaknya selama tiga jam anak tidak berhenti menangis atau mengalami kejang dan pingsan.

Efek samping ini akan muncul dalam waktu satu sampai tiga hari setelah pemberian vaksin. Efek yang sangat jarang terjadi adalah kejang, koma, kerusakan otak, masalah saraf dan alergi yang parah. Jika timbul efek samping yang diluar dugaan seperti gangguan pada sistem syaraf anak atau otak setelah 7 hari pemberian vaksin, alergi berat, demam tinggi, jangan teruskan pemberian vaksin dan konsultasikan dengan dokter anak.

Komplikasi Tetanus

Penyakit tetanus dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti berikut:

  1. Cacat tubuh – Penggunaan obat penenang biasanya diperlukan untuk mengendalikan kejang otot yang diderita karena tetanus. Namun, efek penggunaan obat penenang yang terus menerus bisa menyebabkan imobilitas permanen pada anak.
  2. Cedera Otak – Pada bayi,  kekurangan oksigen karena tetanus bisa menyebabkan kerusakan otak permanen, gangguan ringan atau hingga celebral palsy. Cedera otak juga merupakan salah satu akibat dan bahaya benturan pada kepala bayi dan anak.
  3. Patah tulang – Seperti telah disebutkan di atas, kekejangan yang kuat bisa menyebabkan patah tulang di tubuh anak. Salah satu bahaya anak terjatuh telentang adalah juga dapat mengalami patah tulang.
  4. Pneumonia Pernapasan – Kekakuan otot dapat menyebabkan kesulitan menelan dan batuk yang berakibat pada timbulnya pneumonia pernapasan, karena menghirup cairan di dalam perut, dan bisa mempengaruhi sistem pernapasan bagian bawah. Bahaya bedak tabur bagi bayi dan anak juga berkaitan dengan sistem pernapasan anak, karena butiran bedak bisa terhirup ke dalam sistem pernapasan bayi dan anak.
  5. Laryngospasm – Yaitu jika laring atau kotak suara mengalami kekejangan sementara, biasanya berlangsung antara tiga puluh sampai enam puluh detik. Akibatnya udara tidak dapat memasuki paru – paru dan menyebabkan kesulitan bernapas. Setelah ini biasanya pita suara akan menjadi rileks kembali, namun pada beberapa kasus justru dapat menyebabkan mati lemas karena kekurangan oksigen.
  6. Kejang Teitanic – Yaitu kejang yang mirip dengan kejang epilepsi. Bisa muncul pada beberapa kasus tetanus ketika infeksi sudah mencapai otak. Bisa terjadi beberapa kali dan cukup berat pada orang yang terinfeksi tetanus.
  7. Gagal Ginjal Akut – Hal ini bisa terjadi jika otot – otot hancur atau rusak dengan cepat dan menyebabkan protein otot bocor ke air seni.
  8. Pulmonary Embolism – Ini adalah kondisi serius yang dapat mengancam nyawa, terjadi ketika aliran darah di paru – paru tersumbat dan mempengaruhi sirkulasi darah serta proses pernapasan.
  9. Kematian – Kegagalan pernapasan menjadi penyebab yang paling umum sebagai akibat dari  komplikasi tetanus karena kekejangan otot dada membuat penderita tidak bisa bernapas sama sekali. Kesulitan bernapas juga akan membuat tubuh kekurangan oksigen yang menyebabkan serangan jantung.

Kapan Harus Mencari Pertolongan

Ketika menyangkut gejala tetanus dan juga penyakit lain pada anak, Anda harus tahu kapan waktu yang tepat untuk mencari pertolongan medis. Beberapa tanda yang bisa jadi mengarah kepada situasi gawat darurat anak yang harus diperhatikan yaitu:

  • Apabila anak mengalami kesulitan bernapas atau mengalami kesulitan menelan.
  • Detak jantung anak amat cepat atau tidak biasa.
  • Anak menderita kejang otot di wajah.
  • Anak mulai merasakan kejang atau tegang otot di sekitar luka.
  • Ada luka yang besar atau tidak dapat dibersihkan dengan menyeluruh.
  • Ada luka terbuka atau luka tusukan pada tubuh anak.
  • Tidak yakin atau lupa mengenai kapan waktu pemberian vaksin tetanus terakhir, atau tidak yakin mengenai apakah sudah mendapatkan vaksin sama sekali.
  • Anda mempunyai kekhawatiran dan pertanyaan mengenai kondisi anak.
  • Anak berkeringat sangat banyak tidak seperti biasanya.

Sebagai orang tua, Anda mempunyai hak untuk menentukan bentuk perawatan anak dan sebaiknya Anda memiliki dasar – dasar tentang perawatan kesehatan anak. Contohnya, bagaimana menangani anemia pada anak, mengetahui cara mengatasi anak tersedak, cara mengatasi mata minus pada anak dan cara mengatasi sakit perut pada anak. Sangat penting untuk mempelajari kondisi kesehatan anak dan bagaimana perawatan yang tepat, dengan mendiskusikannya bersama dokter anak mengenai perawatan apa yang Anda inginkan untuk anak. Pembahasan diatas hanya ditujukan untuk tujuan pemberian informasi, dan bukan sebagai saran medis resmi. Anda tetap harus berkonsultasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

Autis pada Anak – Ciri, Gejala dan Cara Mengobatinya

Autis pada Anak – Ciri, Gejala dan Cara Mengobatinya

Autisme berhubungan dengan perilaku saraf yang kompleks mencakup gangguan interaksi sosial, perkembangan bahasa mental, dan juga kemampuan berkomunikasi yang ditunjukkan melalui tingkah laku yang kaku dan berulang – ulang. Autisme tidak hanya berupa satu bidang saja, saat ini kajian tentang autisme disebut Autism Spectrum Disorder (ASD) karena bidangnya sangat luas, mencakup banyak gejala yang berhubungan dengan gangguan terhadap kemampuan seseorang.

Pada umumnya anak autis akan bisa dideteksi gejalanya pada usia awal sebelum mencapai tiga tahun. Beberapa anak telah memperlihatkan tandanya sejak lahir. Lainnya tampak berkembang dengan normal pada awalnya, namun tiba – tiba menunjukkan gejala pada usia 18 – 36 bulan. Anak dengan autisme memiliki kesulitan berkomunikasi, termasuk kesulitan untuk mengerti bagaimana cara orang lain berpikir dan bagaimana perasaan orang lain. Mereka sangat sulit mengekspresikan diri dengan kata – kata, gestur, ekspresi wajah atau sentuhan.

Autism Spectrum Disorder (ASD)

Beberapa sindrom lain yang juga merupakan bentuk autisme yang berbeda – beda yang termasuk kedalam spektrum ASD adalah:

1. Sindrom Asperger

Jenis spektrum autisme ini terlihat normal dan biasa seperti anak lain pada umumnya, dan sering disebutkan sebagai Hing Functioning Autism alias penderita autisme yang dapat berfungsi tinggi dalam kehidupan sehari – harinya. Anak yang memiliki sindrom Asperger juga memiliki inteligensi baik, berbeda dengan anak autis lainnya yang kebanyakan memiliki IQ rendah walaupun tidak mengalami retardasi mental. Anak – anak dengan asperger juga tidak memiliki masalah dengan perkembangan bahasanya.

Akan tetapi, anak – anak dengan sindrom asperger juga memiliki masalah dengan interaksi sosial, dan hal ini terlihat dari kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara sosial, juga memiliki keterbatasan aktifitas dan perilaku. Selain itu, ada juga kesulitan dalam berkomunikasi non verbal, kontak mata yang tidak terlihat secara normal, sering menampakkan ekspresi wajah yang datar, dan jarang dapat berkomunikasi dengan teman sebayanya. Juga ada kecenderungan untuk membicarakan satu topik yang sangat menarik minatnya berulang – ulang.

2. Pervasive Developmental Disorder, not otherwise specified (PDD NOS)

Ini adalah istilah yang merujuk pada Atypical Autism, yaitu ketika seorang anak tidak menunjukkan gejala spektrum autisme yang spesifik seperti asperger, autis, rett syndrom, atau CDD. PDD Nos adalah diagnosa yang diberikan kepada seorang anak yang tidak memenuhi kriteria diagnostik keempat hal tersebut. Intensitas gangguan yang dialami anak – anak berbeda, ada yang hanya mengalami gangguan sosial saja, dan ada yang hanya mengalami gangguan belajar saja. Istilah ini diberikan jika anak menunjukkan beberapa gejala autistik namun tidak mengalami keseluruhan gejala untuk bisa didiagnosa sebagai golongan spektrum autistik lainnya.

3. Sindrom Autis

Istilah ini telah dikenal sejak lama, dan merupakan jenis gangguan yang lebih menyeluruh daripada sindrom Asperger ataupun PDD NOS. Dalam tipe ini, berbagai gangguan dan hambatan yang ada pada Asperger juga PDD NOS akan terlihat namun dalam tingkat yang lebih intensif.

4. Childhood Disintegrative Disorder (CDD)

Gangguan ini dikenal dengan istilah Infantile Autisme, adalah yang paling langka dan berat di antara spektrum autisme lainnya. Pada istilah ini menggambarkan anak yang tumbuh secara normal, lalu dengan cepat mulai kehilangan kemampuan mental, sosial dan bahasa, biasanya terjadi antara usia dua sampai empat tahun, selain itu anak – anak ini juga mulai menunjukkan kelainan seperti kejang.

Dulu para ahli masih menambahkan satu lagi istilah ke dalam spektrum autis yaitu Sindrom Rett , karena banyaknya ciri – ciri atau gejala yang menunjukkan kesamaan dengan autisme. Hanya saja, sindrom Rett berbeda dalam hal bahwa selain kehilangan kemampuan untuk melakukan berbagai kemampuan yang telah dimiliki, hal itu dibarengi pula dengan kehilangan kemampuan untuk menggunakan tangan, perkembangan yang menjadi melambat dan juga ada kecenderungan degeneratif sehingga pada akhirnya diketahui bahwa penyebab sindrom Rett sebagian besarnya adalah masalah genetis. Sindrom ini banyak terjadi pada anak perempuan daripada anak laki – laki.

Gejala Anak Autis

Penting bagi orang tua untuk dapat mengenal apa saja ciri atau gejala yang dapat menunjukkan tanda – tanda autis pada anak. Gejala dan ciri datri autisme bisa terlihat dari beberapa hal yang lebih rinci, seperti berikut ini:

1. Gejala yang menyangkut interaksi dan komunikasi dalam bersosialisasi:

Tampak ada gangguan pada interaksi sosial dan kemampuan berkomunikasi yang meliputi kepekaan anak terhadap lingkungan sosial dan juga masalah dalam penggunaan bahasa verbal dan non verbal.

  • Anak mengalami perkemnbangan bicara yang lamban atau tidak  bisa bicara sama sekali.
  • Tidak peka terhadap perasaan orang lain dan tidak pernah mengungkapkan emosi.
  • Mempunyai kemampuan pendengaran normal, namun tidak merespon saat namanya dipanggil.
  • Tidak mau dipeluk atau bermanja – manja dengan orang tua atau keluarga dekat lainnya.
  • Menghindari kontak mata, minim kontak mata atau tidak mau melakukan kontak mata sama sekali.
  • Jarang menggunakan bahasa tubuh untuk mengungkapkan maksudnya.
  • Jarang berekspresi saat berkomunikasi.
  • Kalau berbicara, menggunakan nada yang datar seperti robot.
  • Hanya mau bicara saat meminta sesuatu, tidak mau bicara atau meneruskan obrolan.
  • Sering mengulang kata – kata atau frasa favoritnya walaupun tidak mengerti makna dari perkataan tersebut secara tepat.
  • Anak tidak memahami interaksi sosial yang umum, misalnya cara menyapa seseorang.
  • Terlihat cenderung tidak memahami petunjuk sederhana atau instruksi sederhana.

2. Gejala dari Pola Perilaku

Kategori ini berupa hal yang meliputi keterbatasan pola pikir, perilaku, minat yang juga berupa pengulangan.

  • Anak terlihat memiliki kelainan dalam pola gerakan, misalnya selalu berjalan dengan berjinjit.
  • Anak tidak menyukai perubahan, ia lebih suka melakukan rutinitas yang telah dikenalnya.
  • Tidak bisa diam.
  • Anak sering melakukan gerakan repetitif atau berulang, misalnya mengayunkan tubuh ke depan dan ke belakang berulang – ulang.
  • Cara bermainnya kurang imajinatif, misalnya ketika menyusun balok hanya berdasarkan ukuran dan warna, tidak berdasarkan pada mencoba berbagai bentuk yang berbeda.
  • Pemilih terhadap makanan, misalkan ia hanya mau makan berdasarkan tekstur atau warna makanan yang disukainya.
  • Sering terpaku pada kegiatan tertentu dengan fokus yang terlalu intens dan berlebihan.
  • Sensitif terhadap cahaya, suara, dan sentuhan, tetapi kurang responsif terhadap rasa sakit.

Pada anak dengan autisme, umumnya juga terkena pengaruh atau menunjukkan gejala sindrom lain, seperti gangguan hiperaktif atau Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD), sindrom Tourette (mengalami kedutan berulang di area tubuh tertentu), gangguan obsesif kompulsif (OCD), depresi, mengalami gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan belajar, gangguan sensorik, dan gangguan bipolar.

Ciri Umum Anak Autis

Selain gejala diatas, ada beberapa ciri umum yang biasanya terlihat pada seorang anak dengan autisme. Ciri umum yang biasa terlihat pada anak dengan autisme tersebut adalah:

  1. Ada gangguan dalam kemampuan sosial – Anak dengan autisme akan berinteraksi secara berbeda dengan orang lain secara sosial. Bila gejalanya ringan, ciri – ciri yang tampak biasanya berupa kecanggungan ketika berhadapan dengan orang lain, sering mengeluarkan komentar yang menyinggung, tampak tidak nyaman dan terasing saat bersama orang lain. Tidak tertarik pada permainan bersama, berbagi dan bermain secara bergantian, dan tidak melakukan kontak mata.
  2. Sulit Berempati – Memahami perasaan orang lain adalah hal yang sulit bagi anak autis sehingga sulit juga untuk merasakan empati terhadap orang lain, termasuk mengenali bahasa tubuh atau intonasi suara. Anak lebih banyak membicarakan dirinya sendiri dan melakukan komunikasi satu arah. Kelak, kemampuan untuk berempati ini dapat dilatih sehingga anak bisa belajar untuk mengembangkan hal tersebut terhadap orang lain.
  3. Tidak Menyukai Kontak Fisik – Ketika anak lain senang disentuh dan dipeluk sebagai ungkapan kasih sayang, anak dengan autisme tidak. Mereka justru cenderung menghindari bentuk apapun yang berupa kontak fisik. Akan tetapi gejala ini tidak berlaku pada semua anak dengan autisme, karena masih ada sebagian anak yang senang melakkan kontak fisik dengan orang yang dekat dengannya.
  4. Sensitif – Anak dengan autisme tidak menyukai suara keras, beberapa aroma tertentu, dan cahaya terang. Juga perubahan suhu yang mendadak, karena mereka merasa terganggu. Bagi anak dengan autisme, semua hal itu menandakan perubahan yang mendadak yang tidak mereka sukai. Pada beberapa anak, mereka lebih menyukai jika diberi tahu terlebih dulu mengenai apa yang akan terjadi karena bisa mempersiapkan diri.
  5. Gangguan Bicara – Ciri autisme berikutnya juga bisa terlihat pada kemampuan bicara anak. Sekitar 40% dari anak yang mengalami autisme tidak dapat berbicara sama sekali atau hanya dapat menyebutkan beberapa kata saja. Lainnya bisa mengucapkan beberapa patah kata pada usia dua belas sampai delapan belas bulan, namun setelah itu mengalami stagnasi dalam kemampuan bicaranya. Sisanya baru bisa berbicara saat usianya sudah agak besar, dan semuanya berbicara dengan intonasi yang datar dan formal, juga menunjukkan echolalia yaitu suka mengulang kata atau frasa tertentu.
  6. Tindakan Berulang – Kepastian adalah sesuatu hal yang disukai anak autis sehingga mereka sangat menikmati untuk melakukan hal yang sama terus menerus. Perubahan pada rutinitas sehari – hari akan sangat mengganggu bagi anak autis.Ttindakan berulang yang mereka sukai bisa bervariasi. Hal ini disebut dengan stimulating activities atau stimming, dan biasanya menjadi obsesi bagi sang anak.
  7. Ketidak seimbangan perkembangan anak – Pada anak  – anak biasanya proses perkembangan berjalan dengan seimbang antara satu aspek dengan aspek lainnya. Namun pada anak autis biasanya ia akan menunjukkan perkembangan yang pesat di satu sisi dan hambatan perkembangan di sisi lain. Misal, perkembangan bicara terhambat sementara perkembangan motorik sangat pesat.

Penyebab Autisme

Sayangnya pada saat ini penyebab autisme masih belum dapat diketahui secara pasti, namun ada dugaan mengenai beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu gangguan ini pada anak, yaitu:

  • Jenis Kelamin – Diketahui bahwa pada anak laki – laki, resiko autisme meningkat sebanyak empat kali lebih tinggi dibandingkan anak perempuan.
  • Faktor Keturunan – Jika sebelumnya pernah memiliki anak dengan autisme atau kerabat yang mengidap autisme, ada resiko anak akan memiliki gangguan autisme yang sama. Resiko tersebut sebesar 1-20 kali lebih besar.
  • Resiko Kehamilan – Jika pada kehamilan janin terpapar sesuatu seperti obat – obatan, minuman alkohol, terutama jika ibu menderita epilepsi dan mengonsumsi obat, anak bisa terlahir dengan autisme. Jenis obat yang dapat meningkatkan resiko autisme adalah valproic acid, yang biasa digunakan untuk mengatasi gangguan mood dan bipolar disorder, dan juga thalidomide yang biasa digunakan untuk mengatasi mual dan muntah selama kehamilan.
  • Gangguan lainnya – Yaitu jika anak juga mengalami sindrom down, distrofi otot, neurofibromatosis, sindrom Tourette, Cerebral Palsy.
  • Kelahiran Prematur – Anak yang lahir prematur khususnya pada masa kehamilan 26 minggu atau kurang, juga memiliki resiko mengalami autisme.
  • Usia Orangtua – Resiko anak menderita autisme semakin besar jika usia orang tua juga semakin tinggi ketika mempunyai anak. Walaupun belum diketahui hubungan pastinya, beberapa peneliti menduga hal ini ada kaitannya dengan mutasi genetika.
  • Perkembangan Otak Anak – Kelainan pada perkembangan otak anak yaitu pada area cerebral korteks dan cerebellum yang mengatur konsentrasi, pergerakan dan pengaturan mood, serta ketidakseimbangan neurotransmitter seperti dopamin dan serotonin di otak.

Ada sejumlah dugaan yang belum terbukti kebenarannya mengenai beberapa penyebab autisme pada anak, seperti diet atau asupan makanan dan minuman, keracunan merkuri, perubahan saluran pencernaan, vitamin dan mineral yang tidak mampu dikelola tubuh dengan benar, dan akibat vaksinasi.

Mendiagnosa Autisme

Untuk mendiagnosa autisme, biasanya dilihat dari gejala yang ditunjukkan oleh anak dan melibatkan banyak ahli seperti psikiater anak, psikolog anak, ahli saraf anak, dokter spesialis anak, dan ahli terapi wicara. Mereka akan melakukan beberapa observasi secara mendalam kepada anak, yang bisa berlangsung dalam beberapa tahap. Karena otak manusia mempunyai susunan yang sangat rumit, sangat sulit memastikan penyebabnya dengan tepat. Tidak ada langkah pemeriksaan yang spesifik untuk mendiagnosa autisme secara akurat, namun ada beberapa jenis pemeriksaan yang mungkin dianjurkan:

  • Pemeriksaan fisik – Yang diperiksa dalam tahap ini bukan hanya fisik anak, melainkan juga anggota keluarga dengan meneliti riwayat kesehatan serta ciri fisik lainnya untuk mengeliminasi kemungkinan adanya penyakit lain.
  • Perkembangan kemampuan –  Para ahli biasanya akan memantau perkembangan kemampuan anak dengan mengikuti sejumlah kegiatan agar aktivitas dan kemampuannya dapat diamati serta diperiksa secara seksama. Yang akan diperiksa biasanya meliputi kemampuan bicara, perilaku, pola pikir dan interaksi anak dengan orang lain.

Walaupun demikian, pemeriksaan ini belum tentu mampu menjamin hasil yang akurat dan pasti. Jika para ahli tidak dapat menemukan diagnosa yang tepat, ada kemungkinan anak akan dianjurkan untuk kembali diperiksa saat gejalanya makin terlihat atau jika sudah lebih besar.

Terapi Autis

Tidak ada obat yang dapat digunakan untuk menyembuhkan autisme, karena kelainan ini tergolong tidak dapat disembuhkan. Namun yang bisa dilakukan untuk anak dengan autisme adalah terapi untuk memperbaiki perilaku yang dirancang untuk memperbaiki gejala spesifik dan meningkatkan perkembangan anak secara signifikan. Tujuannya agar anak – anak dengan autisme kelak bisa menjalani kehidupan sehari – hari dengan mandiri. Terapi yang biasa dilakukan adalah:

  • Terapi perilaku dan komunikasi, diperlukan agar penderita autisme dapat berkomunikasi dengan lebih mudah. Salah satu terapi perilaku yang sering dilakukan adalah Cognitive Behavioral Therapy atau terapi perilaku kognitif.
  • Terapi keluarga, hal ini diperlukan agar orang tua atau keluarga dekat lainnya bisa mengetahui cara berkomunikasi yang tepat dengan penyandang autis. Terapi keluarga juga dapat menjadi jalan untuk masalah lain, misalnya menjadi cara mengatasi anak yang suka mencuri, cara mengatasi anak yang suka berbohong, dan cara efektif mengatasi trauma pada anak.
  • Terapi psikologi, terapi ini dilakukan apabila anak dengan autisme juga menunjukkan gejala penyakit kejiwaan seperti depresi, gangguan kecemasan dan lainnya.
  • Obat – obatan, yang walaupun tidak bisa menyembuhkan gejala autisme namun perlu diberikan dalam beberapa situasi tertentu seperti antidepresan untuk gangguan kecemasan, SSRI atau penghambat pelepasan selektif serotonin untuk depresi, melatonin untuk gangguan tidur, anti psikotik untuk perilaku yang agresif dan membahayakan, obat untuk gangguan pencernaan, terapi untuk menghilangkan logam berat dari dalam tubuh.

Pantangan Makanan Bagi Anak dengan Autisme

Walaupun masih ada pro dan kontra mengenai pantangan untuk anak autis, namun dalam beberapa kasus ada menunjukkan perbaikan bagi anak yang menjalani diet tertentu. Anak dengan autisme disarankan untuk menghindari makanan yang mengandung gluten dan kasein, keduanya adalah jenis makanan yang berbahaya untuk anak dengan autisme. Gluten yaitu protein dari gandum, dan kasein adalah protein dari susu. Dengan menjalani diet bebas gluten dan kasein serta memberikan makanan sehat untuk tumbuh kembang anak diyakini dapat memperbaiki gangguan pencernaan pada anak dan juga mengurangi gejala yang timbul.

Jika Anda termasuk orang tua yang sedang cemas karena menemukan perkembangan yang tidak biasa mengenai si kecil, sebaiknya tidak terburu – buru untuk menarik kesimpulan sendiri atau memberi label pada anak sesuai pengetahuan Anda saja. Yang terbaik memang  segera usahakan untuk berkonsultasi dengan ahlinya. Namun sebelum itu, lakukan riset lebih dulu mengenai kondisi anak dan terapis atau ahli mana yang mempunyai rekomendasi baik dan yang bisa membuat orang tua serta anak merasa nyaman pada sesi konsultasi kelak.

7 Gejala Kolik Pada Anak dan Cara Pencegahannya

7 Gejala Kolik Pada Anak dan Cara Pencegahannya

Tangis bayi menjadi hal yang lazim terdengar ketika suatu keluarga baru menyambut kehadiran seorang anak. Ketika Anda menjadi orang tua baru, mengasuh seorang bayi yang terus menerus rewel dan gelisah adalah suatu tantangan, bahkan hal yang tidak jarang menimbulkan stres karena bertanya – tanya bagaimana cara menenangkan si kecil. Seperti lazimnya bayi baru lahir, kebanyakan anak akan mengungkapkan perasaannya melalui tangisan.

Hal itu tentunya disebabkan karena si kecil masih belum dapat mengungkapkan perasaannya dalam bentuk kata – kata. Maka memang ada sebagian bayi yang akan banyak mengekspresikan dirinya melalui tangisan. Namun begitu, tidak semua tangis bayi bisa dianggap normal. Orang tua harus mulai waspada apabila si bayi selalu menangis tanpa henti selama berjam – jam dan sangat sulit untuk ditenangkan, karena bisa jadi hal itu menunjukkan bahwa ada sesuatu hal yang salah. Banyak hal yang bisa membuat bayi atau anak gelisah, salah satunya bisa jadi ia sedang mengalami kolik.

Apa Itu Kolik?

Sampai sekarang, apa yang menyebabkan kolik sebenarnya masih menjadi sebuah misteri. Kolik sering tidak dianggap sebagai suatu gangguan kesehatan, karena itu sering tidak terdiagnosis. Bagi beberapa bayi, sekitar 15-25% dari mereka akan menangis lebih banyak daripada bayi lainnya. Bayi – bayi ini biasanya tampak sehat dan tidak menunjukkan gejala sakit, lapar, mengompol, buang air besar, kepanasan atau kedinginan. Beberapa ahli menyebut kondisi seperti ini sebagai kolik, yang membuat kolik lebih kepada suatu observasi perilaku, bukan sebagai diagnosa suatu penyakit.

Faktanya, tangisan sudah menjadi bagian dari pengasuhan seorang bayi. Sebenarnya tidak ada perbedaan yang mencolok mengenai apa yang membedakan kolik dengan tangisan biasa, namun pada sebagian besar kasus, tanda anak yang kolik dapat dengan mudah dilihat sehingga Anda akan tahu apakah si kecil hanya sedang protes atau memang sedang mengalami kolik. Pada anak yang kolik, ia akan sulit ditenangkan, tangisannya lama kelamaan semakin keras bahkan berubah menjadi jeritan, dan berlangsung selama beberapa jam, berhari – hari,dan beberapa minggu.

Kapan Anak Menderita Kolik

Karena hal diatas tersebut, maka definisi tentang kolik seringkali subjektif. Namun para dokter anak telah menentukan setidaknya tiga hal mendasar untuk menandai apakah seorang anak mengalami kolik atau tidak, yaitu :

  • Rutinitas menangis dimulai sejak anak berusia setidaknya tiga minggu, biasanya pada sore hari, walaupun sebenarnya tangisan bisa dimulai kapan saja.
  • Menangis selama tiga jam lebih dalam sehari non stop.
  • Menangis selama lebih dari tiga hari seminggu, lebih dari tiga minggu berturut – turut.
  • Kondisi ini akan memuncak selama 6-8 minggu, dan mereda dalam 3-4 bulan usia anak.

Penyebab Kolik Pada Anak

Apa sebenarnya penyebab kolik pada seorang anak, mengapa sebagian anak mengalaminya dan anak lain tidak, atau mengapa sebagian anak lebih rentan terhadap kolik daripada yang lain masih belum dapat ditentukan dengan pasti. Sebagian ahli menyatakan bahwa kolik adalah salah satu tahap yang harus dilalui sebagian anak dalam perkembangannya. Banyak ahli mengatakan penyebab kolik adalah gangguan pencernaan, alergi, intoleransi laktosa, dan lainnya.  Pada bayi yang kolik banyak ditemukan gas di dalam perutnya, namun juga dapat dikatakan bahwa gas tersebut terjadi akibat bayi menelan udara selama menangis berjam – jam. Beberapa teori menyatakan penyebab kolik yaitu:

1. Indera yang terstimulasi berlebihan

Bayi baru lahir mempunyai semacam mekanisme untuk mengacuhkan suara dan lingkungan sekitar mereka agar bisa tidur dan makan tanpa terganggu. Akan tetapi ketika usia anak hampir mendekati bulan pertamanya, kemampuan ini menghilang. Menyebabkan anak lebih sensitif terhadap stimulasi dari sekelilingnya. Dengan semua stimulasi yang dialami, beberapa anak akan menjadi kewalahan dan melampiaskan stressnya dengan tangisan di penghujung hari. Kolik berhenti apabila anak telah belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan menyaring stimulasi dari sekitarnya.

2. Pencernaan yang belum sempurna

Mencerna makanan adalah suatu tugas besar untuk sistem pencernaan bayi yang  baru berkembang. Makanan bisa saja lewat terlalu cepat dan tidak tercerna sepenuhnya, sehingga menghasilkan sakit perut karena gas di dalam saluran pencernaan.

3. Asam lambung yang naik

Para peneliti telah menemukan bahwa penyakit GERD (gastroesophageal reflux disease) pada anak – anak bayi terkadang bisa menjadi pemicu kolik. GERD merupakan hasil dari organ yang belum berkembang sepenuhnya yaitu otot yang menahan asam lambung dari membalik ke arah kerongkongan dan mulut, yang dapat mengiritasi esofagus. Gejalanya termasuk sering meludah, sulit makan, dan anak sangat terganggu, lekas marah sebelum dan sesudah makan. Kabar baiknya, sebagian besar anak telah melewati GERD pada usia sebelum satu tahun.

4. Alergi Makanan atau Sensitifitas

Beberapa ahli juga menyatakan bahwa kolik terjadi sebagai hasil dari alergi terhadap protein susu atau intoleransi laktosa pada anak yang mengkonsumsi susu formula. Adapun yang lebih jarang, kolik merupakan kondisi reaksi dari makanan yang dimakan ibu yang menyusui bayi. Yang manapun, semuanya dapat menyebabkan sakit perut yang berujung pada kolik, Anda perlu mengenali berbagai jenis makanan yang berbahaya untuk anak.

5. Paparan Asap Rokok

Beberapa penelitian menyatakan bahwa ibu yang merokok selama atau setelah kehamilan lebih mungkin memiliki bayi yang kolik, perokok pasif juga dapat menjadi penyebabnya. Walaupun demikian, belum jelas mengapa asap rokok dapat menyebabkan kolik pada bayi.

6. Ketidakseimbangan Kimia Otak

Ada pula teori yang menyatakan bahwa kolik terjadi sebagai hasil dari ketidakseimbangan  dari senyawa kimia di otak, yaitu serotonin dan melatonin. Bayi yang mengalami kolik mungkin saja memiliki kadar serotonin lebih yang membuat otot – otot usus berkontraksi. Hal ini akan memuncak pada sore hari, karena pada saat itulah kadar serotonin sedang meninggi. Ketidak seimbangan ini akan mereda ketika tubuh bayi mulai dapat memproduksi melatonin, yang dapat menenangkan otot – otot pencernaan. Ketika berada di dalam kandungan, anak mendapatkan melatonin yang cukup dari ibu namun tingkat melatonin menurun setelah kelahiran sampai bayi mulai mamproduksinya sendiri saat usia 3 atau 4 bulan, waktu yang sama dimana serangan kolik mulai mereda.

Gejala Kolik Pada Anak

Pada umumnya anak yang sedang mengalami kolik akan menunjukkan berbagai gejala seperti berikut:

  • Ada demam yang dialami anak
  • Anak muntah dan terlihat kesakitan
  • Bayi yang menjerit dan menangis tanpa sebab
  • Bayi atau anak menangis berlebihan setiap selesai minum susu, waktu bangun tidur, dan di malam hari.
  • Wajah kemerahan, kaki diangkat dan dientak – entakkan saat menangis.
  • Anak yang sudah bisa bicara akan mengatakan bahwa perutnya sakit.
  • Adanya peningkatan aktivitas usus, perut anak kembung atau sering meludah.

Tanda yang Harus Diwaspadai

Kolik bisa saja membuat kondisi anak menurun dan memerlukan pertolongan medis segera. Anda dapat membawa anak ke dokter apabila:

  • Tubuh anak terkulai saat diangkat.
  • Suara tangisannya lama kelamaan menjadi tinggi.
  • Muntah dengan cairan berwarna hijau.
  • Buang air kecil dalam volume yang jauh lebih sedikit dari biasanya.
  • Demam mencapai 38 derajat pada anak berusia di bawah tiga bulan, atau 39  derajat pada anak yang berusia diatas tiga bulan.
  • Ada darah dalam feses nya.
  • Kurang mengonsumsi cairan
  • Terjadi kejang
  • Beberapa bagian kulit anak terlihat pucat atau membiru warnanya.
  • Ubun – ubun anak tampak menonjol.
  • Anak mengalami kesulitan pernapasan.

Menenangkan Anak yang Kolik

Anda mungkin akan merasa sangat lelah dan kewalahan untuk menghentikan tangisan anak ketika ia mengalami kolik. Walaupun sikap tenang lebih mudah dikatakan daripada dilakukan, beberapa tips berikut ini dapat membantu Anda untuk menangani anak yang sedang kolik. Cara yang digunakan untuk menenangkan anak yang sedang mengalami kolik biasanya berbeda – beda untuk setiap anak, karena penyebabnya pun sulit untuk diketahui dengan pasti. Namun Anda bisa melakukan beberapa hal ini secara umum untuk menenangkan anak ketika ia kolik :

  1. Memijat perutnya dengan lembut, tanpa tekanan. Ini bisa juga menjadi cara mengatasi sakit perut pada anak.
  2. Gendong anak ketika menangis, menggunakan gendongan kain atau bahan yang lembut dan selimuti.
  3. Cobalah untuk memandikan atau menyeka anak di dalam air hangat.
  4. Jangan memindah – mindahkan si kecil ke satu tempat ke tempat lain tanpa tujuan karena akan membuatnya semakin kencang menangis.
  5. Tempatkan anak di ruangan yang sejuk, redup dan sunyi.
  6. Membawa anak berjalan – jalan dalam gendongan, dalam kursi goyang atau dengan mobil yang memiliki goyangan lembut untuk membuatnya tenang .
  7. Bersenandung atau membujuknya dengan suara – suara lembut.
  8. Jangan mengguncang bayi walaupun ia tidak bisa berhenti menangis sama sekali, karena itu sangat berbahaya. Efeknya bisa sama dengan bahaya benturan pada kepala bayi dan anak.
  9. Ketika bayi menangis, segeralah menanggapi dengan datang ke sisinya. Tangisan bukan hanya berupa protes bayi, namun mereka juga menangis untuk mengendalikan situasi yang mereka inginkan, yaitu memanggil ibu untuk datang ke sisinya.
  10. Bantu anak santai dengan menciptakan lingkungan yang tenang.
  11. Ajak anak keluar rumah untuk menghirup udara segar jika memungkinkan.
  12. Lakukan juga cara mengatasi demam jika anak mengalaminya.

Seperti telah disebutkan diatas, penanganan pada anak yang kolik bisa berbeda – beda. Beberapa anak ada yang bisa tenang jika mendengar suara mesin seperti mesin cuci dan mesin penyedot debu sambil tertidur, ada yang tenang ketika diayun – ayun, dan juga ada yang bisa tenang ketika digendong saja. Untuk mengetahui cara apa yang paling disukai anak, tentu orang tua harus mencoba berbagai stimulasi yang berbeda sehingga anak bisa tenang.

Mencegah Kolik Pada Anak

Anda bisa mencoba untuk mencegah anak mengalami kolik dengan beberapa cara berikut, yaitu:

  • Mengganti dot pada botol susu dengan yang ukuran lubangnya lebih sesuai. Ukuran lubang dot yang terlalu besar atau terlalu kecil beresiko membuat anak menghirup banyak udara ketika meminum susu.
  • Mengganti botol susu yang mempunyai teknologi anti kolik sebagai pencegahan. Saat ini sudah banyak botol yang mempunyai teknologib terkini, atau Anda juga bisa menggunakan cup feeder untuk memberi susu kepada anak.
  • Manfaat ASI eksklusif untuk bayi memang sangat besar sebagai makanan terbaik untuk bayi, namun terkadang apa yang ibu konsumsi pun dapa memberi pengaruh kepada bayi. Cobalah untuk menghindari konsumsi produk susu sapi untuk sementara jika Anda masih menyusui, juga makanan pedas dan kafein sebagai cara mudah mengatasi alergi pada anak.
  • Selalu usahakan agar bayi bersendawa setelah minum susu atau ASI. Tempatkan ia dalam posisi tegak lurus di bahu Anda, sangga kepalanya lalu tepuk – tepuk lembut punggung atas bayi untuk memancingnya bersendawa, dan juga cara mencegah cegukan pada bayi.

Pengobatan Kolik

Ada obat – obatan yang dapat di berikan untuk meringankan kolik pada bayi atau anak. Salah satunya adalah simetikon. Obat ini diberikan dengan cara diteteskan pada susu aatu ASI yang diberikan dalam botol. Manfaat cairan ini adalah membantu untuk melepaskan gelembung udara atau gas yang ada di dalam pencernaan bayi, yang membuat perutnya terasa tidak nyaman. Penggunaan obat ini harus mendapat pengawasan dan rekomendasi dokter ahli.

Efek Dari Kolik Bagi Anak dan Orang Tuanya

Walaupun kolik tidak melukai pada umumnya, namun kolik tetap dapat mendatangkan akibat yang cukup signifikan. Pertama, kolik memberikan tekanan berat bagi para orang tua baru, yang seringkali masih berkutat dengan membiasakan diri terhadap situasi barunya, dan juga merasakan akibat dari kelelahan karena mengasuh anak yang terus menangis berjam – jam, berhari – hari dan berminggu – minggu.

Akibat yang bisa terjadi biasanya ibu akan menyerah untuk memberikan ASI karena terlalu lelah, atau mengalami produksi ASI tersendat karena kelelahan tersebut, bahkan bisa kering sama sekali, memberi obat berlebihan kepada anak dengan harapan agar ia bisa segera tenang, sindrom bayi terguncang karena terlalu keras diayun, dan lebih lagi adalah stres pasca melahirkan atau post partum depression yang akan sangat membahayakan bagi ibu dan bayi.

Saran Untuk Para Orang Tua

Untuk menghindari bahaya stres dan kelelahan yang akan berakibat tidak baik bagi anak dan orang tuanya terutama ibu, ada beberapa langkah yang bisa ibu lakukan yaitu:

  1. Mencari Bantuan – Temukan waktu untuk Anda sendiri beberapa menit atau bahkan beberapa jam dalam sehari. Pertimbangkanlah pasangan Anda, ibu, saudara atau kerabat lain yang sekiranya bisa mengambil alih urusan mengasuh anak selama Anda beristirahat atau melakukan hal lainnya. Jangan lupa untuk menginformasikan kepada mereka apa yang biasanya terjadi agar mereka juga bisa siap menghadapi polah anak. Anda juga bisa bergabung dengan grup tertentu seputar pengasuhan anak. Mendapatkan dukungan akan membantu menjaga kejernihan pikiran Anda dan juga memberikan sedikit jarak dari kehebohan sehari – hari.
  2. Pastikan: Kolik Atau Penyakit? – Kolik sebenarnya normal dan tidak perlu menjadi sesuatu yang perlu dikhawatirkan, walaupun Anda merasa sangat lelah karena kerewelan anak yang seakan tidak bisa berhenti. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa anak rewel karena merasakan sesuatu yang lain. Karena itulah, jika merasakan sesuatu yang tidak biasa, Anda perlu segera membawa anak ke dokter. Kewaspadaan orang tua sangat penting untuk mendukung berbagai diagnosa mengenai anak, seperti mengenali gejala diabetes pada anak, gejala hipertensi pada anak, dan hal-hal lainnya yang patut menjadi perhatian orang tua.

Fakta dan Mitos Mengenai Kolik

Banyak pendapat yang simpang siur tentang bagaimana mengasuh bayi dan juga beragam tips – tips yang terkadang sulit dibuktikan kebenarannya. Untuk membedakan antara mitos dan fakta mengenai kolik, simaklah beberapa uraian berikut ini:

  • Mitos 1 –  Anak yang mengalami kolik akan tumbuh menjadi anak yang tidak bahagia. Faktanya, kolik bukanlah gambaran tentang kepribadian seorang anak. Sekali anak telah bebas dari kolik, Anda akan melihat bahwa ia memiliki dan mengembangkan kepribadian yang berbeda dan beragam.
  • Mitos 2 – Kegelisahan Anda sebagai orang tua baru membuat bayi menangis. Faktanya, bayi tidak bisa merasakan kegelisahan orang tuanya secara insting, namun mereka merasakan ketegangan Anda dan bahasa tubuh Anda ketika menyentuhnya sehingga merasa tidak nyaman.
  • Mitos 3 – Kolik terjadi karena stimulasi yang berlebihan. Faktanya, anak yang menangis karena kolik biasanya disebabkan karena merindukan suasana, stimulasi atau suara – suara yang mereka dengar saat masih berada di dalam kandungan.
  • Mitos 4 – Obat – obatan bisa meringankan kolik. Faktanya, ada beberapa orang tua yang merasa bahwa sejenis antihistamin dapat menghentikan tangis bayi dan membantunya tidur, namun pada beberapa bayi hal itu justru memicu tangisan yang bertambah buruk. Walaupun dokter memberi resep obat, namun terkadang, dokter memberi resep obat karena desakan orang tua atau karena melihat kondisi orang tua.

Yang harus disadari para orang tua terutama ibu baru adalah, bahwa semua ini bukanlah kesalahan orang tua yang menyebabkan anak kolik, bukan juga ketidak mampuan untuk mengurus si kecil. Menyadari bahwa semua ini merupakan bagian dari masa pengasuhan bayi Anda dapat menghindarkan diri dari stres, termasuk stres paska melahirkan yang biasa dialami para ibu. Anda harus tetap memperhatikan dan merawat diri sendiri untuk menjaga kesehatan tubuh demi si kecil.